PENDAHULUAN
Air merupakan kebutuhan dasar bagi manusia dan kehidupan mahluk hidup lainnya. Manfaat air
diantaranya untuk
minum, pembawa
zat
makanan pada tumbuhan,
zat pelarut, pembersih
dan sebagainya
(Pandia, 1995).
Dix
(1981) mencatat
berbagai kebutuhan air
yang
dapat digolongkan menurut lima kategori yaitu keperluan masyarakat, keperluan industri, pembangkit tenaga listrik, kebutuhan pertanian dan sarana rekreasi. Penyediaan air bersih merupakan kebutuhan utama
manusia untuk kelangsungan hidupnya dan menjadi faktor penentu kesehatan dan
kesejahteraan manusia. Karena itu diperlukan peningkatan kualitas dan kuantitas air
bersih dengan cara pengolahan sumber air bersih.
Pengolahan air bersih merupakan upaya pengubahan sifat fisika, kimia dan biologi untuk mendapatkan air yang bersih dan sehat sesuai dengan standar mutu air untuk kesehatan (Kusnaedi, 2002). Proses pengolahan air bersih dapat dimulai dari
yang sederhana sampai rumit dan lengkap. Sistem pengolahan air yang digunakan tergantung pada kualitas air
bakunya dan tingkat kemurnian air yang diinginkan
(Dix, 1981). Umumnya dikenal dua cara pengolahan air yaitu
pengolahan lengkap dan pengolahan sebagian (Pandia dkk, 1995). Pengolahan lengkap adalah
proses pengolahan air secara lengkap baik fisik, kimia maupun bakteriologik. Cara ini biasanya dilakukan untuk
air
sungai yang
kotor
dan keruh. Sedangkan pada pengolahan
sebagian hanya
dilakukan
proses
kimiawi atau
bakteriologi saja. Pengolahan ini biasanya dilakukan untuk mata air bersih dan air sumur yang dangkal maupun dalam.
Proses koagulasi flokulasi dalam pengolahan air minum sangat penting untuk ditinjau lebih
jauh karena mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap proses purifikasi air berikutnya dan
kualitas
air
produksi. Jenis
koagulan yang
sering dipakai adalah alumunium sulfat (alum) dan poly alumunium
chloride (PAC). Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan tipe dan konsentrasi optimal koagulan, yang diaplikasikan pada
air
baku berupa
air
gambut
di
wilayah Propinsi
Kalimantan Tengah. Hal ini sangat diperlukan untuk membuat perencanaan rancangan intsalasi
pengolahan air bersih di wilayah tersebut.
METODOLOGI
Untuk mempercepat proses pengendapan partikel di dalam air baku, seringkali
diperlukan koagulan. Dua jenis koagulan utama yang akan dikaji adalah Alum sulfat (Al2(SO4)3)
dan Poly
Aluminium Chloride (PAC). Kedua jenis koagulan tersebut paling banyak dipakai dan mudah diperoleh di pasaran. Variasi konsentrasi koagulan akan diaplikasikan (0 s/d 200 ppm) pada berbagai jenis air baku. Proses koagulasi bisa terhambat jika tingkat kekeruhan terlalu rendah atau terlalu
tinggi. Untuk itu perlu ditemukan batas optimal pemakaian koagulan
pada kondisi kekeruhan air baku
yang berbeda.
Flokulasi adalah proses lanjutan dari koagulasi. Terbentuknya flok-flok yang
baik biasanya diawali oleh proses koagulasi yang efisien. Kualitas flok-flok tersebut akan mempengaruhi cepat
atau lambatnya partikel-partikel mengendap dalam bak
sedimentasi.
Pada
tahap
ini akan
dilihat tingkat
efisiensi flokulasi
dan waktu
sedimentasi yang diperlukan sesuai dengan karakteristik air baku yang masuk dalam tahap sebelumnya.
Dalam rangka menentukan kondisi kombinasi optimal, maka digunakan alat jar test (Type VELP FP4) delengkapi dengan 4 becker glass bervolume masing-masing
1 liter. Kecepatan putar
maupun waktu
putar alat
tersebut,
dapat
diatur.
Secara umum, penambahan koagulan dilakukan pada saat awal (t=0 mn), diikuti dengan pengadukan cepat
100
RPM
selama 2 menit
untuk
homogenisasi larutan dan
pengadukan lambat selama 10 menit untuk proses pembentukan flok dan pengendapan.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
Kemampuan
PAC dalam
proses
koagulasi
flokulasi,
menunjukkan
bahwa
dengan tanpa penambahan koagulan, tingkat kekeruhan awal 91 NTU, cenderung konstan pada kisaran 81 - 87 NTU selama 10 menit jar test (Gambar 1). Sehingga bisa dikatakan bahwa
tanpa adanya koagulan, tidak terjadi penurunan tingkat kekeruhan, atau dengan kata lain tidak terjadi proses koagulasi dan flokulasi selama
jar test berlangsung.
Gambar1.:
Kondisi air gambut sebelum dan sesudah penambahan koagulan
Penambahan koagulan pada konsentrasi 80 mg/l meningkatkan kekeruhan awal menjadi
362
NTU. Pada konsentrasi
ini
tampak bahwa koagulan tidak
mampu menurunkan kekeruhan, karena nilainya berada dalam kisaran 270 NTU sampai 10 menit pertama. Pola variasi tingkat kekeruhaan mulai terjadi pada konsentrasi PAC
120 mg/l. Nilai kekeruhan awal 348 NTU turun menjadi 108 NTU pada menit ke 1 dan berada pada kisaran 50 – 60 NTU setelah menit ke 1.5 (Gambar 2).
Kondisi ini tentu saja belum mencapai tingkat kekeruhan yang ideal.
Pada penambahan PAC 160 mg/l, tingkat kekeruhan awal 121 NTU turun menjadi 34 NTU di menit ke 0.5, dan mencapai nilai di bawah 5 NTU setelah menit
ke 1.
Hal ini membuktikan bahwa konsentrasi PAC 160 mg/l merupakan
konsentrasi optimal, mengingat dengan penambahan PAC menjadi 200 mg/l, tingkat kekeruhan yang dihasilkan tidak lebih baik
atau bahkan cenderung meningkat pada kisaran 4 – 9
NTU setelah menit 1.5.
Pola variasi yang sama ditemukan pada uji kemampuan alum yang hasilnya ditampikan dalam Gambar
3.
Seperti pada kasus PAC,
penambahan alum pada konsentrasi 80 mg/l juga
tidak mampu menurunkan tingkat kekeruhan yang cukup tinggi, nilainya masih di atas 200 NTU dipenghujung 10 menit waktu pengendapan.
Penurunan kekeruhan di bawah 100 NTU meulai terjadi pada penambahan alum 120
mg/l, setelah menit ke 1. namun kisaran rata-rata kekeruhan adalah 20
NTU mulai menit ke 3 waktu pengendapan.
Perbaikan mulai terjadi dengan penambahan alum 160 mg/l, dengan kekeruhan awal 157 NTU, turun menjadi 28 NTU pada menit ke 0.5 dan berada di bawah 6
NTU setelah menit
ke
2.
Hasil
ini
mengkonfirmasi
hasil sebelumnya
bahwa
penambahan
koagulan minimal 160 mg/l diperlukan agar
proses penjernihan air gambut
berjalan secara
optimal.
Sementara
itu
penambahan alum
lebih banyak tampaknya tidak berarti meningkatkan efisiensi, karena cenderung
meningkatkan
kekeruhan karena setelah menit ke 2, nilai kekeruhan
berada dalam kisaran 10 – 20
NTU.
KESIMPULAN
Proses koagulasi flokulasi dalam pengolahan air minum sangat penting untuk ditinjau lebih
jauh karena mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap proses purifikasi air berikutnya dan
kualitas
air
produksi. Jenis
koagulan yang
sering dipakai adalah alumunium sulfat (alum) dan poly alumunium
chloride (PAC). Jar test koagulan dilakukan untuk menentukan efisiensi koagulasi dan waktu sampling. Dari
hasil penelitian
ini dapat disimpulkan kekeruhan air
baku mempengaruhi waktu sedimentasi. Tingkat kekeruhan air gambut yang rendah cenderung
memerlukan penambahan konsentrasi koagulan yang cukup tinggi (di atas rata-rata normal 40 s/d
60
mg/l).
Proses koagulasi cenderung
lambat
dengan karakteristik flok
yang terbentuk halus dan
ringan. Penambahan
bahan
bantu
koagulan disinyalir dapat meningkatkan efisiensi koagulasi dan flokulasi.
DAFTAR PUSTAKA
Alqadrie R WN, Sudarmadji & Yunianto T (2000).:”Pengolahan air gambut untuk persediaan air bersih.”, Teknosains 13(2) Mei
Dix, H.M.,
1981. Environmental Polution.
John Willey and sons. New York
Gebbie, P. 2001.
Using PolyAlum Coagulants in Water Treatment. 64th Annual Water Industry Engineers and Operators Conference. Fisher Pty Ltd. USA. pp.1-9
Haines, M.G. 2003.
Impact of Dual Alum and PolyAluminium Chloride Coagulation on Filtration. Colorado State University. Colorado. pp.24-65
Iswono (2001).:”Efektivitas PAC terhadap penurunan intensitas warna air gambut di
Siantan Hulu Kota Pontianak.”
Skripsi Undip
Semarang
Kasmono (2007).:”Efektivitas PAC dan Tawas dalam menurunkan warna air gambut
di
Singkawang, Kalimantan Barat. Skripsi Undip
Semarang
Kusnaedi,
2002.
Mengolah
air
gambut
dan air kotor
untuk
diminum.
Penebar
Swadaya.
McGhee,
T.J.
1991.
Water
Supply and Sewage. 6 th
Edition. McGraw Hill
International Edition. Singapore
Mu'min B. (2002).:”Penurunan zat organik dan warna pada pengolahan air gambut menggunakan
membran ultrafiltrasi dengan aliran cross flow yang didahului
dengan proses koagulasi/flokulasi dan
adsorpsi karbon aktif.”, Thesis
ITB Bandung Teknik Lingkungan
Pandia,S., A.Husin dan Z.Masyithah, 1995. Kimia Lingkungan.
Direktorat Jendral
Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Said N.I
(2008).:”Teknologi pengolahan air minum : Teknologi pengolahan air gambut sederhana.” BPPT Press
Zhan, H, X.Zhang, and X .Zhan. 2004. Coagu-Flocculation Mechanism of Flocculant and Its Physical Model. Separation Technology VI: New Perspectives on Very Large-Scale Operations. RP3 (8): 1-11
Tidak ada komentar:
Posting Komentar