Sistem Transportasi
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Perbandingan Sistem Transportasi Amerika, Indonesia Dan Inggris
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Penulis mengucapkan syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan nikmat dan karunianya sehingga karya tulis ini dapat selesai
dengan lancar. Makalah ini merupakan hasil telaah pustaka dan diskusi mengenai
persamaan dan perbedaan sistem transportasi Amerika Serikat, Indonesia, dan
Inggris. Diharapkan dengan telaah ini dapat diketahui aspek apa saja yang dapat
dipelajari dan diadaptasi oleh negara kita supaya dapat terwujud sistem
transportasi yang baik di Indonesia.
Karya tulis ini dapat selesai dengan lancar berkat bantuan
berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1.
Tuhan Yang Maha Esa;
2.
Dosen sekaligus
fasilitator dalam Mata Kuliah Perbandingan Administrasi Negara
3.
Orang tua kami yang
telah memberikan dukungan dan semangat kepada kami, serta berbagai pihak yang
tidak bisa kami sebutkan semua.
Penulis menyadari karya tulis ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu kami menerima segala kritik dan saran yang
bersifat membangun. Akhirnya penulis berharap karya tulis ini dapat bermanfaat
untuk semua pihak khususnya masyarakat Indonesia.
Depok,
Maret 2010
Tim
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR .................................................................................................... 1
DAFTAR
ISI .................................................................................................................. 2
BAB
I PENDAHULUAN ............................................................................................... 3
I.1 Latar Belakang ................................................................................................ 3
I.2 Rumusan Masalah ........................................................................................... 4
I.3 Tujuan Penulisan ............................................................................................. 4
I.4 Sistematika Penulisan ...................................................................................... 4
BAB
II LANDASAN TEORI ........................................................................................ 6
II.1 Pengertian Transportasi....................................................................................
6
II.2 Fungsi dan Manfaat Transportasi .................................................................... 6
II.3 Jenis Transportasi .......................................................................................... 7
II.4 Transportasi Publik ........................................................................................ 7
BAB
III PEMBAHASAN .............................................................................................. 8
III.1 Sistem Transportasi di Amerika Serikat,
Inggris dan Indonesia ........................ 8
III.2 Perbedaan, Persamaan, dan Hal yang dapat
diaplikasikan di Indonesia dari
Sistem Transportasi Amerika Serikat dan Inggris .......................................... 27
III.3 Analisis ......................................................................................................... 30
BAB
IV PENUTUP ...................................................................................................... 31
IV.1 Kesimpulan .................................................................................................. 33
IV.2 Saran ............................................................................................................ 34
DAFTAR
PUSTAKA ................................................................................................... 35
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang Masalah
Tidak dapat dipungkiri saat ini
dunia sudah mulai terintegrasi satu sama lainnya. Globalisasi membawa setiap negara seolah menjadi tanpa sekat dan tidak ada
batasan ruang dan waktu. Globalisasi membawa kesenjangan dan ketidaksetaraan
antara kaum miskin dan kaya. Istilah globalisasi sebenarnya sangat banyak dan
memiliki unsur tersendiri. Untuk pertama kalinya Theodore Levitt, 1995
menyatakan bahwa globalisasi dapat diartikan sebagai suatu proses westernisasi
atau modernisasi yaitu merebaknya struktur modernitas barat yang menyangkut
kapitalisme, rasionalisme, industrialisme, birokratisme, dan lain sebagainya
yang cenderung merusak budaya lokal yang sudah ada sebelumnya. Proses
globalisasi juga menghendaki adanya penyatuan dunia dalam satu sistem terpadu
yang membentuk perkampungan global (global village). Penyatuan dunia ini
membuat dunia menjadi semakin sempit dan tidak dapat terelakkan lagi bahwa
kemajuan teknologi, komunikasi, dan transportasi menjadi penyokong utama
perubahan dunia tersebut.
Ketika
dunia sedang berusaha disatukan dalam suatu tatanan yang integral muncul
pertanyaan pengaruh apa yang dihasilkan dari adanya globalisasi. Globalisasi
berpengaruh terhadap segala aspek kehidupan seperti aspek ekonomi,
nasionalisme, komunikasi, sistem transportasi, dan bahkan lingkungan hidup. Sistem
transportasi menjadi hal yang penting dan krusial dalam masyakat yang sudah
terglobalisasi. Dunia yang semakin sempit tersebut menyebabkan manusia dapat
lebih mudah untuk melakukan perjalanan dikarenakan sistem transportasi yang ada
menjadi lebih cepat, mudah, massive,
dan murah. Artinya, sistem transportasi menjadi bagian terpenting dalam
kehidupan sehari-hari manusia dan menjadi kebutuhan primer yang dapat dirasakan
langsung oleh masyarakat.
Berdasarkan
pemaparan singkat mengenai globalisasi dan pengaruhnya terhadap kebutuhan
manusia akan sistem transportasi, penulis ingin mengetahui dan mengkaji lebih
jauh bagaimana sistem transportasi di Indonesia. Apakah sistem transportasi
Indonesia sudah lebih baik atau sebaliknya, menjadi semakin buruk dan tidak
terkontrol, terlebih apabila melihat fakta konkritnya yang terjadi di lapangan,
sistem transportasi di Indonesia cenderung disoroti sebagai sistem yang dijalankan
dengan kualitas yang dianggap rendah, berstandar keselamatan rendah, dan
kenyamanan yang juga rendah.
Oleh
karenanya, permasalahan yang kemudian hendak dikaji dalam makalah ini adalah
bagaimana kualitas dan kemajuan sistem tranportasi di Indonesia, khususnya pada
sistem transportasi massal (Mass Rapid Transportation,
MRT) seperti angkutan kereta commuter
dan bus perkotaan. Untuk memperoleh gambaran yang nyata, makalah ini akan
membandingkan sistem transportasi Indonesia dengan sistem transportasi di
negara-negara yang sudah maju seperti Amerika Serikat dan Inggris, dimana
masyarakat di dunia sudah mengakui kemajuan sistem transportasi di Amerika
Serikat dan Inggris. Berangkat dari kenyataan bahwa jumlah penduduk Indonesia
semakin banyak dan meningkat dari tahun ke tahun, tentu saja alangkah baiknya
untuk mencari tahu persamaan dan perbedaan sistem transportasi negara-negara
tersebut, pada segi MRT yang menyangkut aspek kehidupan pertransportasian
sehari-hari.
I.2 Rumusan Masalah
I.3 Tujuan Penulisan
I.4 Sistematika Penulisan
Penulisan
makalah ini antara lain dengan
sistematika sebagai berikut:
Bab I pendahuluan antara lain terdiri
atas latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan dan sistematika
penulisan. Bab II Landasan Teori yang terdiri atas pengertian transportasi,
fungsi dan manfaat transportasi, jenis transportasi, dan transportasi publik .
Bab III isi terdiri atas perbandingan sistem transportasi Indonesia
dibandingkan dengan Amerika Serikat dan Inggris, serta persamaan dan perbedaan sistem transportasi ketiga
negara tersebut dan hal yang dapat dipelajari serta diaplikasikan di Indonesia
dari sistem MRT di Amerika Serikat dan Inggris . Bab
IV penutup yang terdiri atas kesimpulan dan saran.
BAB II
LANDASAN TEORI
II.1 Pengertian Transportasi
Menurut Utomo, transportasi adalah pemindahan
barang dan manusia dari tempat asal ke tempat tujuan. Sedangkan menurut
Sukarto, transportasi adalah perpindahandari suatu tempat ke tempat lain dengan
menggunakan alat pengangkutan, baik yang digerakkan oleh tenaga manusia, hewan
(kuda, sapi, kerbau), atau mesin. Konsep transportasi didasarkan pada adanya
perjalanan (trip) antara asal (origin) dan tujuan
(destination).
Di dalam transportasi, terdapat unsur-unsur yang
terkait erat dalam berjalannya konsep transportasi itu sendiri. Unsur-unsur
tersebut adalah sebagai berikut:
II.2 Fungsi dan Manfaat Transportasi
Menurut Utamo,
transportasi memiliki fungsi dan manfaat yang terklasifikasi menjadi beberapa bagian
penting. Transportasi memiliki fungsi yang terbagi menjadi dua yaitu melancarkan
arus barang dan manusia dan menunjang perkembangan pembangunan (the
promoting sector). Sedangkan manfaat transportasi menjadi tiga klasifikasi
yaitu:
1.
Manfaat
Ekonomi
Kegiatan ekonomi bertujuan memenuhi kebutuhan manusia dengan menciptakan
manfaat. Transportasi adalah salah satu jenis kegiatan yang menyangkut
peningkatan kebutuhan manusia dengan mengubah letak geografis barang dan orang
sehingga akan menimbulkan adanya transaksi.
2. Manfaat Sosial
Transportasi
menyediakan berbagai kemudahan, diantaranya a) pelayanan untuk perorangan atau
kelompok, b) pertukaran atau penyampaian informasi, c) Perjalanan untuk
bersantai, d) Memendekkan jarak, e) Memencarkan penduduk.
3. Manfaat Politis
Transportasi
menciptakan persatuan, pelayanan lebih luas, keamanan negara, mengatasi
bencana, dll.
4. Manfaat Kewilayahan
Memenuhi kebutuhan penduduk di kota, desa, atau pedalaman.
II.3 Jenis-Jenis Transportasi
Menurut
Utomo pula, jenis-jenis transportasi terbagi menjadi tiga yaitu,
II.4 Transportasi Publik
Menurut Sukarto, transportasi publik
adalah seluruh alat transportasi di mana penumpang tidak bepergian menggunakan
kendaraannya sendiri. Transportasi publik umumnya termasuk kereta dan bis,
namun juga termasuk pelayanan maskapai penerbangan, feri, taxi, dan lain-lain.
Konsep
transportasi publik sendiri tidak dapat dilepaskan dari konsep kendaraan umum.
Pengertian kendaraan umum berdasarkan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor. 35
Tahun 2003 Tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang di Jalan dengan kendaraan
umum yaitu Kendaraan umum adalah setiap kendaraan bermotor yang disediakan
untuk dipergunakan oleh umum dengan dipungut bayaran baik langsung maupun tidak
langsung.
BAB III
PEMBAHASAN
III.1 Sistem Transportasi di Amerika
Serikat, Inggris dan Indonesia
Sistem Transportasi di New York, Amerika Serikat.
Pelayanan
transportasi yang kurang prima, tidak nyaman dan berbahaya menjadi salah satu
faktor utama dimana masyarakat lebih menyukai menggunakan kendaraan pribadi
dibandingkan harus menggunakan kendaraan umum. Namun pilihan berkendara
menggunakan kendaraan pribadi menimbulkan berbagai dampak negatif seperti
keperluan akan bahan bakar yang besar, kemacetan dan polusi udara. Negara-negara
maju sangat peduli untuk memberikan pelayanan maksimal kepada pelanggannya. Oleh
karenanya, otoritas publik melakukan penyediaan sarana transportasi kereta commuter dan bus perkotaan yang terdapat
di New York, Amerika Serikat di bawah
naungan New York City Transit Authority (NYCTA).
NYCTA merupakan
bagian dari Metropolitan Transportation Authority yang memiliki kewenangan
dalam mengurus :
a.
New York City
Subway, khususnya di Manhanttan, The Bronx, Brooklyn, dan Queens
b.
Staten Island
Railway
c.
NYCTA departement
of buses
Pemerintah New York dalam
menjalankan sistem transportasinya menggunakan sistem public private partnership dimana mengikutsertakan NYCTA sebagai
perusahaan khusus yang bertanggungjawab dalam mengurusi masalah transportasi.
NYCTA menjadi bagian dari otoritas transportasi metropolitan yang paling sibuk
dan terbesar di Amerika Serikat karena pelayanannya menyangkut kepentingan
masyarakat.
Di New York,
Amerika Serikat terdapat bermacam transportasi yang dapat digunakan untuk
memudahkan perjalanan karena terdapat angkutan kereta commuter, bus express, kereta bawah tanah, dan Bus Rapid Transit
(BRT). Dimana terdapat 16 jalur kereta commuter,
23 jalur kereta bawah tanah, 385 jalur bus, dan 1 jalur bus rapid
transportation.
1.
New York Subway
New York City
Subway adalah sebuah sistem transportasi cepat dan massal yang berada di bawah
tanah dan merupakan sistem transportasi terbesar di dunia. Sistem kereta bawah tanah ini awalnya adalah tiga
sistem yang terpisah dan bersaing satu sama lain. Dua di antaranya dibangun
dan dioperasikan oleh perusahaan swasta, yaitu Interborough Perusahaan Rapid
Transit Agustus Belmont (IRT) dan Brooklyn-Manhattan Transit Corporation (BMT). Namun
lama-kelamaan karena kedua perusahaan tersebut bangkrut akhirnya The Public
Independent City-Owned Rapid Transit Railroad menggabungkan keduanya menjadi
satu bagian yang terintegrasi yang menghasilkan sistem kereta bawah tanah yang
dimiliki sepenuhnya oleh New York City.
New York City Subway ini dikenal
sebagai salah satu sistem angkutan yang cepat di dunia karena beroperasi selama
24 jam dan 365 hari. Kereta bawah tanah New York adalah satu-satunya sistem
yang memegang rekor diantara sepuluh sistem angkutan cepat di dunia
dibandingkan dengan London, Paris dan Mexico City dilihat menurut banyaknya
perjalanan dan penumpang dalam satu tahun. (http://commons.wikimedia.org/wiki/Category:MTA_Regional_Bus_Operations)
Kereta bawah
tanah New York memegang peringkat pertama sebagai sistem transportasi yang
paling sibuk dikarenakan terdapat kapasitas kereta dan sumber daya manusia yang
memadai. Jumlah kereta bawah tanah di New York mencapai angka 6.388 kereta,
angka yang menakjubkan dan sebanding apabila dilihat dari permintaan konsumen
yang menggunakan alat transportasi tersebut. Selain kereta bawah tanah,
terdapat juga kereta commuter yaitu
Long Island Railroad.
2.
Long Island Railroad
Long Island
Railroad adalah sebuah sistem rel komuter yang melayani perjalanan transportasi
sepanjang Long Island yang diklasifikasikan sebagai kereta nomor dua oleh dewan
permukaan. Long Island Railroad adalah kereta commuter tersibuk di Amerika yang melayani sekitar 81 juta
penumpang setiap tahunnya dan ditunjang dengan jumlah stasiun yang cukup
banyak, yaitu sekitar 124 stasiun. Setiap hari kerja, penumpang Long Island
Railroad bisa mencapai 303.000 orang. Jumlah penumpang yang banyak tersebut
dikarenakan sistemnya telah ditata sedemikian baik oleh Metropolitan
Tranportation Authority sehingga masyarakat nyaman dalam menggunkan alat
transportasi tersebut.
Walaupun tergolong memiliki banyak
penumpang, Long Island Railroad tetap dapat memperlihatkan eksistensi dan
keunggulannya dalam menciptakan keamanan dan kenyamanan bagi para penumpang.
Hal tersebut terbukti pada tahun 2006, Long Island Railroad mendapatkan
penghargaan Bronze EH Harriman Award untuk catatan keamanan transportasi. The Long Island Railroad juga merupakan
satu-satunya kereta commuter di
Amerika serikat yang beroperasi selama 24 jam sehari dan tidak pernah ada libur
bahkan akhir pekan dan hari libur.
3.
MTA
Buses
Selain dalam bidang perkeretaapian, Metropolitan
Transportation Authority juga mengurusi masalah transportasi darat seperti bus
yang dinamakan New York City Transit Buses yang beroperasi di lima wilayah di
New york City seperti Manhanttan, The Bronx, Brooklyn, Staten Island, dan
sebagian Queens dengan jumlah kapasitas MTA buses sekitar 4.500 bus dan
beroperasi mulai pukul lima pagi sampai pukul satu dini hari. Adanya sistem bus
ini dimaksudkan untuk melengkapi jalur rel kereta MTA lainnya seperti subway,
dan Long Island Railroad.
Sistem pembayaran ongkos MTA bus New York
sedikit berbeda dengan yang lain. Disini pembayaran ongkos melalui suatu mesin
yang sudah disediakan di halte-halte dekat tempat menunggu bus. Setiap
penumpang yang akan naik dan menggunakan fasilitas bus tersebut diharuskan
untuk memasukkan sejumlah koin yang telah ditentukan, setelah itu akan keluar
bukti pembayaran yang dijadikan syarat utama untuk dapat menggunakan fasilitas
bus tersebut. Apabila terdapat masalah dalam penggunaan mesin tersebut dihimbau
agar calon penumpang menghubungi atau melapor kepada petugas bus yang datang.
Biaya yang dibebankan kepada penumpang bus
MTA adalah terbatas pada setiap rute yang ada. Pembebanan biaya tidak
tergantung dari berapa jauh jarak yang ditempuh, untuk sekali perjalanan biaya
yang dibebankan sebesar US $ 2,5 dan US $ 1,10 untuk para manusia lanjut usia
dan penyandang cacat.
Dalam sistem transportasi di negara maju
seperti Amerika Serikat sangat memperhatikan ketepatan waktu dalam melakukan
pelayanan. Baik subway, Long Island Railroad dan MTA bus memiliki jadwal
keberangkatan yang telah ditentukan dan dijalankan dengan konsisten, apabila terdapat
penumpang sampai tempat tujuan tidak sesuai dengan yang terdapat di jadwal,
setiap keterlambatan 15 menit, penumpang dapat menuntut haknya untuk mendapat
kembali uangnya sebesar 50% dan apabila keterlamatan sampai 30 menit, penumpang
dapat meminta pengembaliannya uangnya sebesar 100%.
4.
Jetblue
Airlines
Selain
transportasi daratnya yang baik, New York juga memiliki transportasi udara yang
dikatakan efektif dan dapat memenuhi keinginan pelanggan. Jetblue
airline adalah salah satu low cost
airline Amerika yang dipegang oleh Jetblue Airways Corporation yang
merupakan non-union airline. Dengan
hal tersebut berarti dalam pelaksanaan pelayanan transportasinya, Jet Blue
Airline tidak memiliki ikatan dengan pihak lain seperti kerjasama dengan pihak
lain. Jet blue airways beroperasi terutama di Jhon F. Kennedy Airport di New
York City. Namun, terdapat bandara lain juga yang menjadi tujuan dari Jetblue
Airways, yaitu Logan Internasional Airport yang terdapat di Boston, Fort Lauderdale-Holiwood Internasional Airport, Orlanda
Internasional Airport, dan Long Beach Airport.
Jet Blue Airline memiliki slogan happy jetting dengan tujuan agar penumpang merasa nyaman dan senang
menggunakan transportasi tersebut. JetBlue didirikan di Delaware pada Agustus 1998 oleh
David Neeleman. Pada mulanya JetBlue didirikan dengan nama Newair. Karena beberapa eksekutif JetBlue termasuk Neeleman adalah
mantan karyaean Southwest Airlines maka ketika JetBlue didirikan dimulai dengan
mengikuti pendekatan yang dilaksanakan oleh Southwest Airlines dengan menawarkan perjalanan murah, tetapi berusaha
untuk membedakan dirinya dengan fasilitas, seperti hiburan dalam penerbangan,
TV di setiap kursi dan radio satelit. Hal ini kembali lagi pada
slogan dari Jet Blue, yaitu ingin mencipatakan kenyamanan perjalanan bagi para
penumpang terutama ketika melakukan perjalanan udara.
Dalam
perjalanannya Jet Blue semakin baik dalam melakukan pelayanan publik dalam
bidang transportasi sehingga JetBlue dapat menjadi salah satu saham maskapai
penerbangan yang paling populer dalam sejarah dan saat ini memiliki sekitar dua
miliar dolar dalam kapitalisasi pasar. Karena
hal tersebut banyak pihak yang memuji keberhasilan JetBlue atas kecakapannya
dalam melakukan pelayanan dan dari hasil keuangan yang kuat.
Pada tahun
2004 Jet Blue memulai penerbangan dari Bandara LaGuardia, New York City dan
pada tahun 2005 Jet Blue menambahkan layanannya di Bandar Udara Internasional
Newark Liberty di Newark, New Jersey.
Selain itu, Jet Blue menambahkan
layanan di John F. Kennedy yang sekarang menjadi basis utama Jet Blue dan Logan Airport di Boston. Dengan
penambahan yang terus menerus akhirnya Jet Blue sekarang memegang ketiga
bandara terbesar di New York City. Dalam satu hari Jet Blue airlines dapat
melakukan sepuluh penerbangan yang dapat menampung 100-190 penumpang sekali
perjalanan. Kiprah Jet Blue tidak sampai disini saja, pada bulan Oktober 2006
JetBlue mengumumkan mereka akan mulai layanan dari Stewart Bandar Udara
Internasional, di Newburgh, New York dan di Westchester Country Airport yang
lebih sering dikenal dengan White Plains. (http://en.wikipedia.org/wiki/JetBlue_Airways).
Untuk
meningkatkan pelayanannya Jet Blue Airlines terus menerus menambahkan
armadanya, seperti pada tahun 2006 Jetblue melakukan penambahan 36 pesawat
untuk memperluas eksistensinya dalam pelayanan transportasi udara. Pada tahun
2007 Jetblue menjadi maskapai penerbangan domestik nomor satu di Amerika
Serikat yang diberikan oleh ”Conde Nast Traveler” untuk ke-enam kalinya secara
berturut—turut dan pada tahun 2009 JetBlue menduduki
peringkat tertinggi dalam aspek kepuasan pelanggan dikarenakan pelayanan yang
baik, tepat waktu, dan biaya yang murah.
Sistem Transportasi di London,
Inggris.
Sebagai wujud dari pelayanan publik,
pemerintah lokal di kota London memiliki suatu badan yang bertanggung jawab
atas sebagian besar aspek yang berhubungan dengan sistem transportasi di kota
London. Badan yang bertanggung jawab atas sistem transportasi tersebut
dinamakan Transport for London atau sering disingkat menjadi TfL.
TfL terorganisasi dalam tiga direktorat utama,
masing-masing dengan tanggung jawab untuk aspek-aspek yang berbeda dan jenis
transportasi. Tiga direktorat utama adalah:
London Underground bertanggung
jawab untuk menjalankan kereta api bawah tanah London yang biasa disebut
sebagai tube. Walaupun tube merupakan miliki pemerintah lokal, namun
pengelola penyediaan layanan perawatan diserahkan kepada sektor swasta. Rute
tube ini dibagi menjadi tiga
jalur yaitu:
l BCV: Bakerloo, Tengah, Victoria dan Waterloo &
City
l JNP: Jubilee, Northern dan Piccadilly
l SSR (Sub Surface Kereta Api): Metropolitan, District,
Circle dan Hammersmith & City
London Rail bertanggung jawab
untuk berkoordinasi dengan operator yang memberikan layanan rail nasional di
London, khususnya kereta api di permukaan tanah (London Overground) dan trem.
3. Surface Transport
Surface transport atau transportasi yang ada di permukaan
tanah ini terdiri dari:
b.
London Dial-a-Ride, yang
menyediakan layanan paratransit di seluruh London.
c.
London River Services,
bertanggung jawab untuk perizinan dan koordinasi layanan penumpang di Sungai
Thames di London.
d.
London Streets, yang
bertanggung jawab atas pengelolaan jaringan jalan strategis.
e.
London congestion charge.
f.
Publik Kantor Carriage, bertanggung jawab untuk
perizinan taksi hitam yang terkenal dan menyewa kendaraan pribadi lainnya.
g.
Victoria Coach Station, yang memiliki dan
mengoperasikan terminal utama London untuk bis jarak jauh dan layanan pelatih.
h.
Cycling Centre of Excellence, yang mempromosikan
bersepeda di London
i.
Walking Center, yang mempromosikan akses pejalan kaki
yang lebih baik.
j.
London Road Safety Unit,
yang mempromosikan jalan yang lebih aman melalui iklan dan mengukur keselamatan
di jalan raya.
k.
Community Safety,
Enforcement dan Policing, bertanggung jawab untuk menanggulangi penghindaran
ongkos di bis, memberikan layanan kepolisian yang menangani kejahatan dan
kekacauan pada transportasi umum bekerjasama dengan Kepolisian Metropolitan
Transport Service Komando Operasi Unit (TOCU) dan British Transport Police. (http://www.tfl.gov.uk/tickets/14415.aspx).
l Traffic Enforcement, bertanggung jawab untuk
menegakkan peraturan lalu lintas dan parkir
l Freight Unit, yang saat ini sedang mengembangkan
London Freight Plan
Walaupun London memiliki
beberapa jenis transportasi publik, namun dalam makalah ini, jenis transportasi
di kota London yang dibahas hanya dua macam yaitu kereta bawah tanah yang
dikelola oleh London Underground (Tube) dan bus publik untuk dalam kota yang
dikelola oleh London Bus. Kedua jenis transportasi publik tersebut akan dibahas
lebih lanjut pada pemaparan berikut.
1. London Underground (Tube)
Sampai saat ini, Underground
beroperasi sebagai Public-Private Partnership (PPP), dimana perawatan
infrastruktur yang dikelola oleh dua perusahaan swasta (Perusahaan Tube Lines)
di bawah 30 tahun kontrak, sementara kepemilikan dan pengoperasian berapa pada
tangan publik yaitu TfL. Di dalam sistem PPP tersebut, Underground telah
dianggap sebagai kereta bawah tanah yang berstandar dunia. Standar dunia itu
diberikan mengingat tersedianya kereta bawah tanah per waktu tertentu untuk
setiap jalur dilengkapi dengan fasilitas yang baik.
Underground
tidak berjalan selama 24 jam sehari (kecuali pada Tahun Baru dan acara-acara
publik utama - seperti Queen's Golden Jubilee pada 2002 dan Upacara Pembukaan
dan Penutupan Olimpiade London pada tahun 2012) karena sebagian besar garis
hanya memiliki dua trek (satu di masing-masing arah) dan pada malam hari untuk
pembersihan dan pemeliharaan. (Menurut Asapsetia dalam http://asepsetia.multiply.com/journal/item/68/Tube_London
: 2010)
Untuk
melihat keefektifitasan Underground ini, makalah ini melihat dari beberapa
indikator yang tercakup dalam pelayanan transportasi Underground ini. Indikator
adalah sebagai berikut:
a.
Ketepatan Waktu
Kereta
bawah tanah ini relatif tepat waktu berdasarkan jadwal yang diberikan, namun
dalam beberapa keadaan tertentu seperti kerusakan sinyal atau kecelakaan,
keterlambatan juga bisa terjadi. Menurut statistik yang diperoleh di bawah Freedom of
Information Act, komuter rata-rata pada baris Metropolitan terbuang tiga hari,
10 jam dan 25 menit pada 2006 akibat penundaan. Antara 17 September 2006 dan 14
Oktober 2006 , terdapat 211 kasus kereta api yang tertunda oleh lebih dari 15
menit. Untuk memberikan pertanggungjawaban, penumpang berhak mendapatkan
pengembalian dana jika perjalanan mereka tertunda selama 15 menit atau lebih.
b.
Biaya Transportasi Berbanding dengan Pendapatan Per Kapita Inggris
Untuk
menggunakan ini, para pengguna Underground dapat membeli tiket langsung atau
menggunakan kartu khusus bernama Oyster. Kartu Oyster bekerja seperti katu
debet yang diisi dengan jumlah uang tertentu. Rata-rata orang mengeluarkan uang
sebesar 100 pound sterling per bulan atau untuk mengakses trasportasi ini, atau
jika dirupiahkan sebesar Rp. 1.351.600. Pengeluaran tersebut berbanding dengan
nilai pendapatan kotor per kapita kota London yaitu 26.192 pound sterling.
Harga transportasi yang cukup besar, namun sebanding dengan efisiensi waktu yang
diberikan jika menggunakan transportasi ini.
c.
Kenyamanan dan Keselamatan
Selain
dilengkapi alat-alat keselamatan, kereta bawah tanah ini dilengkapi dengan
pendingin dan penghangat ruangan, petugas kebersihan, informasi rute yang
terkomputerisasi, fasilitas khusus untuk penyamdang cacat, dan fasilitas
penunjang lainnya. Sedangkan kecelakaan di Underground jarang sekali terjadi.
d.
Kepadatan Penggunaan Transportasi
Kereta
api bawah tanah ini kurang lebih telah mengangkup satu milyar orang per tahun,
dimana jalur yang paling sibuk berada di Northern yang mengangkut 850.000 orang
per hari dengan 91 kereta. Kepadatan tersebut berada pada puncaknya ketika
jam-jam sibuk seperti jam pergi dan pulang bekerja. Hal itu menjadikan kondisi
yang berdesak-desakan di stasiun. Kondisi crowded ini masih menjadi perhatian
dari pemerintah setempat.
2.
London Bus
Seperti London Underground, London
Bus juga menerapkan sistem PPP, dimana terjadi kerjasama pengelolaan antara
publik dan swasta. Perbedaannya adalah servis yang diberikan oleh London Bus
lebih banyak disediakan oleh swasta. Publik memiliki tugas sbagai berikut:
·
Perencanaan rute
bus
·
Menentukan
tingkat pelayanan
·
Pemantauan
kualitas layanan
·
Pengelolaan
stasiun bis dan bus berhenti dan layanan dukungan lainnya
·
Memberikan
informasi bagi penumpang dalam bentuk jadwal dan peta di halte bus dan online,
dan online jasa perencanaan rute
·
Memproduksi
selebaran peta, tersedia dari Travel Information Centre, perpustakaan dll, dan
sebagai online download.
·
Operasi
CentreComm London Bus 24hour pusat Komando dan Kontrol berbasis di Southwark
Kualitas Bus ini sendiri dapat dilihat melalui empat
indikator di atas dengan penjabaran sabagai berikut:
a.
Ketepatan Waktu
London Bus merupakan salah satu alat transportasi di
dunia yang terkenal jarang mengalami keterlambatan. Rute dan jadwal bus ini
dapat diakses di halte-halte bus atau di website yang disediakan oke TfL.
b.
Biaya Transportasi Berbanding dengan Pendapatan Per Kapita Inggris
Seperti
halnya dengan London Underground, pembayaran pelayanan publik ini dilakukan
dengan uang tunai atau menggunakan kartu Oyster. Untuk dewasa, biaya yang
dibutuhkan adalah 63.80 pound sterling per bulan atau sebesar Rp. 863.000,
sedangkan untuk pelajar berusia 18 tahun ke atas dikenai 44.60 pound sterling
perbulan atau Rp. 603 500. Tiket diberikan secara gratis bagi para penyandang
cacat dan pelajar di bawah 18 tahun. Harga tersebut terjangkau dibanding
pendapatan kotor per kapita kota London yang mencapai 26.192 pound sterling.
c.
Kenyamanan dan Keselamatan
Bus
yang bertingkat dua ini memiliki fasilitas yang diberikan bisa dikatakan sangat
baik. Selain terdapat fasilitas umum bus, London Bus juga memiliki tempat duduk
khusus untuk para penyandang cacat dan untuk orang yang membawa anjing. Selain
itu London Bus dilengkapi iBus yang dipercanggih dengan GPS yang memungkinkan
para penumpang untuk mengetahui jarak pemberhentian berikutnya.
d.
Kepadatan Penggunaan Transportasi
Jaringan bus lokal di
London adalah salah satu yang terbesar dan paling komprehensif di dunia. Lebih
dari 6.800 bus dijadwalkan beroperasi pada lebih dari 700 rute yang berbeda.
Selama tahun jaringan ini membawa lebih dari 1,8 milyar perjalanan penumpang.
3. Maskapai Penerbangan Inggris
British
Airways merupakan maskapai penerbangan terbesar yang berkedudukan di Inggris. Maskapai
penerbangan ini beroperasi dengan sistem Public
Private Partnership. Pusat operasinya berada di Bandara London Heathrow serta beberapa
pusat yang lebih kecil seperti di Bandara Internasional Manchester
dan Bandara
Internasional Birmingham. British Airways sering disingkat menjadi BA.
British Airways melayani hampir
150
Pelayanan
yang digunakan di penerbangan domestik
British Airways memang jarang
mengalami kecelakaan saat perjalanan, namun pihak British Airways sendiri
memiliki tindakan pencegahan dengan terus melakukan renovasi pada
pesawat-pesawatnya serta memperlengkapi pesawat dengan alat-alat keselamatan
pada umumnya. Selain itu, keselamatan yang diberikan oleh maskapai penerbangan
ini ditanggung melalui asuransi yang diberikan untuk setiap penumpang yang
memakai jasa transportasi udara ini. Asuransi tersebut dikenakan pula pada
bagasi penumpang.
Sistem Transportasi di Jakarta, Indonesia
Indonesia adalah
negara kepulauan, terdiri atas 5 pulau besar, ratusan pulau sedang serta ribuan
pulau kecil. Ribuan pulau ini dipersatukan laut dan angkasa menjadi negara
kesatuan Republik Indonesia. Laut dan angkasa adalah prasarana perangkutan yang
harus dipandang sebagai pemersatu pulau-pulau menjadi kesatuan wilayah negara,
bukan lagi sebagai pemisah antara satu pulau dengan pulau lainnya. (Warpani,
1997)
Rentang wilayah negara
mengharuskan penanganan moda transportasi angkutan darat, laut dan udara secara
terpadu untuk mewujudkan sistem angkutan nasional yang andal, efektif dan
efisien. Setiap moda angkutan memiliki karakter khas, keunggulan dan
kelemahannya. Moda transportasi darat, laut dan udara harus menjadi kesatuan sistem
agar dapat menjawab tujuan perangkutan, yakni melayani perpindahan atau
mobilisasi orang dan barang dari satu tempat ke tempat lain.
Untuk menjawab
tantangan itu, disusun Sistem
Transportasi Nasional (Sistranas) yang bertujuan mewujudkan perangkutan
yang andal dan berkemampuan tinggi dalam menunjang sekaligus menggerakkan
dinamika pembangunan, meningkatkan mobilitas manusia, barang dan jasa, membantu
terciptanya pola distribusi nasional yang mantap dan dinamis, serta mendukung pengembangan
wilayah dan lebih memantapkan perkembangan kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
dan bernegara dalam rangka perwujudan Wawasan Nusantara dan peningkatan hubungan
internasional.
Moda transportasi
darat dalam sistem angkutan di Indonesia terdiri atas angkutan jalan, angkutan jalan
rel serta angkutan sungai, danau dan penyeberangan. Jaringan perangkutan darat
tersusun dalam suatu jaringan pelayanan yang menghubungkan seluruh pusat
kegiatan di wilayah perkotaan maupun perdesaan. Dalam seluruh sistem yang terdiri
atas matra darat, laut dan udara, jaringan angkutan darat menjadi titik simpul
antarmoda yang vital. Ia menjadi mata rantai awal/akhir moda angkutan laut dan
udara pada titik terminal yang semuanya di daratan.
Kota Jakarta sebagai ibukota negara dengan
beragam aktivitas yang tentunya melibatkan banyak sekali individu dalam sistem
yang berlaku di dalamnya. Daerah
hinterland yang menjadi tujuan untuk bertempat tinggal adalah Bogor,
Depok, Tanggerang dan Bekasi (Bodetabek). Penduduk pinggiran dalam melakukan
aktivitas kesehariannya termasuk kedalam kelompok penglaju (commuter).
Data yang diperoleh
dari Dinas Perhubungan DKI Jakarta menunjukkan, kebutuhan perjalanan per hari
dengan angkutan umum dari Bodetabek ke Jakarta dan sebaliknya makin meningkat.
Pada tahun 2002, misalnya, tercatat 7,3 juta perjalanan per hari, tahun 2010
diperkirakan menjadi 9,9 juta perjalanan per hari, dan pada tahun 2020
meningkat menjadi 13 juta perjalanan setiap hari. Perjalanan ulang alik
Tangerang-Jakarta pada tahun 2010 akan mencapai 1.078.963 dan tahun 2010
menjadi 1.465.912. Adapun perjalanan Bogor-Depok-Jakarta dan sebaliknya pa- da
tahun 2010 diperkirakan 791.295 dan pada tahun 2020 melesat menjadi 1.148.528.
Perjalanan Bekasi-Jakarta dan sebaliknya cenderung lebih rendah. Tahun 2010
diprediksi 693.099 dan tahun 2020 mencapai 940.834. Angka-angka prediksi ini
masuk akal karena pertumbuhan kawasan perumahan baru ke arah Tangerang dan
Banten, juga masih ke arah Depok dan Bogor.
Mobilitas masyarakat yang semakin berkembang
sangat menuntut tersedianya pelayanan angkutan umum, disamping prasarana jalan
untuk mengakomodasi permintaan perjalanan tersebut. Dalam penyediaan sarana
transportasi juga perlu diperhatikan kualitas layanan, terutama keselamatan. Dalam
Bab I UU No. 22 tahun 2009, keselamatan lalu lintas dan angkutan jalan
diartikan sebagai suatu keadaan tehindarnya setiap orang dari resiko kecelakaan
selama berlalu lintas yang disebabkan oleh manusia, kendaraan, jalan dan/atau
lingkungan. Keselamatan transportasi di Indonesia nampaknya masih menjadi
perhatian besar. Tingginya tingkat kecelakaan menjadi penyebabnya. Isu yang
menjadi penyebab tingginya tingkat kecelakaan tersebut di antaanya adalah isu
sumber daya manusia (human resources
issues), isu utama (main issues),
isu fasilitas (facility issues), isu
infrastruktur (infrastructure issues).
(http://www.dephub.go.id/)
Isu sumber daya
manusia (human resources issues)
yaitu rendahnya kedisiplinan akan aturan lalu lintas, rendahnya kesadaran akan
keselamatan publik, official competency
dalan keselamatan lalu lintas masih belum mencukupi. Isu utama (main issues) yaitu rendahnya koordinsi antara stekeholders dengan safety handling, kurangnya dukungan organisasi dan financial,
penegakan hukum yang tidak membawa efek jera dan sistem informasi yang belum
mencukupi. Isu fasilitas (facility issues)
yaitu keadilan kendaraan bermotor, ketersediaan safety facility bagi kendaraan, desain dan teknologi kendaraan,
pemeliharaan kendaraan. Isu infrastruktur (infrastructure
issues) yaitu kondisi jalan dan jembatan, jalan kereta api, rambu-rambu
lalu lintas, peralatan penguji kendaraan, jembatan timbang.
How Much is National Loss?
(estimated)
KAI
Commuter Jabodetabek
Setelah Indonesia
merdeka, lokomotif-lokomotif listrik hasil elektrifikasi jalur kereta api pada
zaman penjajahan masih setia melayani para pengguna angkutan kereta api di
daerah Jakarta – Bogor. Pemerintah Indonesia sejak kemerdekaan tidak pernah
membeli lokomotif listrik untuk mengganti atau menambah jumlah lokomotif
listrik yang beroperasi. Namun pada akhirnya, dengan usia yang telah mencapai
setengah abad, lokomotif-lokomotif ini dipandang tidak lagi memadai dan
mulai digantikan dengan rangkaian Kereta Rel Listrik baru buatan Jepang sejak
tahun 1976. KRL Jabotabek, yang
sekarang dikenal bernama KA Commuter
Jabodetabek, adalah jalur kereta listrik yang dioperasikan oleh PT KAI
Divisi Jabotabek sebelum berubah nama menjadi PT KAI Commuter Jabodetabek.
Seiring perkembangan
zaman, KRL Jabotabek yang beroperasi sekarang
sudah memiliki berbagai fasilitas dan kelas, mulai dari tempat duduk yang ”empuk”
hingga Air Conditioner (AC) yang menyejukkan. Saat ini ada tiga
kategori atau kelas pelayanan KRL Jabodetabek (commuter), antara
lain Commuter ekonomi
non-AC, Commuter Ekonomi
AC dan Commuter Ekspres
AC.
Sistem
pengoperasian Commuter
terpadu di wilayah Jabotabek dimulai pada tahun 2000, saat itu pemerintah
Indonesia menerima hibah 72 unit KRL. Dari jumlah tersebut, sebanyak 50 unit
gerbong bisa langsung digunakan dan dioperasikan sebagai rangkaian-rangkaian
KRL Pakuan yang melayani rute Jakarta – Bogor, PP.
Jumlah Penumpang
dan Pendapatan Tahun 2001
Dirinci Menurut
Jenis Kereta Api
KRL menjadi sarana transportasi pilihan para
penglaju karena dinilai lebih ekonomis dan dapat dijangkau dengan cepat.
Pengguna sarana transportasi kereta commuter
sebagian besar adalah dengan maksud sekolah dan bekerja, yang dalam sepekan
melakukan perjalanan antara 5-6 kali. Alasan masyarakat memilih KRL yaitu lebih
murah dan lebih cepat.
Namun keterlambatan kereta masih sering dirasakan oleh masyarakat.
Gangguan utama yang dialami pengguna KRL adalah kepadatan penumpang dengan
kekurangan armada kereta. Kemudian keamanan penumpang dirasakan masih kurang
karena banyak pihak tidak bertanggungjawab yang memanfaatkan kepadatan KRL.
Busway-Transjakarta
Dari lima aspek
pengukuran yang digunakan untuk mengukur kualitas pelayanan busway, hany satu
aspek yang menunjukkan penilaian cenderung baik dan sisanya menunjukkan skor
yang cenderung kurang baik. Tingkat kualitas pelayanan yang cenderung baik
ditunjukkan pada hal-hal yang berkaitan dengan keamanan, kenyamanan, kerapihan
dan kondisi fisik bus. Sebaliknya, tingkat kualitas pelayanan yang dirasakan
masih cederung kurang baik adalah ketepatan waktu, lama waktu terlambat, sikap
petugas dalam memberikan pelayanan, kesopanan petugas, kemampuan dan sikap
petugas dalam menanggapi masalah, pengalaman petuga di bidang pekerjaannya,
keterampilan dalam memberikan layanan dan informasi, kepedulian terhadap
keluhan pengguna jasa, kebersihan petugas dan kondisi fisik halte.
(Chairunnisa, 2008)
Persepsi masyarakat
terhadap tingkat kinerja busway Transjakarta tergolong baik, khususnya dalam
kesesuaian akan kebutuhan masyarakat, pelayanan yang adil bagi penumpang dan
tarif tiket. Persepsi masyarakat terhadap tingkat kualitas pelayanan tergolong
kurang baik, khususnya dalam ketepatan waktu, lama waktu terlambat, sikap
petugas dalam memberikan pelayanan dan informasi, kepedulian terhadap pengguna
jasa, kebersihan petugas dan kondisi fisik halte bus. Masyarakat dinilai kurang
puas terhadap Transjakarta-Busway, khususnya dalam hal pelayanan di loket,
pelayanan di halte dan di dalam bus, jumlah kapasitas penumpang, lokasi halted
an rute bus, serta jumlah armada busway.
Maskapai
Penerbangan Indonesia
Sejarah
berdirinya perusahaan penerbangan pembawa bendera Negara (Flag Carrier)
Indonesia tidak terpisahkan dengan sejarah perjalanan bangsa Indonesia. Ketika
bangsa Indonesia mengalami masa-masa yang sulit - berjuang mempertahankan
kedaulatannya, dan dalam kondisi yang serba tidak menentu setelah proklamasi kemerdekaan,
para pejuang Indonesia telah memikirkan tentang pentingnya keberadaan angkutan
udara nasional yang handal. Berangkat dari pemikiran para pejuang inilah yang
akhirnya mewujudkan hadirnya sebuah maskapai penerbangan pembawa bendera
nasional.
Sebagai
national flag carrier, yang
selanjutnya oleh Soekarno diberi nama Garuda Indonesian Airways, harus selalu
siap melaksanakan tugas-tugas kenegaraan. Adapun tugas kenegaraan pertama
adalah membawa Soekarno dari Yogkakarta menuju Jakarta untuk dilantik menjadi
Presiden Republik Indonesia Serikat (RIS) pada tahun 1949.
Garuda
Indonesia resmi menjadi Perusahaan Negara pada tahun 1950, yang kemudian
berubah berdasarkan akta No. 8 tanggal 4 Maret 1975 dari Notaris Soeleman
Ardjasasmita, S.H., sebagai realisasi peraturan Pemerintah No. 67 tahun 1971,
serta diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia (RI) No. 68 tanggal 26
Agustus 1975.
Menurut
Akte Pendirian Perusahaan, tujuan Perusahaan adalah melaksanakan dan menunjang
kebijaksanaan dan program Pemerintah di bidang pembangunan dan ekonomi nasional
pada umumnya, khususnya di bidang jasa pengangkutan udara dan bidang lainnya
yang berkaitan dengan jasa pengangkutan udara serta memupuk keuntungan bagi
perseroan dengan menyelenggarakan angkutan penerbangan.
Garuda
Indonesia menjalankan kegiatan usaha di bidang-bidang sebagai berikut:
Garuda
Indonesia per akhir 2008 mengoperasikan 54 pesawat terbang, termasuk tiga
Boeing 747-400, enam Airbus 330-300, empat puluh lima pesawat Boeing 737 (300,
400, 500 dan 800) dan saat ini melayani 50 penerbangan baik tujuan dalam negeri
maupun luar negeri.
Ulasan
situs Forbestraveler.com menempatkan Bandara Soekarno Hatta (Soetta) sebagai
bandara nomor dua paling tepat waktu di dunia. Untuk maskapai domestik, Garuda
Indonesia keluar sebagai pemenang, mengungguli 5 pesaingnya. Garuda Indonesia
mencatat ketepatan waktu kedatangannya 92,55 persen dan ketepatan keberangkatan
98,13 persen. Pada tahun 2002 Garuda Indonesia dinobatkan menjadi pemenang
untuk kategori ketepatan waktu. Garuda Indonesia mengalahkan maskapai negara
lain seperti KLM dan Singapore Airlines. Penganugerahan itu diberikan Bandar
Udara Schiphol, Belanda. Ketepatan terkait dengan waktu kedatangan dan
keberangkatan.
Keselamatan dan
kenyamanan
Dalam usaha
peningkatan aspek keselamatan dan kenyamanan Garuda Indonesia mendapatkan
sertifikasi internasional mengenai keselamatan dan kemanan internasional dan
penurunan tingkat kecelakaan.
Setelah
melalui proses yang cukup panjang, Garuda Indonesia berhasil meraih IATA Operational Safety Audit (IOSA)
Certification yang merupakan sertifikasi tingkat dunia terhadap keselamatan dan
keamanan penerbangan yang telah terakreditasi secara internasional. Garuda
menjadi maskapai pertama dan satu-satunya dari Indonesia yang memiliki
sertifikasi IOSA ini.
Upaya
meningkatkan keselamatan penerbangan juga bisa diukur dari tingkat Incident Rate. Berdasarkan data sejak tahun
2002 hingga 2008, tren Incident Rate
menunjukan penurunan. Incident Rate tahun 2008 adalah 0,41/ 1.000 departure,
yang terendah dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
Dalam
hal keselamatan, Garuda Indonesia tercatat beberapa kali menghadapi musibah
kecelakaan, yaitu:
Kepadatan
Jumlah penumpang
domestik yang diangkut oleh seluruh maskapai penerbangan domestik meningkat
hanya 2,4% dari 31,2 juta orang pada tahun 2007 menjadi 31,9 orang pada tahun
2008, sesuai laporan BPS. Laju pertumbuhan trafik penumpang mengalami tekanan
dan pada triwulan ketiga dan keempat mengalami penurunan masing-masing 9,9% dan
7,9%. Hal ini disebabkan oleh:
III.2 Perbedaan, Persamaan, dan Hal yang dapat
diaplikasikan di Indonesia dari
Sistem Transportasi Amerika Serikat dan Inggris
Tabel 1.1 Perbandingan
Sistem Transportasi Amerika Serikat, Inggris dan Indonesia
Dari
tabel diatas dapat dilihat perbedaan apa saja yang dimiliki oleh negara Amerika
Serikat, Inggris dan Indonesia dalam bidang transportasi. Untuk melihat
perbedaan apa yang terjadi dari sebuah sistem yang dijalankan, salah satunya
dapat diukur dari kualitas yang dihasilkan oleh sistem tersebut. Dari tabel
diatas dapat terlihat dengan jelas perbedaan sistem transportasi yang
dijalankan oleh Amerika Serikat, Inggris dan Indonesia dilihat dari kualitas
yang dirasakan langsung oleh masyarakat, seperti kenyamanan, ketepatan waktu,
biaya, kapasitas, dan keselamatan.
Dari perbedaan
yang ada dapat dilihat bahwa aparatur negara Indonesia dalam menyediakan
pelayanan publik khususnya dalam bidang transpotasi baru memikirkan kepada
kepentingan atau pelaksanaan yang sifatnya hanya pada tahap primer, dimana
aparatur pemerintah atau para birokrat hanya berorientasi supaya penumpang
dapat sampai tepat waktu, ada alat transportasi yang dapat mengangkut para
penumpang sampai ke tujuan tanpa memikirkan keamanan dan kenyamanan para penumpang.
Hal tersebut juga dikarenakan biaya yang dibebankan pemerintah Indonesia tidak
sebanding dengan biaya yang dibebankan oleh pemerintah Amerika Serikat atau
Inggris.
Apabila diambil
secara umum, dari segi perkeretaapian, biaya paling murah yang dikeluarkan
penumpang sekitar rentang Rp 2.000 – Rp 11.000, jika dibandingkan dengan income
perkapita Indonesia sekitar US $ 2.000 maka perbandingannya sekitar 1 : 1636
sedangkan di negara Amerika Serikat dan Inggris, tarif yang dikenakan untuk
transportasi sekitar US $ 2,5. Perbandingan biaya transportasi dengan angka
pendapatan perkapita negara tersebut sekitar 1 : 16.000. Hal itulah yang
menyebabkan mengapa masyarakat di negara maju seperti Amerika Serikat dan
Inggris mendapatkan pelayanan yang lebih baik, dimana pemerintah melakukan
pelayanan sudah berorientasi pada tahap sekunder, yaitu sudah memikirkan kepada
kenyamanan dan keselamatan dari para penumpang bahkan sudah ada yang akan
mencapai pada tahap tersier yaitu sudah memperhitungkan kemewahan.
Namun tidak
serta merta dalam pelaksanaan sistem transportasinya, Amerika Serikat, Inggris
dan Indonesia hanya memiliki perbedaan saja, terdapat juga persamaan yang
dimiliki oleh ketiga negara tersebut. Pertama adalah ketiga negara tersebut
memandang dan sangat merasakan bahwa dengan adanya globalisasi yang terjadi di
dunia diperlukan adanya sistem transportasi yang baik, khususnya cepat. Karena
itu sistem transportasi yang cepat dan massal (Mass Rapid Transportation) sudah menjadi bagian yang terintegrasi
dalam kehidupan sehari-hari.
Kesamaan
yang lain adalah ketiga negara tersebut sama-sama menggunakan sistem Public Private Sector, dimana ada
kemitraan antara pemerintah dan swasta atau lembaga yang ditunjuk oleh
pemerintah. Di Indonesia sendiri sistem ini hanya dijalankan pada sistem
transportasi busway (bus perkotaan) dimana Indonesia bekerjasama dengan
beberapa perusahaan swasta seperti Lorena. Namun hal tersebut tidak ditemukan
pada kereta commuter, dimana
perkeretaapian Indonesia dipegang seutuhnya oleh negara. Public Private Sector juga dijalankan di negara Amerika serikat dan
Inggris. Contohnya adalah di New York, Amerika Serikat, sistem transportasi
memang menjadi otoritas dan kewenangan negara, namun badan legislatif negara
Amerika Serikat memberikan kewenangan tersebut kepada Metropolitan Transportation Authority untuk mengurusi masalah
transportasi dan pemerintah bertugas untuk membuat kebijakan dan mengawasi
supaya jalannya sistem tersebut dapat berjalan dengan baik.
III.3 Analisis
Dari penguraian
diatas mengenai sistem transportasi di Indonesia, Amerika Serikat dan Inggris
dapat terlihat perbedaan ketiga negara tersebut dalam hal administrasi
negaranya. Ketiga negara tersebut menjalankan administrasi negara yang berbeda
satu sama lain. Ketika kita berbicara tentang administrasi negara ada dua hal
yang menjadi fokus utama, yaitu bagaimana membuat kebijakan yang tepat untuk
masyarakat dalam negara tersebut dan bagaimana mengimplementasikan atau hasil
pengimplementasian kebijakan tersebut. Jadi intinya administrasi negara
berbicara masalah politik yaitu bagaimana membuat suatu kebijakan serta
berbicara masalah administrasi yaitu
bagaimana mengimplementasikan kebijakan tersebut.
Indonesia,
Amerika Serikat dan Inggris memperlihatkan bagaimana ketiga negara tersebut
menjalankan adminitrasi yang berbeda, yaitu dari setiap kebijakan
pertransportasian yang dianut oleh Indonesia, Amerika Serikat dan Inggris.
Contohnya adalah kebijakan mengenai kepemilikan atau kepengurusan transportasi
yang menjadi salah satu bagian terpenting di suatu negara. Indonesia, Amerika
Serikat dan Inggris sama-sama menerapkan sistem Public Private Sector namun yang menjadi perbedaan, Indonesia tidak
menerapkan sistem Public Private Sector pada
setiap jenis transportasi massal yang ada. Kereta commuter tetap dipegang dan dikendalikan sepenuhnya oleh negara
dikarenakan negara melihat apabila itu diserahkan kepada swasta akan muncul
yang namanya kegagalan pasar karena adanya monopoli oleh swasta sehingga
masyarakat mengalami kerugian yang cukup besar yang akan berakibat pada
ketidaksejahteraan masyarakat di Indonesia.
Bahasan
mengenai sistem transportasi Indonesia, Amerika Serikat dan Inggris dapat
dihubungkan dengan mata kuliah Managemen Pelayanan Umum. Menurut Zeithaml Berry
dan Parasuraman dalam melakukan pelayanan publik, kualitas jasa yang diberikan
oleh administrator negara dapat diukur menggunakan metode servqual yang mengidentifikasikan kualitas jasa dalam lima dimensi,
yaitu tangiable, responsiveness,
realibility, assurance, dan emphaty.
Tangiable (tampilan elemen fisik), dimensi ini mencakup tersedianya
fasilitas fisik, peralatan, sumberdaya manusia, materi-materi untuk komunikasi
yang merupakan bukti nyata pelayanan. Reliability
(keandalan), dimensi ini mencakup kemampuan perusahaan untuk memberikan layanan
yang akurat sejak pertama kali tanpa membuat kesalahan apapun dan menyampaikan
jasanya sesuai dengan waktu yang telah disepakati. Responsiveness (daya tanggap), dimensi ini mencakup kesediaan dan
kemampuan para karyawan untuk membantu para pelanggan dan merespon permintaan
mereka, serta menginformasikan kapan jasa akan diberikan dan kemudian
memberikan jasa secara cepat. Assurance (jaminan),
dimensi ini mencakup perilaku karyawan yang mampu menumbuhkan kepercayaan pelanggan
terhadap perusahaan dan perusahaan bisa menciptakan rasa aman bagi
pelanggannya. Jaminan ini berarti bahwa para karyawan selalu bersikap sopan dan
menguasai pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk menangani setiap
pertanyaan atau masalah pelanggan dan yang terakhir adalah Emphaty (empati), berarti perusahaan memahami masalah para
pelanggannya dan bertindak demi kepentingan pelanggan, serta memberikan
perhatian personal kepada para pelanggan dan memiliki jam operasi yang nyaman.
Pelayanan publik dalam bidang transportasi di Amerika
Serikat dan Inggris pada dasarnya hampir sama, yaitu sudah memperhatikan kelima
dimensi yang ada. Amerika Serikat sudah sangat memperhatikan dimensi tangiable
dari transportasinya, dalam hal ini Amerika Serikat memperhatikan sekali dan
melakukan perawatan (maintenance) terhadap
kendaraan angkutan, stasiun serta halte-halte bus agar pelanggan dapat
merasakan kenyamanan ketika sedang menunggu atau melakukan perjalanan. Kedua
adalah dimensi reability, kedatangan
dan keberangkatan bus atau kereta yang tepat waktu atau keterlambatan maksimal
tiga menit dan pengembalian uang kepada pelanggan apabila terjadi keterlambatan
menjadi salah satu bentuk dari keandalan yang dimiliki oleh Amerika Serikat. Responsivessness ditunjukan dengan sikap
dari para petugas angkutan apabila terdapat mesin koin yang rusak dan pelanggan
merasa dirugikan akan hal tersebut. Dikarenakan pelayanannya yang baik kepada
masyarakat sehingga muncullah kepercayaan masyarakat untuk tetep menggunakan
transportasi massal yang telah disediakan, disini muncul akan apa yang
dimanakan dengan assurance. Dimensi
yang terakhir adalah emphaty. Empati
bukan hanya bagaimana petugas memberikan pelayanan yang ramah kepada masyarakat
tetapi juga memiliki jam operasi yang nyaman, seperti terdapat jadwal yang
tepat dan angkutan yang sesuai dengan keperluan masyarakat di setiap jam-jam
sibuk dalam penggunaan pelayanan transportasi.
Sedangkan
apabila kita melihat sistem transportasi di Indonesia, kelima dimensi tersebut
belum diterapkan seluruhnya dengan benar. Tangiable,
angkutan di Indonesia terutama kereta ekonomi sangat buruk dalam tampilan
fisiknya, kurang ada perawatan yang seimbang dibandingkan dengan jumlah
penumpang dan jam operasinya. Selain itu, tidak semua stasiun memberikan
kenyamanan dan fasilitas yang baik bagi para pelanggan yang sedang menunggu. Dalam
dimensi responsiveness, para petugas
yang dtempatkan dilapangan (stasiun) kurang tanggap dalam memberikan informasi
dimana letak kereta yang paling cepat akan sampai ke stasiun tersebut sehingga
menimbulkan kebingungan bagi para penumpang yang dalam keadaan terdesak. Reability, dalam aspek ini administrator
negara telah membuat kebijakan yang baik, yaitu dengan membuat jadwal yang
harus diikuiti oleh petugas kereta, namun terkadang rasa acuh yang dimiliki
oleh petugas menjadi momok sendiri bagi sistem perkeretaapian di Indonesia. Assurance, hal ini yang sangat disoroti
dari sistem transportasi Indonesia, terutama kereta. Masih banyaknya tindakan
kriminalitas diatas kereta dan di stasiun-stasiun menimbulkan rasa takut dan
khawatir bagi masyarakat yang akan menggunakan transportasi tersebut.
Masyarakat dihinggapi rasa takut dan cemas. Yang terakhir adalah dimensi emphaty, dimana petugas yang melakukan
pelayanan kadang dipengaruhi oleh keadaan dirinya sehingga apabila keadaaan
petugas tersebut sedang kurang baik, petugas akan memberikan pelayanan yang
kurang baik kepada masyarakat dan menimbulkan word of mouth di masyarakat.
Apabila
dilihat dari metode servqual tersebut,
terdapat perbedaan bagaimana administrator negara mengatur pelayanan publik
dalam bidang transportasi. Amerika Serikat dan Inggris yang sudah memperhatikan
kelima dimensi tersebut sedangkan Indonesia yang belum dapat melaksanakan
pelayanan publik berdasarkan kelima dimensi yang dikemukakan oleh Berry dan
Parasurama.
BAB
IV
PENUTUP
IV. 1 Kesimpulan
Amerika Serikat, Inggris dan Indonesia
sama-sama menyadari bahwa transportasi merupakan hal krusial dan sama-sama
menggunakan sistem public-privat
partnership dalam penyediaan layanan transportasi publik, kecuali layanan
kereta commuter di Indonesia.
Pemerintah Indonesia menguasai sepenuhnya layanan kereta commuter.
Perbedaan mendasar yaitu orientasi
pemerintahnya. Dalam hal pengadaan layanan transportasi publik, pemerintah
Indonesia masih berada pada tahap primer yang berorientasi pada bagaimana
menyediakan transportasi publik agar masyarakat dapat sampai pada tempat
tujuan, sedangkan pemerintah Amerika Serikat sudah berada pada tahap sekunder
yang berorientasi pada kenyamanan dan sangat memperhatikan keselamatan, bahkan
sudah sampai pada tahap tersier, yaitu memperhatikan kemewahan.
Hal
yang dapat dipelajari dari penerapan sistem MRT di Amerika Serikat dan Inggris
adalah pengadaan layanan secara public-privat
partnership dan berada pada tahap sekunder di mana sangat memerhatikan
keselamatan dan kenyamanan (kualitas layanan). Busway-Transjakarta telah
menerapkan sistem tersebut, namun pemerintah masih tetap berada pada tahap
primer. Hal ini dibuktikan bahwa Transjakarta merupakan bus rapid transit yang memiliki rute atau jalur terbanyak di dunia
namun kualitas pelayanannya tidak sebaik bus
rapid transit di negara lain.
IV. 2 Saran
Sebenarnya ada beberapa cara yang dapat
dilakukan agar pelayanan transportasi di Indonesia dapat diubah kearah yang
lebih baik. Salah satunya dengan melakukan reformasi administrasi yang
dikemukakan oleh Han Been Lee. Ada dua alternatif reform yang disarankan oleh
Han Been Lee apabila organisasi ingin melakukan perubahan ke arah yang lebih
baik, yaitu dengan a new wine in an old
bottle atau an old bottle in a new
wine.
A new wine in an old bottle adalah alternatif dimana
dalam organisasi, tetap menggunakan sistem yang lama tapi dengan orang-orang
yang berbeda, sedangkan an old bottle in
a new wine adalah alternatif dimana organisasi tetap menggunakan sumber
daya manusia yang sama tapi dengan sistem atau peraturan yang berbeda.
Sebaiknya dalam masalah pertransportasiaan di Indonesia apabila ingin
mendapatkan bentuk pelayanan yang lebih baik diperlukan reform yang menggunakan
an old bottle in a new wine karena
apabila semua sistem sudah diperbaiki, peraturan sudah dijalankan dengan tepat,
ketat dan tidak hanya sekedar formalitas, serta adanya sistem reward and punishment, orang-orang dalam
organisasi mau tidak mau harus mengikuti peraturan ketat yang ada sehingga
pelayanan akan jauh lebih baik dan mengalami suatu perubahan ke arah yang lebih
baik.
|
Senin, 09 April 2012
Perbandingan Sistem Transportasi Amerika, Indonesia Dan Inggris
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Makasih gan udah share , blog ini sangat membantu dan bermanfaat ......................
BalasHapusbisnistiket.co.id
keren
BalasHapus