Halaman

Selasa, 10 April 2012

Fisiologi


Tujuan Penetapan :Untuk menetapkan nilai koagulan dan untuk mengetahui kecepatan laju         endap darah.
Dasar Prinsip        : Kecepatan endap darah atau laju endap darah adalah mengukur kecepatan                              sedimentasi sel eritrosit di dalam plasma. Satuannya mm/jam. Proses pemeriksaan sedimentasi (pengendapan) darah ini diukur dengan memasukkan darah kita ke dalam tabung khusus selama satu jam. Makin banyak sel darah merah yang mengendap maka makin tinggi Laju Endap Darah (LED)-nya.
Landasan teori      : Di dalam tubuh, suspensi sel-sel darah merah akan merata di seluruh plasma sebagai akibat pergerakan darah. Akan tetapi jika darah ditempatkan dalam tabung khusus yang sebelumnya diberi antikoagulan dan dibiarkan 1 jam, sel darah akan mengendap dibagian bawah tabung karena pengaruh gravitasi. Laju endap darah ( LED ) berfungsi untuk mengukur kecepatan pengendapan darah merah di dalam plasma ( nm/jam ). Tiga fase LED meliputi :
1. Fase pengendapan lambat I
Beberapa menit setelah percobaan dimulai, sel darah merah dalam keadaan melayang, sulit mengendap ( 1-30 menit 0
2. Fase pengendapan cepat
Terjadi setelah darah saling berikatan membentuk rauleaux permukaan relatife kecil , masa menjadi lebih berat ( 30-60 menit )
3. Fase pengendapan lambat II
Terjadi setelah sel darah mengendap, menampak di dasar tabung ( 60-120 menit )

Dalam keadaan normal nilai LED jarang melebihi 10 nm per jam. LED ditentukan dengan mengukur tinggi cairan plasma yang kelihatan jernih berada di atas sel darah merah yang mengendap pada akhir 1 jam ( 60 menit ). Nilai LED meningkat pada keadaan seperti kehamilan ( 35 mm/jam ), menstruasi, TBC paru-paru ( 65 mm/jam ) dan pada keadaan infeksi terutama yang disertai dengan kerusakan jaringan.
Metode yang dianjurkan oleh ICSH ( International Comunitet for Standardization in Hematology ) adalah cara westergren.

Alat dan Bahan Pemeriksaan LED  :   Alat :
  • Rak LED
  • Tabung Westergreen
  • Pipet Westergreen
Bahan :
  • NaCl 0.85 % 4 : 1
  • Natrium sitrat 3,2 %
  • EDTA
  • Darah 2 ml
Cara Kerja          :
1.    Cara kerja  : Metode Westergreen
v  Untuk melakukan pemeriksaan LED cara Westergreen diperlukan sampel darah citrat 4 : 1 (4 bagian darah vena + 1 bagian natrium sitrat 3,8 % ) atau darah EDTA yang diencerkan dengan NaCl 0.85 % 4 : 1 (4 bagian darah EDTA + 1 bagian NaCl 0.85%). Homogenisasi sampel sebelum diperiksa.
v  Sampel darah yang telah diencerkan tersebut kemudian dimasukkan ke dalam tabung Westergreen sampai tanda/skala 0.
v  Tabung diletakkan pada rak dengan posisi tegak lurus, jauhkan dari getaran maupun sinar matahari langsung.
v  Biarkan tepat 1 jam dan catatlah berapa mm penurunan eritrosit.
Nilai Rujukan :
1.    Metode Westergreen :
  • Pria : 0 – 15 mm/jam
  • Wanita : 0 – 20 mm/jam
Catatan Sumber kesalahan :
Kesalahan dalam persiapan penderita, pengambilan dan penyiapan bahan pemeriksaan ( lihat bahan pemeriksaan hematology )

1.    Dalam suhu kamar pemeriksaan harus dilakukan dalam 2 jam pertama, apabila darah EDTA disimpan pada suhu 4º C pemeriksaan dapat ditunda selama 6 jam.
2.    Perhatikan agar pengenceran dan pencampurandarah dengan larutan antikoagulan dikerjakan dengan baik,
3.    Mencuci pipa westergren dapat dilakukan dengan cara membersihkannya dengan air, kemudian alcohol dan terakhir acetone. Cara lain adalah dengan membersihkan dengan air dan biarkan kering satu malam dalam posisi vertical. Tidak dianjurkan memakai larutan bichromat atau deterjen.
4.    Nilai normal pada umumnya berlaku untuk 18 – 25º C.
5.    Pada pemeriksaan pipet harus diletakan benar – benar posisi vertical.
Pengambilan darah Vena
Sampling Darah Vena
Prinsip :
Pembendungan pembuluh darah vena dilakukan agar pembuluh darah tampak jelas dan dengan mudah dapat ditusuk sehingga didapatkan sempel darah.
Alat – alat :
1.    Spuit disposable.
2.    Kapas alcohol 70 %.
3.    Kapas kering.
4.    Tabung sempel.
5.    Tourniquet.
6.    Mikropore.
Cara kerja :
1.    Pasang tourniquet pada lengan atas ± 7 – 10 cm diatas bagian yang akan dilakukan tusukkan dan pasien diminta untuk mengepalkan tangannya.
2.    Pilih vena yang besar, tidak mudah bergerak dan bersihkan dengan alkohol 70 %, biarkan kering dengan sendirinya.
3.    Tusuk kulit dengan jarum pada kemiringan 30O, sampai jarum masuk ke dalam lumen vena.
4.    Kendurkan ikatan tourniquet perlahan – lahan, tarik pengisap Spuit sehingga darah masuk kedalam spuit sebanyak yang diperlukan.
5.    Letakkan kapas kering diatas jarum, kemudian cabut jarum spuit perlahan lahan dari vena.
6.    Tekan kapas kering tersebut beberapa menit dan tutup dengan mikropore.
7.    Pisahkan darah kedalam tabung sesuai kebutuhan pemeriksaan dengan cara melepaskan jarum dari spuit dan alirkan darah pada dinding tabung.
Kesimpulan   : : Dari hasil uji Laju Endap Darah yang telah dilakukan dapat    disimpulkan bahwa pasien memiliki Laju Endap Darah normal.
Sampling darah vena secara baik dan benar sangat mempengaruhi hasil pemeriksaan dan tidak menimbulkan keluhan pada pasien.

 I.      TUJUAN :
Mahasiswa mampu melakukan pengukuran tekana darah arteri pada manusia.
II.      ALAT DAN BAHAN :
1.    Sfigmomanometer.
2.    Stetoscope
III.      TATA KERJA :
A. Cara Pengukuran Tekanan Darah Arteri secara tidak langsung
                    B.1   Cara Palpasi (Perabaan) :
1.    Memberi penjelasan bahwan akan dilakukan pengukuran tekanan darah.
2.    Mempersilahkan pasien untuk beristirahat selama 10 menit.
3.    Mempersilahkan pasien duduk kembali.
4.    Memasang manset di salah satu lengan 2-3 cm di atas fosa cubiti. Manset dipasang dalam keadaan tidak longgar / terlalu ketat.
5.    Menetapkan posisi air raksa pada posisi 0 mmHg.
6.    Meraba arteri radialis.
7.    Memompa air raksa sampai denyut arteri radialis tidak teraba lagi.
8.    Meningkatkan air raksa 10-30 mmHg di atas posisi pada saat arteri radialis tidak teraba.
9.    Menurunkan air raksa perlahan sampai denyut arteri radialis mulai teraba lagi.
10.                       Menentukan tekanan sistol orang percobaan.
11.                       Menurunkan air raksa sampai 0 mmHg.
12.                       Mengulangi langkah 6 sampai 11 dengan sebanyak 2 kali.
13.                       Menetapkan tekanan sistol rata-rata dari 3 kali pengukuran dengan benar.

                    B.2   Cara Auskultasi :
1.    Member petunjuk bahwa akan dilakukan pengukuran tekanan darah.
2.    Mempersilahkan pasien beristirahat selama 10 menit.
3.    Mempersilahkan pasien duduk kembali.
4.    Memasang manset di salah satu lengan 2-3 cm di atas fosa cubiti. Usahakan manset terpasang dalam keadaan tidak longgar/ terlalu ketat.
5.    Menetapkan posisi air raksa pada posisi 0.
6.    Meraba arteri brakialis dan arteri radialis.
7.    Memompa air raksa sambil meraba arteri radialis/brakialis.
8.    Memasang stetoskop di atas arteri brakialis.
9.    Meningkatkan air raksa perlahan sambil mendengarkan bunyi.
10.                       Menetapkan tekanan sistol dan diastole berdasarkan kelima fase korotkof.
11.                       Menurunkan air raksa sampai 0.
12.                       Mengulangi langkah 7 sampai 11 dengan benar sebanyak 2 kali.
13.                       Menetapkan tekanan sistol dan diastol rata-rata dari 3 kali pengukuran benar.
B. Pengukuran Tekanan Darah Arteri brakialis pada Sikap Berbaring, Duduk dan Berdiri
                       B.1   Berbaring terlentang
1.    Menyuruh op berbaring terlentang dengan tenang selama 10 menit.
2.    Selama menunggu, memasan manset sfigmomanometer pada lengan kanan atas op.
3.    Mencari dengan palpasi denyut arteri brakhialis pada fossa cubiti dan denyut arteri radialis pada pergelangan tangan op.
4.    Setelah op berbaring 10 menit, menetapkan kelima fase korotkof dalam pengukuran tekanan darah op tersebut.
5.    Mengulangi pengukuran sebanyak 3 kali.
                       B.2   Duduk
1.    Tanpa melepas manset, op disuruh duduk.
2.    Menunggu 3 menit.
3.    Kemudian mengukur lagi tekanan darah pada saat op duduk.
4.    Mengulangi pengukuran sebanyak 3 kali.
                       B.3   Berdiri
1.    Tanpa melepaskan manset op diminta berdiri.
2.    Setelah ditunggu 3 menit ukur kembali tekanan darah dengan cara yang sama.
3.    Mengulangi pengukuran sebanyak 3 kali.
4.    Membandingkan hasil pengukuran tekanan darah op pada ketiga sikap yang berbeda di atas.

C. Pengukuran Tekanan Darah Sesudah Kerja Otot
1.    Mengukur tekanan darah arteri brankhialis o.p. dengan penilaian menurut metode baru pada sikap duduk (o.p. tak perlu yang sama seperti pada B)
2.    Tanpa melepaskan manset suruhlah o.p. berlari ditempat dengan frekuensi ±120 loncatan/ menit selama 2 menit. Segera setelah selesai o.p. disuruh duduk dan ukurlah tekanan darahnya.
3.    Mengulangi pengukuran tekanan darah ini tiap menit sampai tekanan darahnya kembali seperti semula.
4.    Mencatat hasil pengukuran tersebut.


Akhir-akhir ini udara di sekitar kita terasa sangat dingin, terlebih jika malam hari sampai menjelang pagi. Hal ini bukan hanya terjadi di Indonesa saja, tapi juga di negara lainnya, di Vietnam misalnya udara dingin sudah menewaskan 8 orang dan ribuan ternak lainnya.

Suhu dingin adalah adalah kondisi dimana suhu udara berada jauh di bawah normal, suhu dingin ini dapat memicu timbulnya berbagai gangguan kesehatan pada manusia, apalagi jika daya tahan tubuh sedang tidak fit.

Berikut adalah beberapa gangguan kesehatan yang dapat diakibatkan oleh udara atau cuaca dingin:

1. Alergi Udara Dingin

Alergi udara dingin sering kali dianggap sebagai flu. Anggapan yang salah ini dapat mengakibatkan kita meminum obat yang tidak tepat. Walaupun bahaya yang ditimbulkan oleh kekeliruan minum obat ini bisa dibilang cukup minor, akan tetapi jika ini berulang terus menerus tentu akan dapat mengakibatkan gangguan pada fungsi tubuh juga, dalam hal ini terutama memperberat kerja hepar.

Sebenarnya cukup gampang membedakan flu dan alergi dingin. Poin-poin perbedaan tersebut adalah sebagai berikut:
·         Demam: penderita alergi udara dingin biasanya tidak menunjukkan gejala demam, sedangkan penderita flu biasanya menunjukkan gejala demam.
·         Tenggorokan: penderita alergi cenderung merasa gatal pada tenggorokan, sedang penderita flu biasanya diikuti sakit tenggorokan.
·         Pembengkakan di sekitar leher: pembengkakan kecil diakibatkan oleh membengkaknya limfo nodi, biasanya dialami oleh penderita flu.
·         Lemas: penderita flu cenderung lebih terlihat lemas dibanding penderita alergi.
·         Mata merah dan berair: reaksi alergi juga dapat disertai mata merah dan berair krn alergi yg juga terjadi di area mata.
·         Bersin: penderita alergi biasanya bersin dalam waktu yg sering, dan diikuti rasa gatal-gatal dihidung.
·         Batuk: penderita alergi batuk lebih banyak daripada penderita flu.
·         Waktu: flu biasanya akan sembuh dengan sendirinya setelah beberapa minggu, sedangkan alergi terjadi terus menerus sepanjang penderita terpapar alergen (udara dingin).
·         Riwayat keluarga: penderita alergi biasanya juga memiliki keluarga yang menderita alergi sama.

Pencegahan Alergi


Cara yang paling mudah dan praktis untuk menghidari alergi udara dingin adalah menggunakan baju yang tebal ketika udara sedang dingin dan usahakan untuk berkumur-kumur dengan air hangat untuk menghilangkan gatal-gatal pada tenggorokan.

2. Hypotermia

Penurunan suhu tubuh (kedinginan) dari suhu normal apabila tidak segera ditangani akan berakibat fatal atau gangguan medis yang terjadi dalam tubuh dimana terjadi penurunan temperatur tubuh secara tidak wajar disebabkan tubuh tidak mampu lagi memproduksi panas untuk mengimbangi dan menggantikan panas tubuh yang hilang dengan cepat karena pengaruh suhu rendah dari lingkungan sekitar. Situasi tersebut menjadikan temperatur tubuh turun dengan cepat dari 37° Celcius (temperatur normal) seecara keseluruhan turun hingga dibawah 35° C. Dan selanjutnya kematian bisa terjadi bila temperatur tubuh terus semakin turun drastis hingga dibawah 30° C.

Kalau terus di situasi tersebut tanpa intervensi atau perubahan situasi, suhu tubuh akan terus menurun lagi sampai akhirnya tidak bisa membantu diri sendiri. Semangat saja tidak cukup dan bisa berbahaya. Pengetahuan dan persiapan lebih penting untuk melakukan pekerjaan di tempat dengan suhu rendah.

Hipotermia digolongkan melalui pengukuran suhu inti:
·         Ringan: 33°-36° : merasa dingin, menggigil,
·         Sedang: 30°-33° : gangguan berjalan, gangguan bicara, perasaan bingung, otot keras,
·         Berat: 27°-30° : gangguan kesadaran, tidak bisa sembuh tanpa pertolongan,
·         Sangat berat: <30° : pingsan, mata terlihat tidak normal, nafas pelan, gangguan pada jantung, bisa meninggal,

3. Dehidarasi


Gangguan dalam keseimbangan cairan atau air pada tubuh. Hal ini terjadi karena pengeluaran air lebih banyak dari pada pemasukan. Di daerah suhu dingin secara otomatis tubuh akan banyak mengeluarkan panas sehingga akan menyebabkan pemakaian energi dan cairan yang berlebih sehingga dapat menyebabkan dehidrasi. Selain itu udara yang dingin membuat rasa haus ingin minum pun menjadi berkurang sehingga tubuh bisa  saja kekurangan asupan cairan.

Berikut ini adalah berbagai gejala dehidrasi sesuai tingkatannya:

Dehidrasi ringan
·         Muka memerah,
·         Rasa sangat haus,
·         Kulit kering dan pecah-pecah,
·         Volume urine berkurang dengan warna lebih gelap dari biasanya,
·         Pusing dan lemah,
·         Kram otot terutama pada kaki dan tangan,
·         Kelenjar air mata berkurang kelembabannya,
·         Sering mengantuk,
·         Mulut dan lidah kering dan air liur berkurang.

Dehidrasi sedang
·         Tekanan darah menurun,
·         Pingsan,
·         Kontraksi kuat pada otot lengan, kaki, perut, dan punggung,
·         Kejang,
·         Perut kembung,
·         Gagal jantung,
·         Ubun-ubun cekung,
·         Denyut nadi cepat dan lemah.

Dehidrasi Berat
·         Kesadaran berkurang,
·         Tidak buang air kecil,
·         Tangan dan kaki menjadi dingin dan lembab,
·         Denyut nadi semakin cepat dan lemah hingga tidak teraba,
·         Tekanan darah menurun drastis hingga tidak dapat diukur,
·         Ujung kuku, mulut, dan lidah berwarna kebiruan.

4. Memicu Kulit Bentol atau Biduran

Bagi orang tertentu, udara dingin dapat memicu rasa gatal pada kulit, bentol-bentol dan kemerahan. Hal ini bisa terjadi jika udara lagi dingin atau agak lembab, juga bila sedang bepergian ke daerah yang bersuhu dingin. Bila bentol-bentol itu datang, kulit terasa sangat gatal dan agak sedikit terasa tebal.

Untuk mengurangi gejala ini, dapat diatasi dengan menggunakan baju yang agak tebal bila anda berada di ruangan dingin atau udara dingin.

5. Bisa Menurunkan Berat Badan


Bagi sebagian orang mungkin hal ini merupakan suatu kebaikan, dengan bantuan udara dingin, upaya untuk menurunkan berat badan semakin mudah dilakukan.

Udara dingin memang membuat orang cepat lapar. Tapi udara dingin juga membuat kalori yang dibakar tubuh lebih banyak. Itulah sebabnya banyak ilmuwan percaya udara dingin bisa menurunkan berat badan.

Rasa lapar saat udara dingin dipicu oleh perubahan suhu tubuh. Ketika suhu udara lebih dingin ketimbang suhu tubuh, maka tubuh akan berusaha untuk menormalkannya.

Untuk menormalkan perubahan suhu tersebut, dibutuhkan bahan bakar atau energi yang besar berupa makanan. Karena itu, jika berada di daerah dingin tubuh akan lebih cepat membakar energi sehingga membuat orang cepat merasa lapar.

Tubuh memiliki jaringan lemak yang disebut jaringan lemak coklat (brown adipose tissue atau BAT). Udara dingin dapat memicu BAT menghasilkan panas dan membakar jaringan lemak.

Temperatur dingin juga dapat mempercepat metabolisme tubuh seseorang. Dalam lingkungan yang ringan seperti 15,56 derajat Celsius, beberapa orang akan meningkatkan metabolisme sebanyak 20 persen.

6. Mimisan
Mimisan adalah pendarahan dari hidung. Jika tidak ada penyakit lain, mimisan biasanya hanya merupakan kelainan pada pembuluh darah di hidung dan penyebabnya bervariasi.

Salah satu penyebab mimisan adalah perubahan cuaca. Udara dingin dapat memicu alergi udara dingin pada anak yang menyebabkan hidung menjadi terasa gatal serta pembuluh darah di hidung melebar dan tipis. Ketika anak menggosok hidungnya, pembuluh darah ini gampang sekali pecah, dan darah pun langsung mengucur keluar.

Gangguan mimisan umumnya berkurang sesuai dengan pertambahan usia. Semakin tambah usia, pembuluh darah dan selaput lendir di hidung sudah semakin kuat, hingga tidak mudah berdarah. Kendati begitu, orangtua tetap waspada jika frekuensi mimisan itu cukup sering setiap 1-2 hari karena indikasi kemungkinan si kecil mengidap penyakit berbahaya. Penyakit seperti ITP (Idiopathic Thrombocytopenic Purpura), demam berdarah, leukemia, talasemia berat, atau hemofilia.

7. Gangguan Syaraf Bell`s Palsy

Bell`s Palsy berhubungan dengan suhu dan udara dingin. Meskipun data pendukung faktor ini masih sangat kurang, data (anamnesis) dari sekian banyak pasien yang mengalami Bell`s Palsy merujuk pada faktor itu. Misalnya, sopir kendaraan yang tiba-tiba merasa mulutnya bergeser atau menceng setelah membuka jendela kaca mobil. Orang yang sering tidur di lantai, pada saat bangun mulutnya langsung menceng. Atau biasanya kalau di daerah itu orang sering pergi-pergi ke tempat yang lembap seperti ke sumber mata air. Setelah itu, wajah mereka lumpuh dan mereka mengatakan itu karena ditampar hantu. Padahal karena Bell`s Palsy. Dan semua contoh itu berhubungan dengan udara atau suhu yangn dingin.

Bell`s Palsy merupakan gejala klinis dari suatu penyakit mononeuropati (gangguan yang mengenai satu syaraf). Syaraf yang dimaksud adalah saraf no.7 (nervus fascialis). Saraf ini juga sering disebut syaraf fascialis. Ini saraf 7 yang terkena adalah saraf 7 yang tepi, inti dari saraf 7 berada di batang otak.

Perlu diketahui, syaraf 7 berfungsi mengatur otot-otot pergerakan organ pada daerah wajah, antara lain di daerah mulut dan gerakan seperti meringis dan bibir maju ke depan. Pada daerah mata, syaraf ini juga mengatur seputar pergerakan kelopak seperti memejam, pergerakan kelopak bola mata, dan mengatur aliran air mata. Saraf 7 juga ada serabutnya yang menuju ke arah kelenjar ludah dan juga ke bagian pendengaran.

Nah, pada kasus Bell`s Palsy, saraf ini mengalami gangguan. Saraf tidak dapat mengantar impuls motorik kepada otot karena terjerat akibat pembengkakan. Sekadar diketahui, susunan saraf 7 dari inti di bagian otak hingga ujung saraf itu sangat panjang.

Bell`s Palsy, bila dibandingkan dengan stroke, bisa dikatakan tidak terlalu berbahaya. Malah penyakit ini bisa sembuh dengan sendirinya.

8. Kulit kering

Cuaca dingin dapat menyebabkan kulit menjadi terasa kering dan keriput, hal ini dapat membuat rasa tidak nyaman dan tidak sedap dipandang, terutama bagi para wanita.

Biasanya kulit kering ini hanya bersifat sementara saja, namun jika kejadiannya sering dan terus menerus, bekas-bekas kulit kering ini akan nampak jelas terlihat berupa keriput dan garis-garis halus pada kulit.

9. Frostbite

Tangan dan kaki menjadi beku dengan pembekuan kristal es didalam jaringan tubuh, yang bila ringan akan dapat sembuh akan tetapi bisa kronis dengan gejala – gejala sakit, pucat, perubahan warna kulit yang akhirnya timbul gangren yang harus diamputasi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar