Halaman

Minggu, 24 Juni 2012

kandungan cokelat


Cokelat, khususnya cokelat hitam memiliki berbagai kandungan yang berkhasiat sebagai antinyeri. Kandungan itu antara lain magnesium, serta asam lemak omega 3 dan 6 yang juga dikenal sebagai pembangkit mood atau suasana hati biar tidak gampang marah-marah.

Meski secara alami cokelat biasa sudah memiliki efek antinyeri, di luar negeri ada juga cokelat khusus untuk nyeri menstruasi yang kandungannya ditambahi ekstrak buah chasteberry dan bilberry. Kedua bahan yang ditambahkan itu juga merupakan senyawa antinyeri berbahan herbal alami.
Disarankan untuk makan coklat hitam karena didalam coklat hitam itu memiliki kandungan magnesuim dan asam lemak omega 3 dan 6 yang dikenal sebagai mood atau suasana hati anda biar tidak mudah marah. Kandungan yang ada pada coklat hitam berkhasiat sebagai anti nyeri.
Coklat banyak mengandung antioksidan sehingga mampu menangkal beberapa jenis penyakit asal tidak dikonsumsi berlebih, karena coklat termasuk salah satu jenis makanan yang yang tinggi kalori.

4 Manfaat Cokelat bagi Kesehatan:
1. Mengenyangkan.
2. Meningkatkan suasana hati jadi senang.
Adanya kandungan phendthylamine dalam coklat.
3. Membantu lebih rileks.
Mengandung anandamide yang mengaktifkan reseptor otak.
4. Membuat awet muda.

Kandungan cokelat

Cokelat mengandung alkaloid-alkaloid seperti teobromin, fenetilamina, dan anandamida, yang memiliki efek fisiologis untuk tubuh. Kandungan-kandungan ini banyak dihubungkan dengan tingkat serotonin dalam otak. Menurut ilmuwan cokelat yang dimakan dalam jumlah normal secara teratur dapat menurunkan tekanan darah [7] . Cokelat hitam akhir-akhir ini banyak mendapatkan promosi karena menguntungkan kesehatan bila dikonsumsi dalam jumlah sedang, termasuk kandungan anti oksidannya yang dapat mengurangi pembentukan radikal bebas dalam tubuh.

Kamis, 26 April 2012

Contoh program c++ untuk mencari luas segitiga

berikut adalah contoh program c++ untuk mencari luas segi tiga.
mari kita pelajari bersama untuk menambah ilmu dan pengetahuan.



#include<iostream.h>
main()
{
int a, b;
cout<<"Mencari Luas Segitiga n";
cout<<"Alas =";
cin>> a;
cout<<"Tinggi =";
cin>> b;
cout<<"Luas Segitiga ="<<a*b/2;
return 0;
}


berikut hasil dari contoh program di atas:


Rumah Dinas TNI = Rumah Warisan ?


Rumah Dinas TNI = Rumah Warisan ?

A.     Pendahuluan
Belakangan ini marak diberitakan di media massa tentang kericuhan saat pengosongan rumah dinas eks-anggota TNI/purnawirawan. Terakhir kericuhan mewarnai pengosongan rumah dinas TNI Angkatan Darat di Jalan Otista III, Jakarta Timur, Selasa (22/12/09). Tidak hanya terjadi di Ibukota saja, di daerah-daerah pengosongan rumah dinas TNI juga selalu diwarnai kericuhan. Begitupula terjadi di Tasikmalaya terjadi eksekusi penggusuran yang berlangsung panas dan panjang. Sebelumnya (27/10/10) di Tasikmalaya eksekusi berlangsung panas, personel Kodim 0612 Tasikmalaya yang memasang papan di depan rumah dinas guna meminta penghuni meninggalkan rumah mendapat perlawanan. Papan yang telah terpasang dicabut. Hal tersebut menimbulkan terjadinya perang adu mulut antar sesama anggota TNI AD. Peran media sebagai sumber informasi bagi masyarakat terutama televisi cukup membentuk opini publik mengenai permasalahan eksekusi tersebut. Karena disertakan visual dramatis berupa tangisan para penghuninya, pengosongan yang tujuan utama sebenarnya adalah untuk menyediakan tempat bagi anggota TNI yang masih aktif, seolah-olah menjadi suatu pelanggaran HAM. Begitulah adanya efek dari media, tidak semuanya pemberian informasinya secara berimbang yaitu hanya melihat dari sudut sempit garis pandangannya.

B.     Permasalahan
Sejak era Presiden SBY, penertiban aset-aset negara mulai digencarkan, sesuai dengan misinya untuk memberantas korupsi dan transparansi keuangan negara. Sebagai langkah awal, pada tahun 2007 Presiden menerbitkan Keppres No.17 tentang Penertiban Barang Milik Negara (BMN). Aset negara yang selama ini tidak jelas juntrungnya mulai diinventarisasi dan dinilai, diwujudkan oleh Menteri Keuangan saat itu, Sri Mulyani Inderawati dengan menerbitkan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No. 120 tahun 2007 tentang Penatausahaan Barang Milik Negara. Aplikasi dari PMK tersebut adalah dengan dilaksanakannya penertiban berupa inventarisasi dan penilaian aset negara yang berada di wilayah hukum Republik Indonesai, baik aset yang berada di wilayah NKRI maupun wilayah kedaulatan Indonesia di luar negeri yaitu berupa kedutaan dan konjen-konjen di seluruh dunia. Tak pelak, aset TNI pun termasuk di dalamnya. Sebagai pelaksana tugasnya adalah Ditjen Kekayaan Negara, Departemen Keuangan RI
Adanya hal yang sangat bertolak belakang, yaitu penyediaan perumahan bagi anggota TNI yang masih aktif dirasa masih kurang mencukupi. Perumahan yang ada selama ini banyak digunakan untuk para purnawirawan yang notabene merupakan anggota tidak aktif. Alhasil, anggota TNI yang masih aktif tidak banyak mendapat jatah untuk tempat tinggal. Sebagai bentuk reaksi terhadap kondisi tersebut, pihak tertinggi dalam struktur birokrasi TNI membuat keputusan pengosongan terhadap perumahan yang dihuni oleh para purnawirawan. Pengosongan merupakan kata halus dari penggusuran, yang tujuan utamanya ialah untuk menyediakan tempat bagi anggota TNI yang masih aktif.
            Apabila dilihat dari segi kemanusiaannya adalah berkaitan tentang rasa kemanusiaan dan HAM yang menyudutkan pihak terkait yang melakukan penggusuran. Namun apabila dilihat dari sudut pandang aspek hukum adalah berkaitan tentang pasal pasal 1 ayat (1) Peraturan Pemerintah (PP) No. 40 tahun 1994 tentang Rumah Negara dijelaskan pengertian rumah negara adalah bangunan yang dimiliki negara dan berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga serta penunjang pelaksanaan tugas Pejabat dan/atau Pegawai Negeri. Mengenai siapa yang bertanggung jawab diterangkan dalam ayat 4 yaitu Menteri Pekerjaan Umum. Semua itu diatur dalam Peraturan Pemerintah (PP) No. 40 tahun 1994 tentang Rumah Negara sebagaimana telah diubah dengan PP No.31 tahun 2005 untuk menyempurnakannya.

Ayat tersebut juga sekaligus menjelaskan bagaimana keabsahan pengosongan rumah dinas yang penghuninya bukan anggota TNI aktif lagi. Isi ayat itu berbunyi :
(3) Rumah Negara Golongan II yang tidak dapat dialihkan statusnya menjadi Rumah Negara Golongan III adalah :
a. Rumah Negara Golongan II yang berfungsi sebagai mess/asrama sipil dan ABRI.
b. Rumah Negara Golongan II yang mempunyai fungsi secara langsung melayani atau terletak dalam lingkungan suatu kantor, rumah sakit, sekolah, perguruan tinggi, pelabuhan udara, pelabuhan laut, dan lab/balai penelitian.
Artinya secara eksplisit status kepemilikan rumah dinas tersebut tidak boleh dialihkan ke penghuninya karena termasuk sebagai mess ABRI (sekarang TNI).
Dalam PP tersebut dijelaskan pengertian Rumah Negara Golongan I, II, dan III yaitu terdapat pada Pasal 1 ayat (5), (6) dan (7). Secara garis besar disimpulkan begini, rumah negara golongan I contohnya yaitu rumah dinas menteri, ketua komisi, ketua DPR, ketua MPR, dan pejabat-pejabat negara lainnya. Golongan II contohnya rumah dinas kepala kantor operasional di setiap daerah, rumah dinas kepala seksi, rumah dinas pelaksana, mess/asrama, dan sejenisnya. Sedangkan rumah negara golongan III yaitu yang tidak termasuk golongan I dan II yang dapat dijual kepada penghuninya. Misalnya rumah dinas yang terkena tata ruang, terkena bencana, tidak layak huni, untuk ditukar guling, dan dialihkan haknya kepada penghuninya. Hal ini dijelaskan dalam Pasal 14.
Namun ada juga beberapa kasus yang dijumpai seperti dari para korban penggusuran memaparkan bahwa mereka telah mempunyai bukti kepemilikan berupa berita acara hibah dari pemilik pertama tanah sebelum menjadi tanah Negara. Berdasarkan kasus tersebut seharusnya pihak penggusur dalam hal ini TNI AD melakukan klarifikasi status tanah ke pihak terkait (Badan Pertanahan Nasional). Akan tetapi apabila ditemui kejanggalan keabsahan bukti kepemilikan atau tidak sanggup membuktikan bahwa dokumen tersebut adalah legal, maka hal yang pantas adalah korban penggusuran tersebut meninggalkan rumah dinas yang dihuninya demi kepentingan hukum dan tentunya kepentingan Negara.
Kasus lainnya adalah mengenai penolakan eksekusi tersebut dikarenakan alasan bahwa mereka telah lama menghuni rumah dinas itu dan tentunya telah mengeluarkan pengorbanan biaya untuk merawat dan memelihara rumah dinas dengan biaya sendiri. Namun jika itu alasannya maka kewajiban setiap penghuni rumah negara seperti tercantum dalam PP tadi pada pasal 10 yang bunyinya :
(1) Penghuni Rumah Negara wajib :
a. membayar sewa rumah;
b. memelihara rumah dan memanfaatkan rumah sesuai dengan fungsinya
(2) Penghuni Rumah Negara dilarang :
a. menyerahkan sebagian atau seluruh rumah kepada pihak lain;
b. mengubah sebagian atau seluruh bentuk rumah;
c. menggunakan rumah tidak sesuai dengan fungsinya.
Berdasarkan fenomena terjadinya kasus penggusuran Rumah Dinas TNI AD tersebut dapat disimpulkan bahwa “Rumah Negara” bukan lah “Rumah Warisan” yang bisa diturunkan secara turun menurun terhadap anak cucunya.
C.     Solusi
Langkah nyata yang harus ditempuh ialah adanya suatu relokasi besar-besaran bagi semua anggota purnawirawan yang tergusur ke suatu tempat yang cukup mewadahi keadaannya dan perlu diingat bahwa sifatnya hanya sementara dalam jangka waktu terbatas. Relokasi ketempat hunian baru tersebut dimaksudkan untuk memberikan kenyamanan bagi mereka selama dalam usaha mencari tempat hunian baru yang bersifat tetap. Penyediaan hunian sementara tersebut harus ditanggung oleh pihak pemerintah, dalam hal ini tentunya TNI AD, yang bisa memanfaatkan alokasi biaya dari anggaran dasar yang tertuang dalam APBN. Sedangkan perumahan yang sudah dikosongkan tadi dapat direnovasi sesuai kebutuhan bagi anggota TNI yang masih aktif untuk segera ditempati.
D.     Kesimpulan
1.      Pengosongan rumah dinas tujuan utama sebenarnya adalah untuk menyediakan tempat bagi anggota TNI yang masih aktif, bukan untuk anggota TNI yang sudah purna tugas.
2.      Rumah dinas merupakan milik Negara, bukan milik perorangan, yang bisa diturunkan secara turun menurun terhadap anak cucunya.
3.      Mess/asrama sipil dan ABRI termasuk Rumah Negara Golongan II.
E.      Pustaka
www.antaranews.com               diakses tanggal 20 Mei 2010
www.kompasiana.com  diakses tanggal 20 Mei 2010
www.tempointeaktif.com          diakses tanggal 20 Mei 2010
www.vibizdaily.com                  diakses tanggal 20 Mei 2010








Minggu, 22 April 2012

DIAGNOSA KEPERAWATAN


BAB I
PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang

Diare adalah kehilangan cairan dan ekolit secara berlebihan yang terjadi karena frekuensi satu kali atau lebih BAB dengan tinja yang encer atau cair.
Diare dapat disebabkan oleh berbagai infeksi, selain penyebab lain seperti malabsorbsi. Diare sebenarnya merupakan salah satu gejala dari penyakit pada system gastrointestinal atau penyakit lain di luar saluran pencernaan. Tetapi sekarang lebih dikenal dengan “penyakit diare” karena dengan sebutan penyakit diare akan mempercepat tindakan penanggulangan. Penyakit diare terutam pada bayi perlu mendapatkan tindakan secepatnya karena dapat membawa bencana bila terlambat.
Walaupun penyakit diare tidak semua menular misalnya karena faktor malabsorbsi, tetapi perlu perawatan di kamar yang terpisah dengan perlengkapan cuci tangan untuk mencegah infeksi serta tempat pakaian kotor tersendiri. Masalah pasien diare yang perlu diperhatikan ialah resiko terjadi gangguan sirkulasi darah, kebutuhan nutrisi, resiko terjadi komplikasi, gangguan rasa aman dan nyaman, kurangnya pengetahuan mengenai penyakit.
Penyakit diare dapat menyerang siapa saja mulai dari anak, dewasa maupun orang tua (lansia) dan penyakit diare ini biasanyakebanyakan disebabakan oleh infeksi. Oleh karena itu penulis merasa tertarik untuk menerapkan asuhan keperawatan diare pada pasien S.






B.     Tujuan Penulisan

1.      Tujuan Umum
Untuk dapat memperoleh gambaran nyata atau informasi tentang asuhan keperawatan pada pasien diare.

2.      Tujuan Khusus
Agar mahasiswa mampu menyusun asuhan keperawatan yang terdiri dari pengkajian, membuat diagnosa keperawatan, menyusun rencana keperawatan, melaksanakan tindakan keperawatan dan melakukan evaluasi keperawatan pada pasien diare.

C.    Metode Penulisan

Metode penulisan yang digunakan dalam makalah ini ditulis dengan metode deskriptif dengan teknik pengumpulan data, wawancara dan pemeriksaan fisik.

 BAB II
PEMBAHASAN

A.    Dasar Teori

1.      Pengertian
Diare adalah kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena frekuensi satu kali atau lebih BAB dengan bentuk tinja yang encer atau cair.
Diare akut adalah diare yang awalnya mendadak atau berlangsung singkat dalam beberapa jam sampai 7 atau 14 hari.

2.      Etiologi
a.       Infeksi (virus, bakteri dan parasit)
b.      Non Infeksi
·         Alergi makanan : susu, protein
·         Gangguan metabolic atau mal-absorbsi
·         Iritasi langsung pada saluran pencernaan oleh makanan
·         Penyakit gangguan endokrin
·         Emosional atau stress
·         Menurunnya daya tahan tubuh
·         Kekurangan gizi
·         Obat-obatan : antibiotika

3.      Patofisisologi
·         Meningkatnya motilitas dan cepatnya pengosongan pada intestinal merupakan akibat dari gangguan absorbsi dan ekskresi cairan dan elektrolit yang berlebihan.
·         Cairan sodium, potassium dan bikarbonat berpindah dari rongga ekrtraseluler ke dalam tinja, sehingga mengakibatkan dehidrasi dan dapat terjadi asidosis metabolic.
·         Transportasi aktif akibat rangsangan taksin bakteri terhadap elektrolit ke dalam usus halus. Sel dalam mukosa intestinal mengalami iritasi dan meningkatnya sekresi cairan dan elektrolit. Mikroorganisme yang masuk akan merusak sel mukosa intestinal sehingga menurunkan area permukaan intestinal, perubahan kapasitas intestinal dan terjadi gangguan absorbsi cairan dan elektrolit.
·         Peradangan akan terjadi penurunan kemampuan intestinal untuk mengabsorbsi cairan dan elektrolit serta bahan-bahan makanan.
Menurunnya pemasukan atau hilangnya cairan akibat :
                        - Muntah                     - Demam
                        -Diare                          -Hiperventilas

            Cairan ekstraseluler Hilang dengan cepat

                                              |                                       
                          Ketidakseimbangan elektroli
                                             |
                   Hilangnya cairan dalam intraseluler
                                             |
                                Disfungsi selulere 
                                             |
                                Syok hipovolemik 
                                            |
                                       Kematian

                       
4.      Tanda dan Gejala
§  Naunesa
§  Muntah
§  Nyeri perut
§  Demam
§  Diare
§  Haus
§  Lidah kering
§  Tulang pipi menonjol
§  Anoreksia
§  Lemah
§  Turgor kulit menurun
§  Seara menjadi serak
§  Frekuensi nafas cepat
§  Tekanan darah menurun
§  Gelisah
§  Pucat
§  Ekstrimitas dingin
§  Siagnosis
§  Anuria

Derajat Dehidrasi
1.      Dehidrasi berat
Terdapat dua atau lebih dari tanda-tanda berikut ini
    • Latergi atau tidak sabar
    • Mata cekung
    • Tidak bisa minim atau malas minum
    • Cubitan kulit perut kembalinya sangat lambat
2.      Dehidrasi dingin
§  Gelisah, mudah marah

§  Mata cekung
§  Haus, banyak minum
§  Cubitan kerut kembalinya sangat lambat
3.      Tanpa Dehidrasi
Tidak cukup tanda-tanda untuk diklasifikasikan sebagai dehidrasi berat atau ringan/ sedang

  1. Pemeriksaan Diagnostic
§  pemeriksaan darah tepi lengkap
§  pemeriksaan AGD, elektrolit, ureum, kreatinin dan berat jenis plasma
§  pemeriksaan urine lengkap
§  pemeriksaan tinja, PH, leukosit, glukosa dan adanya darah
§  pemeriksaan biakan empedu bila demam tinggi dan dicurigai infeksi sistemik
§  riwayat alergi pada obat-obatan dan makanan

  1. Penatalaksanaan
a.       Dehidrasi sebagai prioritas utama pengobatan
4 hal penting yang perlu diperhatikan
1)      Jenis cairan
§  Oral : pedialyte atau oralit
§  Parental : NaCl, isotonic, infus
2)      Jumlah cairan
Jumalh cairan yang diberikan sesuai dengan cairan yang dikeluarkan
3)      Jalan masuk atau cara pemberiaan
Oral atau parental
4)      Jadwal pemberian cairan
Diberikan 2 jam pertama, selanjutnya dilakukan penilaian kembali status hidrasi untuk menghitung kebutuhan cairan

b.      Identifikasi penyebab diare
c.       Terapi simtematik
Obat anti diare, obat anti motilitas dan sekresi usus, antiemetik
d.      Terapi definitive
Sebagai langkah pencegahan seperti hygiene peroranan, sanitasi lingkungan

B.     TINJAUAN KASUS

1.   Pengkajian
§  Nama pasien                         :  S
§  Umur                                    :  65 tahun
§  Jenis kelamin                        :  Perempuan
§  Agama                                  :  Islam
§  Suku bansa                           :  Jawa/ Indonesia
§  Alamat                                 :  Sawalan
§  Tgl masuk                             :  -
§  Pekerjaan                              :  Tidak bekerja
§  Keluhan utama                     :  Pada saat pengkajian ps mengeluh / mengatakan badannya lemas dan diare
§  Riwayat kesehatan sekarang:  Ps mengatakan diare tanggal 3 Februari 2006 setelah makan seiang. Ps mengatakan makan sesuai menu seperti biasa. Ps mengatakan belakangan ini di kamarnya banyak terdapat lalat. Ps BAB lebih dari 5 kali dengan kensistensi encer. Ps tidak menatakan kondisinya kepada keluarganya, akhirnya sore tanggal 3 Februari 2006 Ps diberikan perawatan khusus
§  Riwayat kesehatan dahulu   :  Ps menatakan dulu pernah diare tapi hanya 2 hari setelah minum obat anti diare Ps langsung sembuh. Ps pernah masuk rumah sakit karena kecelakaan.
§  Riwayat kesehatan               :  Didalam keluarga pasien tidak ada yang menderita penyakit menular.

§  Genogram :



2.      Pola Kebiasaan
a.       Pola Nutrisi
§  Sebelum sakit ps mengatakan biasa makan 3x sehari dengan menu pagi bubur, satu gelas kopi dan kue. Siang dan malam nasi, lauk, sayur dan kadang buah, makan habis satu porsi tiap makan. Minum 6-7 gelas/ hari
§  Saat sakit pasien mengatakan selalu lapar tapi nafsu makan berkurang. Ps hanya makan setengah porsi dari biasanya, minum 6-7 gelas/ hari.
b.      Pola Tidur/ Istirahat
§  Sebelum sakit pasien mengatakan biasa tidur dari pukul 22.00 sampai 05.00. ps terbiasa tidur siang selama 2 jam
§  Saat sakit ps mengatakan tidur sering terjaga karena merasa kurang nyaman dengan keadaannya. Ps mengatakan mulai dapat tidur pukul 20.00 sampai04.00 ps sering terbangun dimalam hari.
c.       Pola Aktifitas
§  Sebelum sakit dan saat sakit pasien mengatakan aktifitasnya tidak begitu terganggu. Ps masih bisa memenuhi kebutuhannya secara mandiri seperti mandi, makan, hanya pada saat sakit ps mengatakan kebanyakan istirahat.
d.      Pola Eliminasi
§  Sebelum sakit ps mengatakan biasa BAB satu kali sehari dengan konsistensi feses lembek, warna kuning. BAK 4-5 kali sehari dengan warna kuning, bau pesing
§  Saat sakit pasien mengatakan diare dengan konsistensi encer, bau, warna kakuningan. Lendir tidak ada, darah tidak ada Ps mengatakan BAB kurang lebih sudah 5 kali sehari. BAK tidak mengalami perubahan 4-5 kali sehari.



e.       Pola Koping
§  sebelum sakit ps mengatakan tidak pernah menceritakan masalahnya dengan orang lain, ps berusaha mengatasi sendiri tanpa bantuan orang lain
§  saat sakit ps menatakan selalu menceritakan masalahnya dengan orang lain (keluarga). Dalam mengatasi masalahnya ps meminta bantuan keluarga
f.       Pola kognitif
Ingatan pasien menurun. Bila ditanya sesuatu pasien berusaha keras mengingatnya kembali
g.      Konsep diri
Sebelum sakit ps selalu tampak ceria, dapat memenuhi kebutuhannya dengan mandiri seperti mandi, makan, pasien banyak bicara (cerewet) tapi pada saat sakit pasien lebih banyak  diam, mengurung diri di kamar. Ps mengetakan tidak percaya diri, merasa tidak berguna dengan kondisi seperti ini.
h.      Pola reproduksi
Pasien mengatakan empat orang anak, dua perempuan dan dua laki-laki. Ps mengatakan tidak menstruasi lagi (menopause) ps sudah memiliki 5 orang cucu.
i.        Hubungan dengan masyrakat
Hubungan ps dengan masyarakat baik.
j.        Pola kepercayaan (spiritual)
Pasien beragama Hindu dan bisa biasa sembahyang setiap hari pada pagi hari. Saat sakit pasien hanya berdoa di tempat tidur
3.      Pemeriksaan fisik
a)      Keadaan umum
§  Kesadaran       : Compos mentis
§  TB/ BB            : 160 Cm / 59 Kg


b.      Vital Sign
§  Tekanan darah : 130/80 mmHg
§  Nadi                : 72x/mnt
§  Pernafasan       : 20 x/ mnt
§  Suhu                : 36.7 0C
  1. Pemeriksaan Penunjang : Tidak ada

  1. Analisa Data
No
Data subyektif
Data obyektif
Kesimpulan
1.



2.



3.

§  Pasien mengatakan diare lebihb dari 5 kali, konsistensi feses encer

§  Ps mengatakan lemas nafsu makan kurang


§  Ps mengatakan makan habis setengah porsi
§  Ps mengatakan sering terbangun di malam hari
§  Ps tampak pucat
§  Mukosa bibir kering

§  Ps tampak lemas
§  Perut tampak cekung

§  Ps tampak gelisah
§  Muka pucat
Kekurangan volume cairan


Gangguan kabutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Gangguan pola tidur

  1. Rumusan Masalah
a)      kekurangan volume cairan
b)      gangguan kebutuhan nutrisi kurang
c)      gangguan pola tidur




2.      DIAGNOSA KEPERAWATAN

Pohon masalah

1.      Diare b/d malabsorbsi kekurangan Volume cairan b/d Diare (BAB encer) d/d ps mengatakan diare lebih dari 5 kali, konsistensi feses encer. Ps tampak pucat, mukosa bibir kering. Karena volume cairan b/d kehilangan volume cairan secara aktif.
2.      Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dair kebutuhan tubuh b/d pola makan terganggu d/d ps mengatakan makanan habis setengah porsi, nafsu maka berkurang, ps tampak lemas, perut cekung. Keseimbangan nutrisi : dari kebutuhan b/d ketidakmampuan mengabsorbsi makanan.
3.      Gangguan pola tidur b/d nyeri d/d ps mengatakan cemas dengan keadaannya. Ps mengatakan sering terbangun di malam hari. Ps tampak gelisah dan muka pucat. Gangguna pola tidur b/d mual.

  1. INTERVENSI

Rencana Keperawatan Pada Ps RY

Dengan Diare Akut Tanpa Dehidrasi
Di Klinik Sosial Tresna Wredha Wana Seraya Dps
Tgl 3 – 5 Februari 2006

Hari/Tgl

No. Dx
Tujuan
Tindakan
Rasional
Sabtu 3/2/06
Pk. 13.00













Sabtu 3/2/06
Pk. 13.00









Sabtu 3/2/06
Pk. 13.00

Dx I














Dx II










Dx III
Setelah diberikan askep selama 2x24 jam diharapkan keseimbangan volume cairan terpenuhi dengan kriteria hasil :
§ Ps mengatakan diare berkurang dengan kosistensi feses lembek



§ Ps tidak pucat lagi

§ Mukosa bibir lembab


Setelah  diberi askep selama 2x24 jam diharapkan kebutuhan nutrisi terpenuhi sesuai kebutuhan tubuh dengan kriteria hasil :
§ Ps tidak lemas
§ Ps mengatakan nafsu makan meningkat
§ Makan habis satu porsi


Setelah diberi askep selama 2x24 jam diharapkan tidur/istirahat teratur (tidak terganggu) dengan kriteria hasil:
§ Ps mengatakan tidak cemas
§ Ps mengatakan tidur nyenyak
§ Ps tampak tenang

§  Observasi dan catat frekuensi, karakteristik, dan jumlah
§  Kaji status hidrasi intake dan output

§  Monitor tanda vital dan observasi keadaan umum



§  Pemberian obat anti diare



Kaji intake dan output makanan
§  Beri makanan yang mengandung nilai gizi tinggi
§  Beri makanan yang disukai, makan lunak dan rendah serat
§   
§   


§  Kaji kebutuhan ps dapat istirahat
§  Ciptakan suasana yang nyaman saat tidur
§  Anjurkan ps untuk cuci tangan dan kaki dengan air hangat
§  Anjurkan ps untuk berdoa sebelum tidur.

§  Dapat diketahui berat ringannya diare dan status dehidrasi
§  Dapat diketahui keseimbangan cairan

§  Hipotensi, takikardi, demam dapat menunjukkan respon/efek kehilangan cairan

§  Dapat menunjukkan kehilangan cairan



§  Diketahui intake dan output makanan
§  Kebutuhan nutrisi sesuai kebutuhan

§  Dengan makan yang disukai ps dapat lebih banyak makan an makan rendah serat untuk menurunkan peristaltic usus

§  Diketahui waktu istirahat terpenuhi
§  Dengan suasana nyaman ps dapat tidur nyenyak
§  Dapat membuat ps merasa segar dan nyaman
§  Dengan berdoa dapat merasa lebih tenang



  1. IMPLEMENTASI

Rencana Keperawatan Pada Ps RY

Dengan Diare Akut Tanpa Dehidrasi
Di Klinik Sosial Tresna Wredha Wana Seraya Dps
Tgl 3 –5 Februari 2006
HariTgl
No. Dx
Tindakan
Evaluasi
Paraf
Jumat
3/2/06
Pk. 14.00



Pk. 15.00





Pk. 15.00





Pk. 16.30




Pk. 18.00





Sabtu 4/2/06
Pk. 08.30

Pk. 09.00




Pk. 11.00




Pk. 12.30




Pk. 16.00




Pk. 19.00





Pk. 19.30





Minggu
5/2/06
pk. 08.00

Pk. 09.30




Pk. 11.30





Pk. 13.00


Dx I




Dx I





Dx II





Dx II




Dx III






Dx I


Dx I




Dx II




Dx III




Dx I




Dx III





Dx III






Dx I


Dx I




Dx II





Dx III

Mengobservasi dan mengkaji frekuensi BAB, jumlah dan karakteristik


Mengukut tanda vital





Mengkaji intake dan output makanan




Mengajurkan untuk makan makanan yang bergizi tinggi dan disukai ps.

Mengkaji kebutuhan ps dapat istirahat




Pembrian obat anti diare diaform


Mengukur tanda vital




Menganjurkan untuk makan makanan yang rendah serat dan gizi


Menciptakan suasana yang nyaman saat ps tidur (istirahat)


Mengkaji status hidrasi intake dan output



Mengajurkan ps untuk cuci tangan dan kaki dengan air hangat



Mengajurkan ps untuk berdoa sebelum tidur





Mengkaji status hidrasi intake dan output

Mengukur tanda vital




Mengkaji intake dan output makanan




Mengkaji kebutuhan ps dapat istirahat

§  Ps mengatakan masih diare dengan konsistensi feses encer, BAB lebih dari 5 kali

§  Tekanan Darah 125/70 mmHg
RR   : 20 x/mnt
Nadi : 72 x/mnt
Suhu : 36.8 0C

§  Ps mengatakan makan habis setengah porsi, nafsu makan menurun, ps tampak pucat, mukosa bibir kering.

§  Ps mengatakan nafsu makan menurun



§  Ps mengatakan tidak dapat tidur dengan nyenyak, ps merasa cemas dengan keadaannya

§  Obat sudah diminum oleh ps.


§  Tekanan darah 130/80 mmHg RR : 22 x/mnt
Nadi  : 72 x/mnt
Suhu  : 36.7 0C

§  Ps mengatakan sudah makan bubur dan habis ¾ porsi, ps tidak lemas lagi, perut agak buncit.

§  Pasien mengatakan cemas brkurang, istirahat sudah agak tenang

§  Ps mengatakan masih diare dengan konsistensi feses sudah agak lembek.

§  Ps mengatakan merasa segar dan nyaman, dapat istirahat dengan tenang
§  Ps mengatakan cemas bekurang

§  Ps mengatakan tidak khawatir lagi dengan kondisinya, ps dapat tidur dengan tenang



§  Ps mengatakan tidak diare lagi

§  Tekanan Darah 130/80 mmHg RR : 20 x/mnt
Nadi : 72 x/mnt
Suhu : 36.50C

§  Ps mengatakan nafsu makan normal, makan habis satu porsi. Ps tidak pucat, mukosa bibir lembab

§  Ps mengatakan dapat tidur dengan nyenyak, tidak pernah terbangun dimalam hari karena tidak cemas lagi.

Mhs




Mhs





Mhs





Mhs




Mhs





Prwt



Prwt




Prwt




Prwt





Prwt



Prwt





Prwt 






Prwt


Prwt




Prwt





Prwt



  1. EVALUASI

Rencana Keperawatan Pada Ps RY

Dengan Diare Akut Tanpa Dehidrasi
Di Klinik Sosial Tresna Wredha Wana Seraya Dps
Tgl 3 – 5 Februari 2006

Hari/Tgl

Dx Keperawatan
Evaluasi
Minggu
5/2/06





Minggu
5/2/06






Minggu
5/2/06
DX I






DX II







DX III
S : Ps mengatakan tidak diare lagi
      konsistensi lembek
O : Ps tidak pucat, mukos bibir
      lembab
A : Masalah teratasi
P : -

S : Ps mengatakan nafsu makan
     meningkat, makan habis satu
     porsi
O : Ps tidak lemas lagi, perut buncit
A : Masalah teratasi
P : Pertahankan kondisi


S : Ps mengatakan dapat tidur
     dengan nyenyak, tidak pernah
     rasa khawatir dengan
     keadaannnya
O : Ps tampak tenang
A : Masalah teratasi
P : Pertahankan kondisi



BAB III

PENUTUP


A.    Kesimpulan

Berdasarkan uraian pada bab pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa :
4.      Diare adalah kehilangan cairan dan elekrolit secara berlebihan yang terjadi karena frekuensi satu kali lebih BAB dengan bentuk tinja yang encer atau cair.
5.      Diare akut adalah diare yang awalnya mendadak atau berlangsung singkat dalam beberapa jam sampai 7 atau 14 hari.
6.      Diare dapat disebabkan oleh infeksi baik virus maupun bakteri dan tanpa infeksi (non infeksi)
7.      Pada Ps S setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam ps mengatakan tidak diare lagi, semua masalah ps dapat teratasi.

B.     Saran

1.      Kepada Pasien
Agar tetap menjaga kebersihan baik kebersihan diri maupun kebersihan lingkungan, makan-makanan yang mengandung gizi tinggi, istirahat yang cukup. Menjaga kondisi tubuh agar tetap segar.

DAFTAR PUSTAKA



Carpenito, Lynda Juall. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 8. EGC : Jakarta.