Halaman

Senin, 09 April 2012

Perbandingan Sistem Transportasi Amerika, Indonesia Dan Inggris



Sistem Transportasi
Perbandingan Sistem Transportasi Amerika, Indonesia Dan Inggris

 KATA PENGANTAR

Penulis mengucapkan syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan nikmat dan karunianya sehingga karya tulis ini dapat selesai dengan lancar. Makalah ini merupakan hasil telaah pustaka dan diskusi mengenai persamaan dan perbedaan sistem transportasi Amerika Serikat, Indonesia, dan Inggris. Diharapkan dengan telaah ini dapat diketahui aspek apa saja yang dapat dipelajari dan diadaptasi oleh negara kita supaya dapat terwujud sistem transportasi yang baik di Indonesia.
Karya tulis ini dapat selesai dengan lancar berkat bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1.      Tuhan Yang Maha Esa;
2.      Dosen sekaligus fasilitator dalam Mata Kuliah Perbandingan Administrasi Negara
3.      Orang tua kami yang telah memberikan dukungan dan semangat kepada kami, serta berbagai pihak yang tidak bisa kami sebutkan semua.
Penulis menyadari karya tulis ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kami menerima segala kritik dan saran yang bersifat membangun. Akhirnya penulis berharap karya tulis ini dapat bermanfaat untuk semua pihak khususnya masyarakat Indonesia.
                                               
                                                                                    Depok, Maret 2010



                                                                                    Tim Penyusun






DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................  1
DAFTAR ISI ..................................................................................................................  2
BAB I PENDAHULUAN ...............................................................................................  3
I.1 Latar Belakang ................................................................................................  3
I.2 Rumusan Masalah ...........................................................................................  4
I.3 Tujuan Penulisan .............................................................................................  4
I.4 Sistematika Penulisan ......................................................................................  4
BAB II LANDASAN TEORI ........................................................................................  6
          II.1 Pengertian Transportasi.................................................................................... 6
          II.2 Fungsi dan Manfaat Transportasi ....................................................................  6
          II.3 Jenis Transportasi ..........................................................................................  7
          II.4 Transportasi Publik ........................................................................................  7
BAB III PEMBAHASAN ..............................................................................................  8
III.1 Sistem Transportasi di Amerika Serikat, Inggris dan Indonesia ........................  8
III.2 Perbedaan, Persamaan, dan Hal yang dapat diaplikasikan di Indonesia dari
       Sistem Transportasi Amerika Serikat dan Inggris .......................................... 27  
III.3 Analisis .........................................................................................................  30
BAB IV PENUTUP ......................................................................................................  31
IV.1 Kesimpulan ..................................................................................................  33
IV.2 Saran ............................................................................................................  34
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................  35


BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Masalah
            Tidak dapat dipungkiri saat ini dunia sudah mulai terintegrasi satu sama lainnya. Globalisasi membawa setiap negara seolah menjadi tanpa sekat dan tidak ada batasan ruang dan waktu. Globalisasi membawa kesenjangan dan ketidaksetaraan antara kaum miskin dan kaya. Istilah globalisasi sebenarnya sangat banyak dan memiliki unsur tersendiri. Untuk pertama kalinya Theodore Levitt, 1995 menyatakan bahwa globalisasi dapat diartikan sebagai suatu proses westernisasi atau modernisasi yaitu merebaknya struktur modernitas barat yang menyangkut kapitalisme, rasionalisme, industrialisme, birokratisme, dan lain sebagainya yang cenderung merusak budaya lokal yang sudah ada sebelumnya. Proses globalisasi juga menghendaki adanya penyatuan dunia dalam satu sistem terpadu yang membentuk perkampungan global (global village). Penyatuan dunia ini membuat dunia menjadi semakin sempit dan tidak dapat terelakkan lagi bahwa kemajuan teknologi, komunikasi, dan transportasi menjadi penyokong utama perubahan dunia tersebut.
            Ketika dunia sedang berusaha disatukan dalam suatu tatanan yang integral muncul pertanyaan pengaruh apa yang dihasilkan dari adanya globalisasi. Globalisasi berpengaruh terhadap segala aspek kehidupan seperti aspek ekonomi, nasionalisme, komunikasi, sistem transportasi, dan bahkan lingkungan hidup. Sistem transportasi menjadi hal yang penting dan krusial dalam masyakat yang sudah terglobalisasi. Dunia yang semakin sempit tersebut menyebabkan manusia dapat lebih mudah untuk melakukan perjalanan dikarenakan sistem transportasi yang ada menjadi lebih cepat, mudah, massive, dan murah. Artinya, sistem transportasi menjadi bagian terpenting dalam kehidupan sehari-hari manusia dan menjadi kebutuhan primer yang dapat dirasakan langsung oleh masyarakat.
            Berdasarkan pemaparan singkat mengenai globalisasi dan pengaruhnya terhadap kebutuhan manusia akan sistem transportasi, penulis ingin mengetahui dan mengkaji lebih jauh bagaimana sistem transportasi di Indonesia. Apakah sistem transportasi Indonesia sudah lebih baik atau sebaliknya, menjadi semakin buruk dan tidak terkontrol, terlebih apabila melihat fakta konkritnya yang terjadi di lapangan, sistem transportasi di Indonesia cenderung disoroti sebagai sistem yang dijalankan dengan kualitas yang dianggap rendah, berstandar keselamatan rendah, dan kenyamanan yang juga rendah.
            Oleh karenanya, permasalahan yang kemudian hendak dikaji dalam makalah ini adalah bagaimana kualitas dan kemajuan sistem tranportasi di Indonesia, khususnya pada sistem transportasi massal (Mass Rapid Transportation, MRT) seperti angkutan kereta commuter dan bus perkotaan. Untuk memperoleh gambaran yang nyata, makalah ini akan membandingkan sistem transportasi Indonesia dengan sistem transportasi di negara-negara yang sudah maju seperti Amerika Serikat dan Inggris, dimana masyarakat di dunia sudah mengakui kemajuan sistem transportasi di Amerika Serikat dan Inggris. Berangkat dari kenyataan bahwa jumlah penduduk Indonesia semakin banyak dan meningkat dari tahun ke tahun, tentu saja alangkah baiknya untuk mencari tahu persamaan dan perbedaan sistem transportasi negara-negara tersebut, pada segi MRT yang menyangkut aspek kehidupan pertransportasian sehari-hari.

I.2 Rumusan Masalah
  • Bagaimanakah sistem transportasi kereta commuter dan bus perkotaan di Indonesia jika dibandingkan dengan Amerika Serikat dan Inggris?
  • Apa saja persamaan dan perbedaan sistem transportasi ketiga negara tersebut dan apa yang dapat dipelajari serta diaplikasikan di Indonesia dari sistem MRT di Amerika Serikat dan Inggris ?

I.3 Tujuan Penulisan
  • Menjelaskan bagaimana sistem tranportasi kereta commuter dan bus perkotaan di Indonesia dibandingkan dengan Amerika Serikat dan Inggris.
  • Mengetahui persamaan dan perbedaan sistem transportasi ketiga negara tersebut dan hal yang dapat dipelajari serta diaplikasikan di Indonesia dari sistem MRT di Amerika Serikat dan Inggris

I.4 Sistematika Penulisan
Penulisan makalah ini antara lain dengan sistematika sebagai berikut:
Bab I pendahuluan antara lain terdiri atas latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan dan sistematika penulisan. Bab II Landasan Teori yang terdiri atas pengertian transportasi, fungsi dan manfaat transportasi, jenis transportasi, dan transportasi publik . Bab III isi terdiri atas perbandingan sistem transportasi Indonesia dibandingkan dengan Amerika Serikat dan Inggris, serta persamaan dan perbedaan sistem transportasi ketiga negara tersebut dan hal yang dapat dipelajari serta diaplikasikan di Indonesia dari sistem MRT di Amerika Serikat dan Inggris . Bab IV penutup yang terdiri atas kesimpulan dan saran.


BAB II
LANDASAN TEORI

II.1 Pengertian Transportasi
            Menurut Utomo, transportasi adalah pemindahan barang dan manusia dari tempat asal ke tempat tujuan. Sedangkan menurut Sukarto, transportasi adalah perpindahandari suatu tempat ke tempat lain dengan menggunakan alat pengangkutan, baik yang digerakkan oleh tenaga manusia, hewan (kuda, sapi, kerbau), atau mesin. Konsep transportasi didasarkan pada adanya perjalanan (trip) antara asal (origin) dan tujuan (destination).
            Di dalam transportasi, terdapat unsur-unsur yang terkait erat dalam berjalannya konsep transportasi itu sendiri. Unsur-unsur tersebut adalah sebagai berikut:
  • Manusia yang membutuhkan
  • Barang yang dibutuhkan
  • Kendaraan sebagai alat/sarana
  • Jalan dan terminal sebagai prasarana transportasi
  • Organisasi (pengelola transportasi)

II.2 Fungsi dan Manfaat Transportasi
            Menurut Utamo, transportasi memiliki fungsi dan manfaat yang terklasifikasi menjadi beberapa bagian penting. Transportasi memiliki fungsi yang terbagi menjadi dua yaitu melancarkan arus barang dan manusia dan menunjang perkembangan pembangunan (the promoting sector). Sedangkan manfaat transportasi menjadi tiga klasifikasi yaitu:
1.     Manfaat Ekonomi
Kegiatan ekonomi bertujuan memenuhi kebutuhan manusia dengan menciptakan manfaat. Transportasi adalah salah satu jenis kegiatan yang menyangkut peningkatan kebutuhan manusia dengan mengubah letak geografis barang dan orang sehingga akan menimbulkan adanya transaksi.
2.     Manfaat Sosial
Transportasi menyediakan berbagai kemudahan, diantaranya a) pelayanan untuk perorangan atau kelompok, b) pertukaran atau penyampaian informasi, c) Perjalanan untuk bersantai, d) Memendekkan jarak, e) Memencarkan penduduk.
3.     Manfaat Politis
Transportasi menciptakan persatuan, pelayanan lebih luas, keamanan negara, mengatasi bencana, dll.
4.     Manfaat Kewilayahan
Memenuhi kebutuhan penduduk di kota, desa, atau pedalaman.

II.3 Jenis-Jenis Transportasi
Menurut Utomo pula, jenis-jenis transportasi terbagi menjadi tiga yaitu,
  • Transportasi darat: kendaraan bermotor, kereta api, gerobak yang ditarik oleh hewan (kuda, sapi,kerbau), atau manusia. Moda transportasi darat dipilih berdasarkan faktor-faktor seperti jenis dan spesifikasi kendaraan, jarak perjalanan, tujuan perjalanan, ketersediaan moda, ukuran kota dan kerapatan permukiman, faktor sosial-ekonomi.
  • Transportasi air (sungai, danau, laut): kapal,tongkang, perahu, rakit.
  • Transportasi udara: pesawat terbang.
  • Transportasi udara dapat menjangkau tempat – tempat yang tidak dapat ditempuh dengan moda darat atau laut, di samping mampu bergerak lebih cepat dan mempunyai lintasan yang lurus, serta praktis bebas hambatan.

II.4 Transportasi Publik
                        Menurut Sukarto, transportasi publik adalah seluruh alat transportasi di mana penumpang tidak bepergian menggunakan kendaraannya sendiri. Transportasi publik umumnya termasuk kereta dan bis, namun juga termasuk pelayanan maskapai penerbangan, feri, taxi, dan lain-lain.
                        Konsep transportasi publik sendiri tidak dapat dilepaskan dari konsep kendaraan umum. Pengertian kendaraan umum berdasarkan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor. 35 Tahun 2003 Tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang di Jalan dengan kendaraan umum yaitu Kendaraan umum adalah setiap kendaraan bermotor yang disediakan untuk dipergunakan oleh umum dengan dipungut bayaran baik langsung maupun tidak langsung.






BAB III
PEMBAHASAN

III.1 Sistem Transportasi di Amerika Serikat, Inggris dan Indonesia

Sistem Transportasi di New York, Amerika Serikat.
Pelayanan transportasi yang kurang prima, tidak nyaman dan berbahaya menjadi salah satu faktor utama dimana masyarakat lebih menyukai menggunakan kendaraan pribadi dibandingkan harus menggunakan kendaraan umum. Namun pilihan berkendara menggunakan kendaraan pribadi menimbulkan berbagai dampak negatif seperti keperluan akan bahan bakar yang besar, kemacetan dan polusi udara. Negara-negara maju sangat peduli untuk memberikan pelayanan maksimal kepada pelanggannya. Oleh karenanya, otoritas publik melakukan penyediaan sarana transportasi kereta commuter dan bus perkotaan yang terdapat di New York, Amerika Serikat  di bawah naungan New York City Transit Authority (NYCTA).
NYCTA merupakan bagian dari Metropolitan Transportation Authority yang memiliki kewenangan dalam mengurus :
a.       New York City Subway, khususnya di Manhanttan, The Bronx, Brooklyn, dan Queens
b.      Staten Island Railway
c.       NYCTA departement of buses
Pemerintah New York dalam menjalankan sistem transportasinya menggunakan sistem public private partnership dimana mengikutsertakan NYCTA sebagai perusahaan khusus yang bertanggungjawab dalam mengurusi masalah transportasi. NYCTA menjadi bagian dari otoritas transportasi metropolitan yang paling sibuk dan terbesar di Amerika Serikat karena pelayanannya menyangkut kepentingan masyarakat.
Di New York, Amerika Serikat terdapat bermacam transportasi yang dapat digunakan untuk memudahkan perjalanan karena terdapat angkutan kereta commuter, bus express, kereta bawah tanah, dan Bus Rapid Transit (BRT). Dimana terdapat 16 jalur kereta commuter, 23 jalur kereta bawah tanah, 385 jalur bus, dan 1 jalur bus rapid transportation.
1.        New York Subway
New York City Subway adalah sebuah sistem transportasi cepat dan massal yang berada di bawah tanah dan merupakan sistem transportasi terbesar di dunia. Sistem kereta bawah tanah ini awalnya adalah tiga sistem yang terpisah dan bersaing satu sama lain. Dua di antaranya dibangun dan dioperasikan oleh perusahaan swasta, yaitu Interborough Perusahaan Rapid Transit Agustus Belmont (IRT) dan Brooklyn-Manhattan Transit Corporation (BMT). Namun lama-kelamaan karena kedua perusahaan tersebut bangkrut akhirnya The Public Independent City-Owned Rapid Transit Railroad menggabungkan keduanya menjadi satu bagian yang terintegrasi yang menghasilkan sistem kereta bawah tanah yang dimiliki sepenuhnya oleh New York City.
New York City Subway ini dikenal sebagai salah satu sistem angkutan yang cepat di dunia karena beroperasi selama 24 jam dan 365 hari. Kereta bawah tanah New York adalah satu-satunya sistem yang memegang rekor diantara sepuluh sistem angkutan cepat di dunia dibandingkan dengan London, Paris dan Mexico City dilihat menurut banyaknya perjalanan dan penumpang dalam satu tahun. (http://commons.wikimedia.org/wiki/Category:MTA_Regional_Bus_Operations)
Kereta bawah tanah New York memegang peringkat pertama sebagai sistem transportasi yang paling sibuk dikarenakan terdapat kapasitas kereta dan sumber daya manusia yang memadai. Jumlah kereta bawah tanah di New York mencapai angka 6.388 kereta, angka yang menakjubkan dan sebanding apabila dilihat dari permintaan konsumen yang menggunakan alat transportasi tersebut. Selain kereta bawah tanah, terdapat juga kereta commuter yaitu Long Island Railroad.

2.        Long Island Railroad
Long Island Railroad adalah sebuah sistem rel komuter yang melayani perjalanan transportasi sepanjang Long Island yang diklasifikasikan sebagai kereta nomor dua oleh dewan permukaan. Long Island Railroad adalah kereta commuter tersibuk di Amerika yang melayani sekitar 81 juta penumpang setiap tahunnya dan ditunjang dengan jumlah stasiun yang cukup banyak, yaitu sekitar 124 stasiun. Setiap hari kerja, penumpang Long Island Railroad bisa mencapai 303.000 orang. Jumlah penumpang yang banyak tersebut dikarenakan sistemnya telah ditata sedemikian baik oleh Metropolitan Tranportation Authority sehingga masyarakat nyaman dalam menggunkan alat transportasi tersebut.
Walaupun tergolong memiliki banyak penumpang, Long Island Railroad tetap dapat memperlihatkan eksistensi dan keunggulannya dalam menciptakan keamanan dan kenyamanan bagi para penumpang. Hal tersebut terbukti pada tahun 2006, Long Island Railroad mendapatkan penghargaan Bronze EH Harriman Award untuk catatan keamanan transportasi.  The Long Island Railroad juga merupakan satu-satunya kereta commuter di Amerika serikat yang beroperasi selama 24 jam sehari dan tidak pernah ada libur bahkan akhir pekan dan hari libur.

3.        MTA Buses
Selain dalam bidang perkeretaapian, Metropolitan Transportation Authority juga mengurusi masalah transportasi darat seperti bus yang dinamakan New York City Transit Buses yang beroperasi di lima wilayah di New york City seperti Manhanttan, The Bronx, Brooklyn, Staten Island, dan sebagian Queens dengan jumlah kapasitas MTA buses sekitar 4.500 bus dan beroperasi mulai pukul lima pagi sampai pukul satu dini hari. Adanya sistem bus ini dimaksudkan untuk melengkapi jalur rel kereta MTA lainnya seperti subway, dan Long Island Railroad.
Sistem pembayaran ongkos MTA bus New York sedikit berbeda dengan yang lain. Disini pembayaran ongkos melalui suatu mesin yang sudah disediakan di halte-halte dekat tempat menunggu bus. Setiap penumpang yang akan naik dan menggunakan fasilitas bus tersebut diharuskan untuk memasukkan sejumlah koin yang telah ditentukan, setelah itu akan keluar bukti pembayaran yang dijadikan syarat utama untuk dapat menggunakan fasilitas bus tersebut. Apabila terdapat masalah dalam penggunaan mesin tersebut dihimbau agar calon penumpang menghubungi atau melapor kepada petugas bus yang datang.
Biaya yang dibebankan kepada penumpang bus MTA adalah terbatas pada setiap rute yang ada. Pembebanan biaya tidak tergantung dari berapa jauh jarak yang ditempuh, untuk sekali perjalanan biaya yang dibebankan sebesar US $ 2,5 dan US $ 1,10 untuk para manusia lanjut usia dan penyandang cacat.
Dalam sistem transportasi di negara maju seperti Amerika Serikat sangat memperhatikan ketepatan waktu dalam melakukan pelayanan. Baik subway, Long Island Railroad dan MTA bus memiliki jadwal keberangkatan yang telah ditentukan dan dijalankan dengan konsisten, apabila terdapat penumpang sampai tempat tujuan tidak sesuai dengan yang terdapat di jadwal, setiap keterlambatan 15 menit, penumpang dapat menuntut haknya untuk mendapat kembali uangnya sebesar 50% dan apabila keterlamatan sampai 30 menit, penumpang dapat meminta pengembaliannya uangnya sebesar 100%.

4.        Jetblue Airlines
Selain transportasi daratnya yang baik, New York juga memiliki transportasi udara yang dikatakan efektif dan dapat memenuhi keinginan pelanggan. Jetblue airline adalah salah satu low cost airline Amerika yang dipegang oleh Jetblue Airways Corporation yang merupakan non-union airline. Dengan hal tersebut berarti dalam pelaksanaan pelayanan transportasinya, Jet Blue Airline tidak memiliki ikatan dengan pihak lain seperti kerjasama dengan pihak lain. Jet blue airways beroperasi terutama di Jhon F. Kennedy Airport di New York City. Namun, terdapat bandara lain juga yang menjadi tujuan dari Jetblue Airways, yaitu Logan Internasional Airport yang terdapat di Boston, Fort Lauderdale-Holiwood Internasional Airport, Orlanda Internasional Airport, dan Long Beach Airport.
Jet Blue Airline memiliki slogan happy jetting dengan tujuan agar penumpang merasa nyaman dan senang menggunakan transportasi tersebut. JetBlue didirikan di Delaware pada Agustus 1998 oleh David Neeleman. Pada mulanya JetBlue didirikan dengan nama Newair. Karena beberapa eksekutif JetBlue termasuk Neeleman adalah mantan karyaean Southwest Airlines maka ketika JetBlue didirikan dimulai dengan mengikuti pendekatan yang dilaksanakan oleh Southwest Airlines dengan  menawarkan perjalanan murah, tetapi berusaha untuk membedakan dirinya dengan fasilitas, seperti hiburan dalam penerbangan, TV di setiap kursi dan radio satelit. Hal ini kembali lagi pada slogan dari Jet Blue, yaitu ingin mencipatakan kenyamanan perjalanan bagi para penumpang terutama ketika melakukan perjalanan udara.
Dalam perjalanannya Jet Blue semakin baik dalam melakukan pelayanan publik dalam bidang transportasi sehingga JetBlue dapat menjadi salah satu saham maskapai penerbangan yang paling populer dalam sejarah dan saat ini memiliki sekitar dua miliar dolar dalam kapitalisasi pasar. Karena hal tersebut banyak pihak yang memuji keberhasilan JetBlue atas kecakapannya dalam melakukan pelayanan dan dari hasil keuangan yang kuat.
Pada tahun 2004 Jet Blue memulai penerbangan dari Bandara LaGuardia, New York City dan pada tahun 2005 Jet Blue menambahkan layanannya di Bandar Udara Internasional Newark Liberty di Newark, New Jersey.  Selain itu, Jet Blue  menambahkan layanan di John F. Kennedy yang sekarang menjadi basis utama Jet Blue  dan Logan Airport di Boston. Dengan penambahan yang terus menerus akhirnya Jet Blue sekarang memegang ketiga bandara terbesar di New York City. Dalam satu hari Jet Blue airlines dapat melakukan sepuluh penerbangan yang dapat menampung 100-190 penumpang sekali perjalanan. Kiprah Jet Blue tidak sampai disini saja, pada bulan Oktober 2006 JetBlue mengumumkan mereka akan mulai layanan dari Stewart Bandar Udara Internasional, di Newburgh, New York dan di Westchester Country Airport yang lebih sering dikenal dengan White Plains. (http://en.wikipedia.org/wiki/JetBlue_Airways).
Untuk meningkatkan pelayanannya Jet Blue Airlines terus menerus menambahkan armadanya, seperti pada tahun 2006 Jetblue melakukan penambahan 36 pesawat untuk memperluas eksistensinya dalam pelayanan transportasi udara. Pada tahun 2007 Jetblue menjadi maskapai penerbangan domestik nomor satu di Amerika Serikat yang diberikan oleh ”Conde Nast Traveler” untuk ke-enam kalinya secara berturut—turut dan pada tahun 2009 JetBlue menduduki peringkat tertinggi dalam aspek kepuasan pelanggan dikarenakan pelayanan yang baik, tepat waktu, dan biaya yang murah.
Sistem Transportasi di London, Inggris.
            Sebagai wujud dari pelayanan publik, pemerintah lokal di kota London memiliki suatu badan yang bertanggung jawab atas sebagian besar aspek yang berhubungan dengan sistem transportasi di kota London. Badan yang bertanggung jawab atas sistem transportasi tersebut dinamakan Transport for London atau sering disingkat menjadi TfL.
            TfL terorganisasi dalam tiga direktorat utama, masing-masing dengan tanggung jawab untuk aspek-aspek yang berbeda dan jenis transportasi. Tiga direktorat utama adalah:
  1. London Underground
London Underground bertanggung jawab untuk menjalankan kereta api bawah tanah London yang biasa disebut sebagai tube. Walaupun tube merupakan miliki pemerintah lokal, namun pengelola penyediaan layanan perawatan diserahkan kepada sektor swasta. Rute tube ini dibagi menjadi tiga  jalur yaitu:
l  BCV: Bakerloo, Tengah, Victoria dan Waterloo & City
l  JNP: Jubilee, Northern dan Piccadilly
l  SSR (Sub Surface Kereta Api): Metropolitan, District, Circle dan Hammersmith & City
  1. London Rail
London Rail bertanggung jawab untuk berkoordinasi dengan operator yang memberikan layanan rail nasional di London, khususnya kereta api di permukaan tanah (London Overground) dan trem.  
3. Surface Transport
Surface transport atau transportasi yang ada di permukaan tanah ini terdiri dari:
  1. London Bus, yang bertanggung jawab untuk mengelola jaringan bus merah di seluruh London, sebagian besar oleh jasa kontraktor sektor swasta operator bus. Menggabungkan CentreComm, London Bus Command & Control Centre, sebuah Pusat Kontrol Darurat 24hour berbasis di Southwark.
b.      London Dial-a-Ride, yang menyediakan layanan paratransit di seluruh London.
c.       London River Services, bertanggung jawab untuk perizinan dan koordinasi layanan penumpang di Sungai Thames di London.
d.      London Streets, yang bertanggung jawab atas pengelolaan jaringan jalan strategis.
e.       London congestion charge.
f.       Publik Kantor Carriage, bertanggung jawab untuk perizinan taksi hitam yang terkenal dan menyewa kendaraan pribadi lainnya.
g.      Victoria Coach Station, yang memiliki dan mengoperasikan terminal utama London untuk bis jarak jauh dan layanan pelatih.
h.      Cycling Centre of Excellence, yang mempromosikan bersepeda di London
i.        Walking Center, yang mempromosikan akses pejalan kaki yang lebih baik.
j.        London Road Safety Unit, yang mempromosikan jalan yang lebih aman melalui iklan dan mengukur keselamatan di jalan raya.
k.      Community Safety, Enforcement dan Policing, bertanggung jawab untuk menanggulangi penghindaran ongkos di bis, memberikan layanan kepolisian yang menangani kejahatan dan kekacauan pada transportasi umum bekerjasama dengan Kepolisian Metropolitan Transport Service Komando Operasi Unit (TOCU) dan British Transport Police. (http://www.tfl.gov.uk/tickets/14415.aspx).
l  Traffic Enforcement, bertanggung jawab untuk menegakkan peraturan lalu lintas dan parkir
l  Freight Unit, yang saat ini sedang mengembangkan London Freight Plan
Walaupun London memiliki beberapa jenis transportasi publik, namun dalam makalah ini, jenis transportasi di kota London yang dibahas hanya dua macam yaitu kereta bawah tanah yang dikelola oleh London Underground (Tube) dan bus publik untuk dalam kota yang dikelola oleh London Bus. Kedua jenis transportasi publik tersebut akan dibahas lebih lanjut pada pemaparan berikut.
1. London Underground (Tube)
            Sampai saat ini, Underground beroperasi sebagai Public-Private Partnership (PPP), dimana perawatan infrastruktur yang dikelola oleh dua perusahaan swasta (Perusahaan Tube Lines) di bawah 30 tahun kontrak, sementara kepemilikan dan pengoperasian berapa pada tangan publik yaitu TfL. Di dalam sistem PPP tersebut, Underground telah dianggap sebagai kereta bawah tanah yang berstandar dunia. Standar dunia itu diberikan mengingat tersedianya kereta bawah tanah per waktu tertentu untuk setiap jalur dilengkapi dengan fasilitas yang baik.
            Underground tidak berjalan selama 24 jam sehari (kecuali pada Tahun Baru dan acara-acara publik utama - seperti Queen's Golden Jubilee pada 2002 dan Upacara Pembukaan dan Penutupan Olimpiade London pada tahun 2012) karena sebagian besar garis hanya memiliki dua trek (satu di masing-masing arah) dan pada malam hari untuk pembersihan dan pemeliharaan. (Menurut Asapsetia dalam http://asepsetia.multiply.com/journal/item/68/Tube_London : 2010)
            Untuk melihat keefektifitasan Underground ini, makalah ini melihat dari beberapa indikator yang tercakup dalam pelayanan transportasi Underground ini. Indikator adalah sebagai berikut:
a. Ketepatan Waktu
Kereta bawah tanah ini relatif tepat waktu berdasarkan jadwal yang diberikan, namun dalam beberapa keadaan tertentu seperti kerusakan sinyal atau kecelakaan, keterlambatan juga bisa terjadi. Menurut statistik yang diperoleh di bawah Freedom of Information Act, komuter rata-rata pada baris Metropolitan terbuang tiga hari, 10 jam dan 25 menit pada 2006 akibat penundaan. Antara 17 September 2006 dan 14 Oktober 2006 , terdapat 211 kasus kereta api yang tertunda oleh lebih dari 15 menit. Untuk memberikan pertanggungjawaban, penumpang berhak mendapatkan pengembalian dana jika perjalanan mereka tertunda selama 15 menit atau lebih.
b. Biaya Transportasi Berbanding dengan Pendapatan Per Kapita Inggris
Untuk menggunakan ini, para pengguna Underground dapat membeli tiket langsung atau menggunakan kartu khusus bernama Oyster. Kartu Oyster bekerja seperti katu debet yang diisi dengan jumlah uang tertentu. Rata-rata orang mengeluarkan uang sebesar 100 pound sterling per bulan atau untuk mengakses trasportasi ini, atau jika dirupiahkan sebesar Rp. 1.351.600. Pengeluaran tersebut berbanding dengan nilai pendapatan kotor per kapita kota London yaitu 26.192 pound sterling. Harga transportasi yang cukup besar, namun sebanding dengan efisiensi waktu yang diberikan jika menggunakan transportasi ini.
c. Kenyamanan dan Keselamatan
Selain dilengkapi alat-alat keselamatan, kereta bawah tanah ini dilengkapi dengan pendingin dan penghangat ruangan, petugas kebersihan, informasi rute yang terkomputerisasi, fasilitas khusus untuk penyamdang cacat, dan fasilitas penunjang lainnya. Sedangkan kecelakaan di Underground jarang sekali terjadi.
d. Kepadatan Penggunaan Transportasi
Kereta api bawah tanah ini kurang lebih telah mengangkup satu milyar orang per tahun, dimana jalur yang paling sibuk berada di Northern yang mengangkut 850.000 orang per hari dengan 91 kereta. Kepadatan tersebut berada pada puncaknya ketika jam-jam sibuk seperti jam pergi dan pulang bekerja. Hal itu menjadikan kondisi yang berdesak-desakan di stasiun. Kondisi crowded ini masih menjadi perhatian dari pemerintah setempat.

2. London Bus
            Seperti London Underground, London Bus juga menerapkan sistem PPP, dimana terjadi kerjasama pengelolaan antara publik dan swasta. Perbedaannya adalah servis yang diberikan oleh London Bus lebih banyak disediakan oleh swasta. Publik memiliki tugas sbagai berikut:
·         Perencanaan rute bus
·         Menentukan tingkat pelayanan
·         Pemantauan kualitas layanan
·         Pengelolaan stasiun bis dan bus berhenti dan layanan dukungan lainnya
·         Memberikan informasi bagi penumpang dalam bentuk jadwal dan peta di halte bus dan online, dan online jasa perencanaan rute
·         Memproduksi selebaran peta, tersedia dari Travel Information Centre, perpustakaan dll, dan sebagai online download.
·         Operasi CentreComm London Bus 24hour pusat Komando dan Kontrol berbasis di Southwark
Kualitas Bus ini sendiri dapat dilihat melalui empat indikator di atas dengan penjabaran sabagai berikut:
a. Ketepatan Waktu
London Bus merupakan salah satu alat transportasi di dunia yang terkenal jarang mengalami keterlambatan. Rute dan jadwal bus ini dapat diakses di halte-halte bus atau di website yang disediakan oke TfL.
b. Biaya Transportasi Berbanding dengan Pendapatan Per Kapita Inggris
Seperti halnya dengan London Underground, pembayaran pelayanan publik ini dilakukan dengan uang tunai atau menggunakan kartu Oyster. Untuk dewasa, biaya yang dibutuhkan adalah 63.80 pound sterling per bulan atau sebesar Rp. 863.000, sedangkan untuk pelajar berusia 18 tahun ke atas dikenai 44.60 pound sterling perbulan atau Rp. 603 500. Tiket diberikan secara gratis bagi para penyandang cacat dan pelajar di bawah 18 tahun. Harga tersebut terjangkau dibanding pendapatan kotor per kapita kota London yang mencapai  26.192 pound sterling.
c. Kenyamanan dan Keselamatan
Bus yang bertingkat dua ini memiliki fasilitas yang diberikan bisa dikatakan sangat baik. Selain terdapat fasilitas umum bus, London Bus juga memiliki tempat duduk khusus untuk para penyandang cacat dan untuk orang yang membawa anjing. Selain itu London Bus dilengkapi iBus yang dipercanggih dengan GPS yang memungkinkan para penumpang untuk mengetahui jarak pemberhentian berikutnya.
d. Kepadatan Penggunaan Transportasi
Jaringan bus lokal di London adalah salah satu yang terbesar dan paling komprehensif di dunia. Lebih dari 6.800 bus dijadwalkan beroperasi pada lebih dari 700 rute yang berbeda. Selama tahun jaringan ini membawa lebih dari 1,8 milyar perjalanan penumpang.

3.    Maskapai Penerbangan Inggris

British Airways merupakan maskapai penerbangan terbesar yang berkedudukan di Inggris. Maskapai penerbangan ini beroperasi dengan sistem Public Private Partnership. Pusat operasinya berada di Bandara London Heathrow serta beberapa pusat yang lebih kecil seperti di Bandara Internasional Manchester dan Bandara Internasional Birmingham. British Airways sering disingkat menjadi BA.
British Airways melayani hampir 150 kota, termasuk enam domestik. British Airways adalah salah satu dari sembilan operator untuk terbang ke semua benua. British Airways terus melakukan penerbangan hingga sekarang dengan performa yang terus ditingkatkan seperti yang ada di dalam table berikut.

British Airways Financial Performance
Year Ended
Passengers Flown
Turnover (£)
Profit/Loss Before Tax (£)
Net Profit/Loss (£)
Basic EPS (p)
31 March 2009
33,117,000
8,992
(401)
(358)
(32.6)
31 March 2008
33,161,000
8,753
883
696
59.0
31 March 2007
33,068,000
8,492
611
438
25.5
31 March 2006*
32,432,000
8,213
616
464
40.4
31 March 2006
35,634,000
8,515
620
467
40.4
31 March 2005
35,717,000
7,772
513
392
35.2
31 March 2004
36,103,000
7,560
230
130
12.1
31 March 2003
38,019,000
7,688
135
72
6.7
31 March 2002
40,004,000
8,340
(200)
(142)
(13.2)
31 March 2001
36,221,000
9,278
150
114
10.5
31 March 2000
36,346,000
8,940
5
(21)
(2.0)
31 March 1999
37,090,000
8,915
225
206
19.5
31 March 1998
34,377,000
8,642
580
460
44.7
31 March 1997
33,440,000
8,359
640
553
55.7
31 March 1996
32,272,000
7,760
585
473
49.4

Pelayanan yang digunakan di penerbangan domestik United Kingdom umumnya sama dengan maskapai penerbangan lain. Kursi tersedia pada semua jenis pesawat dan kursi tersebut berada dalam konfigurasi satu kelas. Makanan pada pelayanan tergantung pada tujuan dan waktu. Pada semua layanan penerbangan Inggris domestik, sebelum pukul sepuluh pagi, tersedia hidangan sarapan panas, sedangkan setelah pukul sepuluh pagi terdapat layanan minuman dengan makanan ringan, pengecualian bagi Skotlandia.  Ada perbedaan sedikit dalam penerbangan ke dan dari Heathrow di malam hari, di mana salad merupakan bagian dari menu setelah makan malam. Selain itu, British Airways melakukan penerbangan untuk penerbangan di wilayah Eropa dan Internasional dengan beberapa pilihan kelas. (British Airways : 2010)
British Airways memang jarang mengalami kecelakaan saat perjalanan, namun pihak British Airways sendiri memiliki tindakan pencegahan dengan terus melakukan renovasi pada pesawat-pesawatnya serta memperlengkapi pesawat dengan alat-alat keselamatan pada umumnya. Selain itu, keselamatan yang diberikan oleh maskapai penerbangan ini ditanggung melalui asuransi yang diberikan untuk setiap penumpang yang memakai jasa transportasi udara ini. Asuransi tersebut dikenakan pula pada bagasi penumpang.

Sistem Transportasi di Jakarta, Indonesia
Indonesia adalah negara kepulauan, terdiri atas 5 pulau besar, ratusan pulau sedang serta ribuan pulau kecil. Ribuan pulau ini dipersatukan laut dan angkasa menjadi negara kesatuan Republik Indonesia. Laut dan angkasa adalah prasarana perangkutan yang harus dipandang sebagai pemersatu pulau-pulau menjadi kesatuan wilayah negara, bukan lagi sebagai pemisah antara satu pulau dengan pulau lainnya. (Warpani, 1997)
Rentang wilayah negara mengharuskan penanganan moda transportasi angkutan darat, laut dan udara secara terpadu untuk mewujudkan sistem angkutan nasional yang andal, efektif dan efisien. Setiap moda angkutan memiliki karakter khas, keunggulan dan kelemahannya. Moda transportasi darat, laut dan udara harus menjadi kesatuan sistem agar dapat menjawab tujuan perangkutan, yakni melayani perpindahan atau mobilisasi orang dan barang dari satu tempat ke tempat lain.
Untuk menjawab tantangan itu, disusun Sistem  Transportasi Nasional (Sistranas) yang bertujuan mewujudkan perangkutan yang andal dan berkemampuan tinggi dalam menunjang sekaligus menggerakkan dinamika pembangunan, meningkatkan mobilitas manusia, barang dan jasa, membantu terciptanya pola distribusi nasional yang mantap dan dinamis, serta mendukung pengembangan wilayah dan lebih memantapkan perkembangan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara dalam rangka perwujudan Wawasan Nusantara dan peningkatan hubungan internasional.
Moda transportasi darat dalam sistem angkutan di Indonesia terdiri atas angkutan jalan, angkutan jalan rel serta angkutan sungai, danau dan penyeberangan. Jaringan perangkutan darat tersusun dalam suatu jaringan pelayanan yang menghubungkan seluruh pusat kegiatan di wilayah perkotaan maupun perdesaan. Dalam seluruh sistem yang terdiri atas matra darat, laut dan udara, jaringan angkutan darat menjadi titik simpul antarmoda yang vital. Ia menjadi mata rantai awal/akhir moda angkutan laut dan udara pada titik terminal yang semuanya di daratan.
Kota Jakarta sebagai ibukota negara dengan beragam aktivitas yang tentunya melibatkan banyak sekali individu dalam sistem yang berlaku di dalamnya. Daerah  hinterland yang menjadi tujuan untuk bertempat tinggal adalah Bogor, Depok, Tanggerang dan Bekasi (Bodetabek). Penduduk pinggiran dalam melakukan aktivitas kesehariannya termasuk kedalam kelompok penglaju (commuter).
Data yang diperoleh dari Dinas Perhubungan DKI Jakarta menunjukkan, kebutuhan perjalanan per hari dengan angkutan umum dari Bodetabek ke Jakarta dan sebaliknya makin meningkat. Pada tahun 2002, misalnya, tercatat 7,3 juta perjalanan per hari, tahun 2010 diperkirakan menjadi 9,9 juta perjalanan per hari, dan pada tahun 2020 meningkat menjadi 13 juta perjalanan setiap hari. Perjalanan ulang alik Tangerang-Jakarta pada tahun 2010 akan mencapai 1.078.963 dan tahun 2010 menjadi 1.465.912. Adapun perjalanan Bogor-Depok-Jakarta dan sebaliknya pa- da tahun 2010 diperkirakan 791.295 dan pada tahun 2020 melesat menjadi 1.148.528. Perjalanan Bekasi-Jakarta dan sebaliknya cenderung lebih rendah. Tahun 2010 diprediksi 693.099 dan tahun 2020 mencapai 940.834. Angka-angka prediksi ini masuk akal karena pertumbuhan kawasan perumahan baru ke arah Tangerang dan Banten, juga masih ke arah Depok dan Bogor.
Mobilitas masyarakat yang semakin berkembang sangat menuntut tersedianya pelayanan angkutan umum, disamping prasarana jalan untuk mengakomodasi permintaan perjalanan tersebut. Dalam penyediaan sarana transportasi juga perlu diperhatikan kualitas layanan, terutama keselamatan. Dalam Bab I UU No. 22 tahun 2009, keselamatan lalu lintas dan angkutan jalan diartikan sebagai suatu keadaan tehindarnya setiap orang dari resiko kecelakaan selama berlalu lintas yang disebabkan oleh manusia, kendaraan, jalan dan/atau lingkungan. Keselamatan transportasi di Indonesia nampaknya masih menjadi perhatian besar. Tingginya tingkat kecelakaan menjadi penyebabnya. Isu yang menjadi penyebab tingginya tingkat kecelakaan tersebut di antaanya adalah isu sumber daya manusia (human resources issues), isu utama (main issues), isu fasilitas (facility issues), isu infrastruktur (infrastructure issues). (http://www.dephub.go.id/)
Isu sumber daya manusia (human resources issues) yaitu rendahnya kedisiplinan akan aturan lalu lintas, rendahnya kesadaran akan keselamatan publik, official competency dalan keselamatan lalu lintas masih belum mencukupi. Isu utama (main issues) yaitu  rendahnya koordinsi antara stekeholders dengan safety handling, kurangnya dukungan organisasi dan financial, penegakan hukum yang tidak membawa efek jera dan sistem informasi yang belum mencukupi. Isu fasilitas (facility issues) yaitu keadilan kendaraan bermotor, ketersediaan safety facility bagi kendaraan, desain dan teknologi kendaraan, pemeliharaan kendaraan. Isu infrastruktur (infrastructure issues) yaitu kondisi jalan dan jembatan, jalan kereta api, rambu-rambu lalu lintas, peralatan penguji kendaraan, jembatan timbang.
How Much is National Loss?
(estimated)
Condition
Numbers of victim
Total cost (million Rp)
Fatal
30.464
9.972.037
Serious
450.000
9.614.672
Slight
2.100.000
12.772.448
PDO
13.515.000
9.036.899


Total
41.396.056
PDB
1.427.000.000
% PDB
2,91

KAI Commuter Jabodetabek
Setelah Indonesia merdeka, lokomotif-lokomotif listrik hasil elektrifikasi jalur kereta api pada zaman penjajahan masih setia melayani para pengguna angkutan kereta api di daerah Jakarta – Bogor. Pemerintah Indonesia sejak kemerdekaan tidak pernah membeli lokomotif listrik  untuk mengganti atau menambah jumlah lokomotif listrik yang beroperasi. Namun pada akhirnya, dengan usia yang telah mencapai setengah abad, lokomotif-lokomotif ini dipandang tidak lagi memadai  dan mulai digantikan dengan rangkaian Kereta Rel Listrik baru buatan Jepang sejak tahun 1976. KRL Jabotabek, yang sekarang dikenal bernama KA Commuter Jabodetabek, adalah jalur kereta listrik yang dioperasikan oleh PT KAI Divisi Jabotabek sebelum berubah nama menjadi PT KAI Commuter Jabodetabek.
Seiring perkembangan zaman, KRL Jabotabek yang beroperasi sekarang sudah memiliki berbagai fasilitas dan kelas, mulai dari tempat duduk yang ”empuk” hingga Air Conditioner (AC) yang menyejukkan. Saat ini ada tiga kategori atau kelas pelayanan KRL Jabodetabek (commuter), antara lain  Commuter  ekonomi non-AC, Commuter Ekonomi AC dan Commuter Ekspres AC.
Sistem pengoperasian  Commuter terpadu di wilayah Jabotabek dimulai pada tahun 2000,  saat itu pemerintah Indonesia menerima hibah 72 unit KRL. Dari jumlah tersebut, sebanyak 50 unit gerbong bisa langsung digunakan dan dioperasikan sebagai rangkaian-rangkaian KRL Pakuan yang melayani rute Jakarta – Bogor, PP.
Jumlah Penumpang dan Pendapatan Tahun 2001
Dirinci Menurut Jenis Kereta Api
No
Jenis Kereta
Jumlah penumpang
(Jiwa)
Pendapatan
(Rp)
1
Eksekutif
6.022.366
632.645.130.000
2
Bisnis
13.165.543
342.751.540.000
3
Ekonomi
18.746.465
223.332.300.000
4
Lokal
25.771.448
28.297.530.000
5
Ekonomi Jabodetabek
115.080.970
64.268.850.800
6
Ekspres Jabodetabek
6.353.332
27.831.840.500

Jumlah
185.140.124
1.319.127.191.300
KRL menjadi sarana transportasi pilihan para penglaju karena dinilai lebih ekonomis dan dapat dijangkau dengan cepat. Pengguna sarana transportasi kereta commuter sebagian besar adalah dengan maksud sekolah dan bekerja, yang dalam sepekan melakukan perjalanan antara 5-6 kali. Alasan masyarakat memilih KRL yaitu lebih murah dan lebih cepat.
Namun keterlambatan kereta  masih sering dirasakan oleh masyarakat. Gangguan utama yang dialami pengguna KRL adalah kepadatan penumpang dengan kekurangan armada kereta. Kemudian keamanan penumpang dirasakan masih kurang karena banyak pihak tidak bertanggungjawab yang memanfaatkan kepadatan KRL.

Busway-Transjakarta
Dari lima aspek pengukuran yang digunakan untuk mengukur kualitas pelayanan busway, hany satu aspek yang menunjukkan penilaian cenderung baik dan sisanya menunjukkan skor yang cenderung kurang baik. Tingkat kualitas pelayanan yang cenderung baik ditunjukkan pada hal-hal yang berkaitan dengan keamanan, kenyamanan, kerapihan dan kondisi fisik bus. Sebaliknya, tingkat kualitas pelayanan yang dirasakan masih cederung kurang baik adalah ketepatan waktu, lama waktu terlambat, sikap petugas dalam memberikan pelayanan, kesopanan petugas, kemampuan dan sikap petugas dalam menanggapi masalah, pengalaman petuga di bidang pekerjaannya, keterampilan dalam memberikan layanan dan informasi, kepedulian terhadap keluhan pengguna jasa, kebersihan petugas dan kondisi fisik halte. (Chairunnisa, 2008)
Persepsi masyarakat terhadap tingkat kinerja busway Transjakarta tergolong baik, khususnya dalam kesesuaian akan kebutuhan masyarakat, pelayanan yang adil bagi penumpang dan tarif tiket. Persepsi masyarakat terhadap tingkat kualitas pelayanan tergolong kurang baik, khususnya dalam ketepatan waktu, lama waktu terlambat, sikap petugas dalam memberikan pelayanan dan informasi, kepedulian terhadap pengguna jasa, kebersihan petugas dan kondisi fisik halte bus. Masyarakat dinilai kurang puas terhadap Transjakarta-Busway, khususnya dalam hal pelayanan di loket, pelayanan di halte dan di dalam bus, jumlah kapasitas penumpang, lokasi halted an rute bus, serta jumlah armada busway.

Maskapai Penerbangan Indonesia
            Sejarah berdirinya perusahaan penerbangan pembawa bendera Negara (Flag Carrier) Indonesia tidak terpisahkan dengan sejarah perjalanan bangsa Indonesia. Ketika bangsa Indonesia mengalami masa-masa yang sulit - berjuang mempertahankan kedaulatannya, dan dalam kondisi yang serba tidak menentu setelah proklamasi kemerdekaan, para pejuang Indonesia telah memikirkan tentang pentingnya keberadaan angkutan udara nasional yang handal. Berangkat dari pemikiran para pejuang inilah yang akhirnya mewujudkan hadirnya sebuah maskapai penerbangan pembawa bendera nasional.
Sebagai national flag carrier, yang selanjutnya oleh Soekarno diberi nama Garuda Indonesian Airways, harus selalu siap melaksanakan tugas-tugas kenegaraan. Adapun tugas kenegaraan pertama adalah membawa Soekarno dari Yogkakarta menuju Jakarta untuk dilantik menjadi Presiden Republik Indonesia Serikat (RIS) pada tahun 1949.
Garuda Indonesia resmi menjadi Perusahaan Negara pada tahun 1950, yang kemudian berubah berdasarkan akta No. 8 tanggal 4 Maret 1975 dari Notaris Soeleman Ardjasasmita, S.H., sebagai realisasi peraturan Pemerintah No. 67 tahun 1971, serta diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia (RI) No. 68 tanggal 26 Agustus 1975.
Menurut Akte Pendirian Perusahaan, tujuan Perusahaan adalah melaksanakan dan menunjang kebijaksanaan dan program Pemerintah di bidang pembangunan dan ekonomi nasional pada umumnya, khususnya di bidang jasa pengangkutan udara dan bidang lainnya yang berkaitan dengan jasa pengangkutan udara serta memupuk keuntungan bagi perseroan dengan menyelenggarakan angkutan penerbangan.
Garuda Indonesia menjalankan kegiatan usaha di bidang-bidang sebagai berikut:
  1. Pengangkutan udara penumpang, barang dan pos dalam negeri dan luar negeri
  2. Pengangkutan udara borongan untuk penumpang dan barang dalam negeri dan luar negeri
  3. Jasa pelayanan sistem informasi yang berkaitan dengan pengangkutan udara
  4. Jasa konsultasi, pendidikan dan pelatihan yang berkaitan dengan pengangkutan udara
  5. Jasa pelayanan kesehatan personil penerbangan.Ketepatan waktu
Garuda Indonesia per akhir 2008 mengoperasikan 54 pesawat terbang, termasuk tiga Boeing 747-400, enam Airbus 330-300, empat puluh lima pesawat Boeing 737 (300, 400, 500 dan 800) dan saat ini melayani 50 penerbangan baik tujuan dalam negeri maupun luar negeri.
Ulasan situs Forbestraveler.com menempatkan Bandara Soekarno Hatta (Soetta) sebagai bandara nomor dua paling tepat waktu di dunia. Untuk maskapai domestik, Garuda Indonesia keluar sebagai pemenang, mengungguli 5 pesaingnya. Garuda Indonesia mencatat ketepatan waktu kedatangannya 92,55 persen dan ketepatan keberangkatan 98,13 persen. Pada tahun 2002 Garuda Indonesia dinobatkan menjadi pemenang untuk kategori ketepatan waktu. Garuda Indonesia mengalahkan maskapai negara lain seperti KLM dan Singapore Airlines. Penganugerahan itu diberikan Bandar Udara Schiphol, Belanda. Ketepatan terkait dengan waktu kedatangan dan keberangkatan.
Keselamatan dan kenyamanan
Dalam usaha peningkatan aspek keselamatan dan kenyamanan Garuda Indonesia mendapatkan sertifikasi internasional mengenai keselamatan dan kemanan internasional dan penurunan tingkat kecelakaan.
  1. IOSA Certification
Setelah melalui proses yang cukup panjang, Garuda Indonesia berhasil meraih  IATA Operational Safety Audit (IOSA) Certification yang merupakan sertifikasi tingkat dunia terhadap keselamatan dan keamanan penerbangan yang telah terakreditasi secara internasional. Garuda menjadi maskapai pertama dan satu-satunya dari Indonesia yang memiliki sertifikasi IOSA ini.
  1. Incide Rate (2002-2008)
Upaya meningkatkan keselamatan penerbangan juga bisa diukur dari tingkat  Incident Rate. Berdasarkan data sejak tahun 2002 hingga 2008, tren  Incident Rate menunjukan penurunan. Incident Rate tahun 2008 adalah 0,41/ 1.000 departure, yang terendah dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
Dalam hal keselamatan, Garuda Indonesia tercatat beberapa kali menghadapi musibah kecelakaan, yaitu:
  1. 6 Maret 1979 - Garuda Indonesia Penerbangan 553 menabrak lereng Gunung Bromo di ketinggian 6.200 kaki menewaskan keempat awaknya.
  2. 11 Juli 1979 - Fokker F-28 Garuda Indonesia menabrak lereng Gunung Pertektekan menewaskan 57 penumpang beserta 4 orang awaknya.
  3. 20 Maret 1982 - Fokker F-28 Garuda Indonesia terperosok setelah mendarat di Bandara Branti, Lampung menewaskan 23 penumpang beserta 4 orang awaknya
  4. 17 Juni 1996 -Mcdonnel Douglas DC-10 Garuda Indonesia 865, pesawat terbakar setelah overrun akibat aborting take off oleh penerbangnya di Bandara Fukuoka, Jepang saat akan take off menuju Jakarta, Indonesia. 3 dari 275 penumpang tewas.
  5. 26 September 1997 - Garuda Indonesia Penerbangan 152 jatuh di Desa Buah Nabar, kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara, Indonesia menewaskan seluruh penumpang yang berjumlah 222 penumpang dan 12 awak pesawat. Kecelakaan ini merupakan yang terburuk di sejarah penerbangan Indonesia.
  6. 17 Januari 2002 - Garuda Indonesia Penerbangan 421 mendarat darurat di Bengawan Solo menewaskan 1 awak pesawat.
  7. 7 Maret 2007 - Garuda Indonesia Penerbangan 200 terbakar dan meledak sesaat setelah mendarat di Bandar Udara Adi Sutjipto Kota Yogyakarta. Sedikitnya 22 orang meninggal dunia. Pesawat tersebut membawa penumpang sebanyak 133 orang dan 7 awak.

Kepadatan
Jumlah penumpang domestik yang diangkut oleh seluruh maskapai penerbangan domestik meningkat hanya 2,4% dari 31,2 juta orang pada tahun 2007 menjadi 31,9 orang pada tahun 2008, sesuai laporan BPS. Laju pertumbuhan trafik penumpang mengalami tekanan dan pada triwulan ketiga dan keempat mengalami penurunan masing-masing 9,9% dan 7,9%. Hal ini disebabkan oleh:
  1. kenaikan harga tiket setelah diterapkan kebijakan fuel surcharge
  2. penurunan daya beli masyarakat sebagai akibat kenaikan harga BBM bersubsidi dan inflasi yang melonjak
  3. penurunan kapasitas industri penerbangan domestik yang disebabkan oleh pelarangan terbang pesawat Adam Air. Mulai tanggal 19 Maret 2008, Departemen Perhubungan RI memberlakukan larangan terbang pada seluruh armada pesawat Adam Air, setelah ditemukan beberapa kelemahan yang membahayakan keselamatan penerbangan.
III.2 Perbedaan, Persamaan, dan Hal yang dapat diaplikasikan di Indonesia dari
         Sistem Transportasi Amerika Serikat dan Inggris

Tabel 1.1 Perbandingan Sistem Transportasi Amerika Serikat, Inggris dan Indonesia
No.
Variabel
Negara
Amerika Serikat
Inggris
Indonesia
1
Keselamatan
Diperhatikan sekali
Diperhatikan sekali
Belum jadi prioritas utama
2
Biaya
Sekitar US $ 2,5 untuk umum dan US $ 1,1 untuk manu la dan penyandang cacat.

a. kereta :
+/- 3,3 pound
b. bus :
dewasa: 2 pound
pelajar  >18 tahun : 1,5 pound
penyandang cacat dan pelajar < 18 tahun : gratis
a. Kereta:
termurah Rp 2.000
termahal Rp 11.000
b. Bus Perkotaan:
Rp 3.500
3
Kapasitas

6.388 subway, dan 4.500 bus
(kapasitas yang memadai sebanding dengan jumlah penumpang).

Kapasitas alat transportasi sebanding dengan jumlah penumpang
a. Kereta:
ideal 70 orang
maks 120 orang
b. Bus Perkotaan:
Busway
Ideal 40 - 80 orang
Maks 60-100 orang
4
Ketepatan waktu
Sangat tepat waktu
Keterlambatan paling lama adalah 3 menit, apabila ketika sampai keterlambatan lebih dari 15 menit uang kembali 50 % dan apabila keterlambatan lebih dari 30 menit, uang kembali 100 %.
a. kereta:
hampir selalu tepat waktu, apabila terlambat lebih dari 15 menit uang dikembalikan.
b. bus
sesuai dengan jadwal yang sudah ada.
a. Kereta :
tepat waktu > 15 menit
15 menit < ideal < 30 menit
Telat > 30 menit
b. busway
datang setiap 5 menit, tidak berjadwal
5
Kenyamanan
a. Kereta:
dapat tempat duduk, tempat duduk harus empuk, AC harus nyala
b. Busway:
Tidak kelebihan kapasitas, dapat tempat duduk, AC harus nyala,  punya fasilitas untuk orang cacat.
Tempat duduk yang nyaman, ada untuk penyandang cacat dan  yang bawa binatang peliharaan (anjing).
a. Kereta:
dapat tempat duduk
b. busway:
dapat tempat duduk

            Dari tabel diatas dapat dilihat perbedaan apa saja yang dimiliki oleh negara Amerika Serikat, Inggris dan Indonesia dalam bidang transportasi. Untuk melihat perbedaan apa yang terjadi dari sebuah sistem yang dijalankan, salah satunya dapat diukur dari kualitas yang dihasilkan oleh sistem tersebut. Dari tabel diatas dapat terlihat dengan jelas perbedaan sistem transportasi yang dijalankan oleh Amerika Serikat, Inggris dan Indonesia dilihat dari kualitas yang dirasakan langsung oleh masyarakat, seperti kenyamanan, ketepatan waktu, biaya, kapasitas, dan keselamatan.
Dari perbedaan yang ada dapat dilihat bahwa aparatur negara Indonesia dalam menyediakan pelayanan publik khususnya dalam bidang transpotasi baru memikirkan kepada kepentingan atau pelaksanaan yang sifatnya hanya pada tahap primer, dimana aparatur pemerintah atau para birokrat hanya berorientasi supaya penumpang dapat sampai tepat waktu, ada alat transportasi yang dapat mengangkut para penumpang sampai ke tujuan tanpa memikirkan keamanan dan kenyamanan para penumpang. Hal tersebut juga dikarenakan biaya yang dibebankan pemerintah Indonesia tidak sebanding dengan biaya yang dibebankan oleh pemerintah Amerika Serikat atau Inggris.
Apabila diambil secara umum, dari segi perkeretaapian, biaya paling murah yang dikeluarkan penumpang sekitar rentang Rp 2.000 – Rp 11.000, jika dibandingkan dengan income perkapita Indonesia sekitar US $ 2.000 maka perbandingannya sekitar 1 : 1636 sedangkan di negara Amerika Serikat dan Inggris, tarif yang dikenakan untuk transportasi sekitar US $ 2,5. Perbandingan biaya transportasi dengan angka pendapatan perkapita negara tersebut sekitar 1 : 16.000. Hal itulah yang menyebabkan mengapa masyarakat di negara maju seperti Amerika Serikat dan Inggris mendapatkan pelayanan yang lebih baik, dimana pemerintah melakukan pelayanan sudah berorientasi pada tahap sekunder, yaitu sudah memikirkan kepada kenyamanan dan keselamatan dari para penumpang bahkan sudah ada yang akan mencapai pada tahap tersier yaitu sudah memperhitungkan kemewahan.
            Namun tidak serta merta dalam pelaksanaan sistem transportasinya, Amerika Serikat, Inggris dan Indonesia hanya memiliki perbedaan saja, terdapat juga persamaan yang dimiliki oleh ketiga negara tersebut. Pertama adalah ketiga negara tersebut memandang dan sangat merasakan bahwa dengan adanya globalisasi yang terjadi di dunia diperlukan adanya sistem transportasi yang baik, khususnya cepat. Karena itu sistem transportasi yang cepat dan massal (Mass Rapid Transportation) sudah menjadi bagian yang terintegrasi dalam kehidupan sehari-hari.
            Kesamaan yang lain adalah ketiga negara tersebut sama-sama menggunakan sistem Public Private Sector, dimana ada kemitraan antara pemerintah dan swasta atau lembaga yang ditunjuk oleh pemerintah. Di Indonesia sendiri sistem ini hanya dijalankan pada sistem transportasi busway (bus perkotaan) dimana Indonesia bekerjasama dengan beberapa perusahaan swasta seperti Lorena. Namun hal tersebut tidak ditemukan pada kereta commuter, dimana perkeretaapian Indonesia dipegang seutuhnya oleh negara. Public Private Sector juga dijalankan di negara Amerika serikat dan Inggris. Contohnya adalah di New York, Amerika Serikat, sistem transportasi memang menjadi otoritas dan kewenangan negara, namun badan legislatif negara Amerika Serikat memberikan kewenangan tersebut kepada Metropolitan Transportation Authority untuk mengurusi masalah transportasi dan pemerintah bertugas untuk membuat kebijakan dan mengawasi supaya jalannya sistem tersebut dapat berjalan dengan baik.

III.3 Analisis
            Dari penguraian diatas mengenai sistem transportasi di Indonesia, Amerika Serikat dan Inggris dapat terlihat perbedaan ketiga negara tersebut dalam hal administrasi negaranya. Ketiga negara tersebut menjalankan administrasi negara yang berbeda satu sama lain. Ketika kita berbicara tentang administrasi negara ada dua hal yang menjadi fokus utama, yaitu bagaimana membuat kebijakan yang tepat untuk masyarakat dalam negara tersebut dan bagaimana mengimplementasikan atau hasil pengimplementasian kebijakan tersebut. Jadi intinya administrasi negara berbicara masalah politik yaitu bagaimana membuat suatu kebijakan serta berbicara masalah  administrasi yaitu bagaimana mengimplementasikan kebijakan tersebut.
            Indonesia, Amerika Serikat dan Inggris memperlihatkan bagaimana ketiga negara tersebut menjalankan adminitrasi yang berbeda, yaitu dari setiap kebijakan pertransportasian yang dianut oleh Indonesia, Amerika Serikat dan Inggris. Contohnya adalah kebijakan mengenai kepemilikan atau kepengurusan transportasi yang menjadi salah satu bagian terpenting di suatu negara. Indonesia, Amerika Serikat dan Inggris sama-sama menerapkan sistem Public Private Sector namun yang menjadi perbedaan, Indonesia tidak menerapkan sistem Public Private Sector pada setiap jenis transportasi massal yang ada. Kereta commuter tetap dipegang dan dikendalikan sepenuhnya oleh negara dikarenakan negara melihat apabila itu diserahkan kepada swasta akan muncul yang namanya kegagalan pasar karena adanya monopoli oleh swasta sehingga masyarakat mengalami kerugian yang cukup besar yang akan berakibat pada ketidaksejahteraan masyarakat di Indonesia.
            Bahasan mengenai sistem transportasi Indonesia, Amerika Serikat dan Inggris dapat dihubungkan dengan mata kuliah Managemen Pelayanan Umum. Menurut Zeithaml Berry dan Parasuraman dalam melakukan pelayanan publik, kualitas jasa yang diberikan oleh administrator negara dapat diukur menggunakan metode servqual yang mengidentifikasikan kualitas jasa dalam lima dimensi, yaitu tangiable, responsiveness, realibility, assurance, dan emphaty.
Tangiable (tampilan elemen fisik), dimensi ini mencakup tersedianya fasilitas fisik, peralatan, sumberdaya manusia, materi-materi untuk komunikasi yang merupakan bukti nyata pelayanan. Reliability (keandalan), dimensi ini mencakup kemampuan perusahaan untuk memberikan layanan yang akurat sejak pertama kali tanpa membuat kesalahan apapun dan menyampaikan jasanya sesuai dengan waktu yang telah disepakati. Responsiveness (daya tanggap), dimensi ini mencakup kesediaan dan kemampuan para karyawan untuk membantu para pelanggan dan merespon permintaan mereka, serta menginformasikan kapan jasa akan diberikan dan kemudian memberikan jasa secara cepat. Assurance (jaminan), dimensi ini mencakup perilaku karyawan yang mampu menumbuhkan kepercayaan pelanggan terhadap perusahaan dan perusahaan bisa menciptakan rasa aman bagi pelanggannya. Jaminan ini berarti bahwa para karyawan selalu bersikap sopan dan menguasai pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk menangani setiap pertanyaan atau masalah pelanggan dan yang terakhir adalah Emphaty (empati), berarti perusahaan memahami masalah para pelanggannya dan bertindak demi kepentingan pelanggan, serta memberikan perhatian personal kepada para pelanggan dan memiliki jam operasi yang nyaman.
Pelayanan publik dalam bidang transportasi di Amerika Serikat dan Inggris pada dasarnya hampir sama, yaitu sudah memperhatikan kelima dimensi yang ada. Amerika Serikat sudah sangat memperhatikan dimensi tangiable dari transportasinya, dalam hal ini Amerika Serikat memperhatikan sekali dan melakukan perawatan (maintenance) terhadap kendaraan angkutan, stasiun serta halte-halte bus agar pelanggan dapat merasakan kenyamanan ketika sedang menunggu atau melakukan perjalanan. Kedua adalah dimensi reability, kedatangan dan keberangkatan bus atau kereta yang tepat waktu atau keterlambatan maksimal tiga menit dan pengembalian uang kepada pelanggan apabila terjadi keterlambatan menjadi salah satu bentuk dari keandalan yang dimiliki oleh Amerika Serikat. Responsivessness ditunjukan dengan sikap dari para petugas angkutan apabila terdapat mesin koin yang rusak dan pelanggan merasa dirugikan akan hal tersebut. Dikarenakan pelayanannya yang baik kepada masyarakat sehingga muncullah kepercayaan masyarakat untuk tetep menggunakan transportasi massal yang telah disediakan, disini muncul akan apa yang dimanakan dengan assurance. Dimensi yang terakhir adalah emphaty. Empati bukan hanya bagaimana petugas memberikan pelayanan yang ramah kepada masyarakat tetapi juga memiliki jam operasi yang nyaman, seperti terdapat jadwal yang tepat dan angkutan yang sesuai dengan keperluan masyarakat di setiap jam-jam sibuk dalam penggunaan pelayanan transportasi.
            Sedangkan apabila kita melihat sistem transportasi di Indonesia, kelima dimensi tersebut belum diterapkan seluruhnya dengan benar. Tangiable, angkutan di Indonesia terutama kereta ekonomi sangat buruk dalam tampilan fisiknya, kurang ada perawatan yang seimbang dibandingkan dengan jumlah penumpang dan jam operasinya. Selain itu, tidak semua stasiun memberikan kenyamanan dan fasilitas yang baik bagi para pelanggan yang sedang menunggu. Dalam dimensi responsiveness, para petugas yang dtempatkan dilapangan (stasiun) kurang tanggap dalam memberikan informasi dimana letak kereta yang paling cepat akan sampai ke stasiun tersebut sehingga menimbulkan kebingungan bagi para penumpang yang dalam keadaan terdesak. Reability, dalam aspek ini administrator negara telah membuat kebijakan yang baik, yaitu dengan membuat jadwal yang harus diikuiti oleh petugas kereta, namun terkadang rasa acuh yang dimiliki oleh petugas menjadi momok sendiri bagi sistem perkeretaapian di Indonesia. Assurance, hal ini yang sangat disoroti dari sistem transportasi Indonesia, terutama kereta. Masih banyaknya tindakan kriminalitas diatas kereta dan di stasiun-stasiun menimbulkan rasa takut dan khawatir bagi masyarakat yang akan menggunakan transportasi tersebut. Masyarakat dihinggapi rasa takut dan cemas. Yang terakhir adalah dimensi emphaty, dimana petugas yang melakukan pelayanan kadang dipengaruhi oleh keadaan dirinya sehingga apabila keadaaan petugas tersebut sedang kurang baik, petugas akan memberikan pelayanan yang kurang baik kepada masyarakat dan menimbulkan word of mouth di masyarakat.
            Apabila dilihat dari metode servqual tersebut, terdapat perbedaan bagaimana administrator negara mengatur pelayanan publik dalam bidang transportasi. Amerika Serikat dan Inggris yang sudah memperhatikan kelima dimensi tersebut sedangkan Indonesia yang belum dapat melaksanakan pelayanan publik berdasarkan kelima dimensi yang dikemukakan oleh Berry dan Parasurama.

BAB IV
PENUTUP

IV. 1    Kesimpulan

Amerika Serikat, Inggris dan Indonesia sama-sama menyadari bahwa transportasi merupakan hal krusial dan sama-sama menggunakan sistem public-privat partnership dalam penyediaan layanan transportasi publik, kecuali layanan kereta commuter di Indonesia. Pemerintah Indonesia menguasai sepenuhnya layanan kereta commuter.
Perbedaan mendasar yaitu orientasi pemerintahnya. Dalam hal pengadaan layanan transportasi publik, pemerintah Indonesia masih berada pada tahap primer yang berorientasi pada bagaimana menyediakan transportasi publik agar masyarakat dapat sampai pada tempat tujuan, sedangkan pemerintah Amerika Serikat sudah berada pada tahap sekunder yang berorientasi pada kenyamanan dan sangat memperhatikan keselamatan, bahkan sudah sampai pada tahap tersier, yaitu memperhatikan kemewahan.
Hal yang dapat dipelajari dari penerapan sistem MRT di Amerika Serikat dan Inggris adalah pengadaan layanan secara public-privat partnership dan berada pada tahap sekunder di mana sangat memerhatikan keselamatan dan kenyamanan (kualitas layanan). Busway-Transjakarta telah menerapkan sistem tersebut, namun pemerintah masih tetap berada pada tahap primer. Hal ini dibuktikan bahwa Transjakarta merupakan bus rapid transit yang memiliki rute atau jalur terbanyak di dunia namun kualitas pelayanannya tidak sebaik bus rapid transit di negara lain.

IV. 2    Saran
Sebenarnya ada beberapa cara yang dapat dilakukan agar pelayanan transportasi di Indonesia dapat diubah kearah yang lebih baik. Salah satunya dengan melakukan reformasi administrasi yang dikemukakan oleh Han Been Lee. Ada dua alternatif reform yang disarankan oleh Han Been Lee apabila organisasi ingin melakukan perubahan ke arah yang lebih baik, yaitu dengan a new wine in an old bottle atau an old bottle in a new wine.
            A new wine in an old bottle adalah alternatif dimana dalam organisasi, tetap menggunakan sistem yang lama tapi dengan orang-orang yang berbeda, sedangkan an old bottle in a new wine adalah alternatif dimana organisasi tetap menggunakan sumber daya manusia yang sama tapi dengan sistem atau peraturan yang berbeda. Sebaiknya dalam masalah pertransportasiaan di Indonesia apabila ingin mendapatkan bentuk pelayanan yang lebih baik diperlukan reform yang menggunakan an old bottle in a new wine karena apabila semua sistem sudah diperbaiki, peraturan sudah dijalankan dengan tepat, ketat dan tidak hanya sekedar formalitas, serta adanya sistem reward and punishment, orang-orang dalam organisasi mau tidak mau harus mengikuti peraturan ketat yang ada sehingga pelayanan akan jauh lebih baik dan mengalami suatu perubahan ke arah yang lebih baik.



2 komentar: