MAKALAH
EPIDEMIOLOGI
PENYAKIT TIDAK MENULAR
DIABETES
MELLITUS
KONSENTRASI KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI ILMU
KEPERAWATAN
YOGYAKARTA
2011
KATA
PENGANTAR
Pertama-tama kami panjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa
karena atas berkat dan rahmat- Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang
Epidemiologi yang berjudul “DIABETES MELLITUS” ini.
Makalah ini di susun untuk memenuhi salah satu tugas dalam
perbaikan nilai ujian mata kuliah Epiddemiologi yang di asuh oleh Bapak Yulian
Indarto, SKm. Dengan penyelesaian makalah ini kami ucapkan terimakasih kepada
Bapak Yulian Indarto, SKm selaku dosen pengasuh mata kuliah “ Epidemiologi”
atas semua bimbingan yang di berikan kepada saya, dan juga teman-teman yang memberikan dorongan kepada saya untuk
menyelesaikan makalah ini.
Saya mengakui dalam penyusunan makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan dan kesalahan, oleh karena itu saya mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Yogyakarta,
16 Mei 2011
Penyusun
DAFTAR
ISI
Kata
Pengantar………………………………………………………………….i
Daftar isi………………………………………………………………………..ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
BAB II: PEMBAHASAN
2.1
Pengertian
2.1.1
Patofisiologi
Diabetes Mellitus
2.1.2
Etiologi
Diabetes Mellitus
2.2
Bentuk
Diabetes Mellitus
2.2.1
Diabetes
Mellitus Tipe 1
2.2.2
Diabetes
Mellitus Tipe 2
2.3
Tanda
dan Gejala Diabetes Mellitus
2.3.1 Kadar
Gula dalam Darah
2.4
Faktor
Penyebab Diabetes Mellitus
2.4.1
Makanan
Pantangan Penderita DM
2.5
Indonesia
Peringkat ke-4 Penderita DM
2.6
Efek
dari Penyakit Diabetes Mellitus
2.7
Penanganan
pada Penyakit Diabetes Mellitus
2.7.1
Prioritas
Diet untuk Mencapai Kadar Gula Darah yang Mendekati Angka Normal
2.7.2
Terapi
Insulin pada Pasien DKA
BAB III: PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Dewasa ini,
perhatian terhadap penyakit tidak menular makin hari makin meningkat, karena
semakin meningkatnya frekuensi kejadiannya yang terjadi pada masyarakat. Tiga
penyebab utama kematian menurut WHO (1990), yaitu penyakit jantung koroner,
diare dan stroke. Meskipun penyakit Diabetes Mellitus tidak termasuk dalam
ketiga penyebab utama kematian tersebut, namun penderita DM yang menyebabakan
kematian secara keseluruhan juga besar.
Selama ini
epidemiologi kebanyakan berkecimpung dalam menangani masalah penyakit menular,
bahkan kebanyakan terasa bahwa epidemiologi hanya menangani masalah penyakit
menular. Namun dengan adanya perkembangan sosio-ekonomi dan kultural bangsa dan
dunia kemudian menuntut epidemiologi untuk memberikan perhatian kepada penyakit
tidak menular karena sudah mulai meningkatkan sesuai dengan perkembangan
masyarakat.
Pentingnya
pengetahuan tentang penyakit Diabetes Mellitus dilatarbelakangi kecenderungan
semakin meningkatnya prevalensi penyakit Diabetes Mellitus dalam masyarakat,
khususnya masyarakat Indonesia. Sebagian besar masyarakat Indonesia yang
menderita penyakit ini adalah lansia, yang disebabkan karena pola makan dan
pola hidup yang tidak sesuai. Dan sebagian pula terdapat sebagian dari mereka
yang sudah menyadari bahwa dirinya sudah positif terkena penyaikit ini, namun
kebanyakan dari mereka enggan untuk mengobati dan mengatasi penyakit mereka
dari awal. Namun bagi kalangan masyarakat Indonesia dengan ekonomi rendah,
banyak yang kurang bahkan tidak mengetahui tentang penyakit Diabetes Mellitus
baik dari segi pencegahan, gejala, maupun cara penanganan dan penaggulangannya.
Diharapkan pembuatan makalah ini dapat membantu dan dijadikan sebagai
pengetahuan bagi para pembaca.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.
Pengertian
Penyakit
Diabetes Mellitus (DM) yang juga dikenal sebagai penyakit kencing manis atau
penyakit gula darah adalah golongan penyakit kronis yang ditandai dengan
peningkatan kadar gula dalam darah sebagai akibat adanya gangguan sistem
metabolisme dalam tubuh, dimana organ pankreas tidak mampu memproduksi hormon
insulin sesuai kebutuhan tubuh.
Sekitar tahun 1960, diabetes melitus hanya diartikan sebagai
penyakit metabolisme yang dikelompokkan ke golongan hiperglikemia atau gula
darah yang lebih dari normal (gula darah normal 80-120 mg/dl). Kadar gula dalam
darah penderita diabetes saat puasa adalah lebih dari 126 mg/dl dan saat tidak
puasa lebih dari 200 mg/dl. Oleh karenanya, diabetes melitus disebut juga penyakit
gula. Dengan adanya glukosuria yaitu adanya gula di dalam air seni maka
penyakit ini dikenal pula dengan nama penyakit kencing manis. Kedua hal ini
disebabkan karena ketidakmampuan sel dalam mempergunakan karbohidrat untuk
menghasilkan tenaga.
Dewasa ini, diketahui bahwa diabetes melitus bukan hanya dianggap
sebagai gangguan tentang metabolisme karbohidrat. Namun juga menyangkut tentang
metabolisme protein dan lemak. Apabila penyakit ini dibiarkan tak terkendali
maka akan menimbulkan komplikasi-komplikasi yang dapat berakibat fatal,
termasuk penyakit jantung, ginjal, kebutaan, amputasi, dan mudah mengalami
aterosklerosis.
Faktor utama pada diabetes ialah
insulin, suatu hormon yang dihasilkan oleh sel khusus di pancreas. Insulin
memberi sinyal kepada sel tubuh agar menyerap glukosa. Insulin, bekerja dengan
hormone pancreas lain yang disebut glukagon, juga mengendalikan jumlah glukosa
dalam darah. Apabila tubuh menghasilkan terlampau sedikit insulin atau jika
tubuh tidak menanggapi insulin dengan tepat terjadilah diabetes.
Diabetes biasanya dapat
dikendalikan dengan makanan yang rendah kadar gulanya, obat yang di minum, atau
suntukan insulin secara teratur. Meskipun begitu, penyakit ini lama kelamaan
minta korban juga, terkadang menyebabkan komplikasi seperti kebutaan dan
stroke.
2.1.1 Patofisiologi Diabetes
Melitus
Diabetes Melitus (DM) merupakan
suatu kelainan yang heterogenik dengan karakter utama hiperglikemia kronis.
Meskipun pola pewarisannya belum jelas, faktor genetik dikatakan memiliki peran
yang kuat dalam munculnya DM ini. Faktor genetik ini akan berinteraksi dengan
faktor lingkungan seperti gaya hidup, diet, rendahnya aktivitas fisik, obesitas
dan tingginya kadar asam lemak bebas. Pada DM terjadi defek sekresi insulin,
resistensi insulin di perifer dan gangguan regulasi produksi glukosa oleh
hepar.
2.1.2 Etiologi Diabetes Melitus
Penyebab utama diabetes di era globalisasi adalah
adanya perubahan gaya hidup (pola makan yang tidak seimbang, kurang aktivitas
fisik). Selain itu, adanya stress, kelainan genetika, usia yang semakin lama
semakin tua dapat pula menjadi salah satu faktor penyebab timbulnya penyakit
diabetes. Penyakit ini dapat dicegah dengan merubah pola makan yang seimbang
(hindari makanan yang banyak mengandung protein, lemak, gula, dan garam),
melakukan aktivitas fisik minimal 30 menit setiap hari (berenang, bersepeda,
jogging, jalan cepat), serta rajin memeriksakan kadar gula urine setiap tahun
(Sinaga, 2003).
Ketika makanan kita dicerna glukosa
membuat jalan ke dalam aliran darah. Sel-sel kita menggunakan glukosa untuk
energi dan pertumbuhan. Namun, glukosa tidak bisa masuk ke sel tanpa hormone
insulin. Insulin adalah hormon yang dihasilkan oleh pankreas. Setelah makan,
pankreas otomatis melepaskan insulin untuk memindahkan glukosa dalam darah kita
ke dalam sel, dan menurunkan tingkat gula darah. Seseorang dengan diabetes
Mellitus memiliki kondisi di mana jumlah glukosa dalam darah terlalu tinggi
(hiperglikemia). Hal ini karena tubuh tidak memproduksi cukup insulin atau bisa
juga pankreas memang tidak memproduksi insulin (salah satunya karena kerusakan
pankreas). Hal ini menyebabkan terlalu banyak glukosa dalam darah. kelebihan
glukosa darah akhirnya menyebabkan glukosa lolos keluar dari tubuh dalam urin.
Jadi, jangan heran jika ada orang yang menderita diabetes mellitus, air
kemihnya akan digerogoti semut.
2.2 Bentuk Diabetes Mellitus
Paling sedikit terdapat 2 bentuk
DM berdasarkan penyebab perjalanan klinik dan terapinya, antara lain:
2.2.1
Diabetes
Mellitus Tipe 1
Diabetes tipe 1 adalah diabetes yang
bergantung pada insulin dimana tubuh kekurangan hormon insulin,dikenal dengan
istilah Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM). Hal ini disebabkan
hilangnya sel beta penghasil insulin pada pulau-pulau Langerhans pankreas.
Diabetes tipe 1 banyak ditemukan pada balita, anak-anak dan remaja.
Sampai saat ini, Diabetes
Mellitus tipe 1 hanya dapat di obati dengan pemberian therapi insulin yang
dilakukan secara terus menerus berkesinambungan. Riwayat keluarga, diet dan
faktor lingkungan sangat mempengaruhi perawatan penderita diabetes tipe 1. Pada
penderita diebetes tipe 1 haruslah diperhatikan pengontrolan dan memonitor
kadar gula darahnya, sebaiknya menggunakan alat test gula darah. Terutama pada
anak-anakn atau balita yang mana mereka sangat mudah mengalami dehidrasi,
sering muntah dan mudah terserang berbagai penyakit.
2.2.2 Diabetes mellitus tipe 2
Diabetes
tipe 2 adalah dimana hormon insulin dalam tubuh tidak dapat berfungsi dengan
semestinya, dikenal dengan istilah Non-Insulin Dependent Diabetes Mellitus
(NIDDM). Hal ini dikarenakan berbagai kemungkinan seperti kecacatan dalam
produksi insulin, resistensi terhadap insulin atau berkurangnya sensitifitas
(respon) sell dan jaringan tubuh terhadap insulin yang ditandai dengan
meningkatnya kadar insulin di dalam darah.
Ada beberapa teori yang
mengutarakan sebab terjadinya resisten terhadap insulin, diantaranya faktor
kegemukan (obesitas). Pada penderita diabetes tipe 2, pengontrolan kadar gula
darah dapat dilakukan dengan beberapa tindakan seperti diet, penurunan berat
badan, dan pemberian tablet diabetik. Apabila dengan pemberian tablet belum
maksimal respon penanganan level gula dalam darah, maka obat suntik mulai
dipertimbangkan untuk diberikan.
2.3 Tanda
dan Gejala Diabetes Mellitus
Tanda
awal yang dapat diketahui bahwa seseorang menderita DM atau kencing manis yaitu
dilihat langsung dari efek peningkatan kadar gula darah, dimana peningkatan
kadar gula dalam darah mencapai nilai 160 - 180 mg/dL dan air seni (urine)
penderita kencing manis yang mengandung gula (glucose), sehingga urine sering
dilebung atau dikerubuti semut.
Penderita
kencing manis umumnya menampakkan tanda dan gejala dibawah ini meskipun tidak
semua dialami oleh penderita :
1. Jumlah urine yang dikeluarkan lebih banyak (Polyuria)
2. Sering atau cepat merasa haus/dahaga (Polydipsia)
3. Lapar yang berlebihan atau makan banyak (Polyphagia)
4. Frekwensi urine meningkat/kencing terus (Glycosuria)
5. Kehilangan berat badan yang tidak jelas sebabnya
6. Kesemutan/mati rasa pada ujung syaraf ditelapak tangan & kaki
7. Cepat lelah dan lemah setiap waktu
8. Mengalami rabun penglihatan secara tiba-tiba
9. Apabila luka/tergores (korengan) lambat penyembuhannya
10.Mudah terkena infeksi terutama pada kulit.
1. Jumlah urine yang dikeluarkan lebih banyak (Polyuria)
2. Sering atau cepat merasa haus/dahaga (Polydipsia)
3. Lapar yang berlebihan atau makan banyak (Polyphagia)
4. Frekwensi urine meningkat/kencing terus (Glycosuria)
5. Kehilangan berat badan yang tidak jelas sebabnya
6. Kesemutan/mati rasa pada ujung syaraf ditelapak tangan & kaki
7. Cepat lelah dan lemah setiap waktu
8. Mengalami rabun penglihatan secara tiba-tiba
9. Apabila luka/tergores (korengan) lambat penyembuhannya
10.Mudah terkena infeksi terutama pada kulit.
Komplikasi:
- Penglihatan kabur
- Penyakit jantung
- Penyakit ginjal
- Gangguan kulit dan
syaraf
- Pembusukan
- Gairah sex menurun
Jika tidak tepat ditangani, dalam
jangka panjang penyakit diabetes bisa menimbulkan berbagai komplikasi. Maka
bagi penderita diabet jangan sampai lengah untuk selalu mengukur kadar gula
darahnya, baik ke laboratorium atau gunakan alat sendiri. Bila tidak waspada
maka bisa berakibat pada gangguan pembuluh darah a.l.
- gangguan pembuluh
darah otak (stroke),
- pembuluh darah mata
(gangguan penglihatan),
- pembuluh darah
jantung (penyakit jantung koroner),
- pembuluh darah
ginjal (gagal ginjal), serta
- pembuluh darah kaki
(luka yang sukar sembuh/gangren).
Kondisi kadar gula yang
drastis menurun akan cepat menyebabkan seseorang tidak sadarkan diri bahkan
memasuki tahapan koma. Gejala kencing manis dapat berkembang dengan cepat waktu
ke waktu dalam hitungan minggu atau bulan, terutama pada seorang anak yang
menderita penyakit diabetes mellitus tipe 1. Lain halnya pada penderita
diabetes mellitus tipe 2, umumnya mereka tidak mengalami berbagai gejala
diatas. Bahkan mereka mungkin tidak mengetahui telah menderita kencing manis.
2.3.1 Kadar Gula Dalam
Darah
Normalnya kadar gula dalam darah
berkisar antara 70 - 150 mg/dL {millimoles/liter (satuan unit United Kingdom)}
atau 4 - 8 mmol/l {milligrams/deciliter (satuan unit United State)}, Dimana 1
mmol/l = 18 mg/dl. Namun demikian, kadar gula tentu saja terjadi peningkatan
setelah makan dan mengalami penurunan diwaktu pagi hari bangun tidur. Seseorang
dikatakan mengalami hyperglycemia apabila kadar gula dalam darah jauh diatas
nilai normal, sedangkan hypoglycemia adalah suatu kondisi dimana seseorang
mengalami penurunan nilai gula dalam darah dibawah normal.
Diagnosa Diabetes dapat ditegakkan jika hasil pemeriksaan gula darah puasa mencapai level 126 mg/dl atau bahkan lebih, dan pemeriksaan gula darah 2 jam setelah puasa (minimal 8 jam) mencapai level 180 mg/dl. Sedangkan pemeriksaan gula darah yang dilakukan secara random (sewaktu) dapat membantu diagnosa diabetes jika nilai kadar gula darah mencapai level antara 140 mg/dL dan 200 mg/dL, terlebih lagi bila dia atas 200 mg/dl. Banyak alat test gula darah yang diperdagangkan saat ini dan dapat dibeli dibanyak tempat penjualan alat kesehatan atau apotik seperti Accu-Chek, BCJ Group, Accurate, OneTouch UltraEasy machine. Bagi penderita yang terdiagnosa Diabetes Mellitus, ada baiknya bagi mereka jika mampu untuk membelinya.
Diagnosa Diabetes dapat ditegakkan jika hasil pemeriksaan gula darah puasa mencapai level 126 mg/dl atau bahkan lebih, dan pemeriksaan gula darah 2 jam setelah puasa (minimal 8 jam) mencapai level 180 mg/dl. Sedangkan pemeriksaan gula darah yang dilakukan secara random (sewaktu) dapat membantu diagnosa diabetes jika nilai kadar gula darah mencapai level antara 140 mg/dL dan 200 mg/dL, terlebih lagi bila dia atas 200 mg/dl. Banyak alat test gula darah yang diperdagangkan saat ini dan dapat dibeli dibanyak tempat penjualan alat kesehatan atau apotik seperti Accu-Chek, BCJ Group, Accurate, OneTouch UltraEasy machine. Bagi penderita yang terdiagnosa Diabetes Mellitus, ada baiknya bagi mereka jika mampu untuk membelinya.
2.4
Faktor Penyebab
Diabetes melittus
Umumnya
diabetes melittus disebabkan oleh rusaknya sebagian kecil atau sebagian besar dari
sel-sel betha dari pulau-pulau Langerhans pada pankreas yang berfungsi
menghasilkan insulin, akibatnya terjadi kekurangan insulin.
Disamping itu diabetes melittus juga
dapat terjadi karena gangguan terhadap fungsi insulin dalam memasukan glukosa
kedalam sel. Gangguan itu dapat terjadi karena kegemukan atau sebab lain yang
belum diketahui.
2.4.1 Makanan Pantangan Penderita DM
Jika
kadar gula dalam darah Anda termasuk tinggi, jangan dibiarkan. Anda harus
banyak berolahraga dan mengatur pola makan. Apalagi jika dalam keluarga Anda,
ada yang pernah menderita diabetes. Ada lima jenis makanan yang harus dijauhi
bagi si penderita diabetes. Hal ini untuk menghindari semakin meningkatnya
kadar gula dalam darah anda:
1. Mie dan Pasta
1. Mie dan Pasta
Sebagian
besar pasta dan mie memiliki indeks glikemik tinggi. Artinya pasta dan mie
dibuat dengan olahan karbohidrat sederhana seperti gandum atau tepung beras.
Konsumsi karbohidrat tinggi bisa meningkatkan kadar gula dalam darah.
2. Nasi
Kurangi
konsumsi nasi putih karena kandungan karbohidratnya sangat tinggi. Anda bisa
menggantinya, dengan nasi yang berasal dari beras merah maupun beras coklat.
3. Kafein
Beberapa
penelitian, salah satunya yang berjudul “Diabetes Care” ditulis oleh Hudson Lee
dan Kilpatrick pada 2005 menunjukkan kafein memiliki dampak negatif pada
penderita diabetes. Untuk itu, akan lebih jikaAnda mengurangi minuman yang
mengandung kafein.
4. Kentang
Kandungan
karbohidrat pada kentang yang tinggi, membuat indeks glikemiknya juga tinggi.
Untuk itu, kurangi konsumsi kentang, baik yang dipanggang, direbus maupun
digoreng.
5. Roti putih
Kurangi
konsumsi roti yang terbuat dari tepung putih. Lebih baik pilih roti yang
terbuat dari tepung gandum. Selain memiliki banyak serat juga baik untuk
jantung.
2.5 Indonesia Peringkat ke-4 Penderita Diabetes Mellitus
Indonesia saat ini menjadi negara
peringkat empat dengan jumlah penderita diabetes mellitus atau kencing manis
terbesar di dunia. Para penderita tersebar mulai dari wilayah perkotaan hingga
ke pedesaan.
Total penderita diabetes mellitus di
Indonesia berdasar data WHO, saat ini sekitar 8 juta jiwa, dan diperkirakan
jumlahnya melebihi 21 jiwa pada tahun 2025 mendatang. Jumlah tersebut
menjadikan Indonesia sebagai negara peringkat keempat penderita diabetes terbesar
setelah Shina, India, dan Amerika. Sementara jumlah penderita diabetes di
dunia, mencapai 200 juta jiwa. Diprediksi angka tersebut terus bertambah
menjadi 350 juta jiwa pada tahun 2020.
Demikian dituturkan ahli diabetes
dari Rumah Sakit Umum Daerah dr Saiful Anwar (RSSA) Malang, Prof.dr.Djoko
Wahono Soeatmadji, SpPD-KEMD, dalam rangka menyambut Kongres Nasional Persatuan
Diabetes Indonesia VII di Batu, Malang, Jawa Timur.
Dahulu ada pandangan salah bahwa
diabetes mengancam orang kota yang suka makan fast food. “Itu benar, namun
tidak berarti orang yang makan singkong, nasi, atau makanan tradisional lain
tidak berisiko terkena diabetes,” tuturnya. Yang perlu diperhatikan menurutnya
agar terhindar dari diabetes mellitus, orang harus makan makanan dengan seimbang
atau tidak kelebihan kalori.
Orang yang banyak makan karbohidrat
sehingga kelebihan kalori hingga kegemukan, inilah yang berisiko terkena
diabetes. Bukan hanya makanan fast food , namun juga makanan tradisional
seperti nasi, jagung, ketela, dan sebagainya yang dimakan dalam jumlah yang
cukup banyak, tutur pakar diabetes dari Fakultas Kedokteran Universitas Malang
itu.
Karbohidrat
adalah makanan yang boros insulin. Orang yang dalam tubuhnya kekurangan
insulin, akan membuatnya terkena penyakit diabetes. Djoko menambahkan, diabetes
merupakan penyebab utama kebutaan di negara-negara maju dan kelompok masyarakat
menengah ke atas, penyebab utama gagal ginjal, penyebab utama amputasi tungkai
kaki bagian bawah, penyebab risiko serangan jantung, mengakibatkan disfungsi
ereksi, dan sebagainya.
2.6
Efek dari penyakit DM
Selain penderita juga rentan infeksi, mudah terkena
infeksi paru, gigi, dan gusi serta saluran kemih, penderita DM juga rentan
menderita :
a.
Kardiopati diabetik
Kardiopati diabetik adalah gangguan jantung
akibat diabetes. Glukosa darah yang tinggi dalam jangka waktu panjang akan
menaikkan kadar kolesterol dan trigliserida darah. Lama-kelamaan akan terjadi
aterosklerosis atau penyempitan pembuluh darah. Maka bagi para penderita diabet
perlu pemeriksaan kadar kolesterol dan trigliserida darah secara rutin. Dari
pengalaman saya untuk menurunkan kadar gula darah sekaligus menormalkan kadar
kolestrol dan trigliserida sebenarnya sangat mudah. Yang pertama sebenarnya
pola makan malam. Upayakanlah tidak makan nasi pada malam hari. Gantilah dengan
makan kentang atau bisa juga pisang kepok rebus atau bisa juga konsumsi sayur
dan buah-buahan.
Penyempitan pembuluh darah koroner
menyebabkan infark jantung dengan gejala antara lain nyeri dada. Karena
diabetes juga merusak sistem saraf, rasa nyeri kadang-kadang tidak terasa.
Serangan yang tidak terasa ini disebut silent infraction atau silent heart
attack.
Kematian akibat kelainan jantung dan
pembuluh darah pada penderita diabetes kira-kira dua hingga tiga kali lipat
lebih besar dibanding bukan penderita diabetes., pengendalian kadar gula dalam
darah belum cukup untuk mencegah gangguan jantung pada penderita diabetes.
Sebagaimana rekomendasi Asosiasi
Diabetes Amerika (ADA) serta perkumpulan sejenis di Eropa atau Indonesia
(Perkumpulan Endokrinologi Indonesia/Perkeni), penderita diabetes diharapkan
mengendalikan semua faktor secara bersama-sama untuk mendapatkan hasil yang
optimal.
Tekanan darah harus diturunkan secara
agresif di bawah 130/80 mmHg, trigliserida di bawah 150 mg/dl, LDL (kolesterol
buruk) kurang dari 100 mg/dl, HDL (kolesterol baik) di atas 40 mg/dl. Hal ini
memberi proteksi lebih baik pada jantung.
b.
Gangren dan impotensi
Penderita diabetes yang kadar
glukosanya tidak terkontrol respons imunnya menurun. Akibatnya, penderita
rentan terhadap infeksi, seperti infeksi saluran kencing, infeksi paru serta
infeksi kaki.
Banyak hal yang menyebabkan kaki
penderita diabetes mudah kena infeksi, terkena knalpot, lecet akibat sepatu
sesak, luka kecil saat memotong kuku, kompres kaki yang terlalu panas. Infeksi
kaki mudah timbul pada penderita diabetes kronis dan dikenal sebagai penyulit
gangren atau ulkus.
Jika dibiarkan, infeksi akan
mengakibatkan pembusukan pada bagian luka karena tidak mendapat aliran darah.
Pasalnya, pembuluh darah penderita diabetes banyak tersumbat atau menyempit.
Jika luka membusuk, mau tidak mau bagian yang terinfeksi harus diamputasi.
Penderita diabetes yang terkena gangren perlu dikontrol ketat gula darahnya
serta diberi antibiotika. Penanganan gangren perlu kerja sama dengan dokter
bedah. Untuk mencegah gangren, penderita diabetes perlu mendapat informasi
mengenai cara aman memotong kuku serta cara memilih sepatu.
Impotensi juga menjadi momok bagi
penderita diabetes, impotensi disebabkan pembuluh darah mengalami kebocoran
sehingga penis tidak bisa ereksi. Impotensi pada penderita diabetes juga bisa
disebabkan oleh faktor psikologis atau gabungan organis dan psikologis.
c.
Nefropati diabetik
Entah bagaimana mulanya akhir-akhir
ini banyak pasien gagal ginjal datang ke klinik saya. Sebelumnya tak pernah
saya duga bahwa tanaman obat kita mampu membantu mengatasi kasus gagal ginjal.
Awal mulanya seorang penderita gagal ginjal dengan penuh keyakinan meminta
tolong saya untuk membantu mengatasi penyakitnya.
Nefropati diabetik adalah gangguan
fungsi ginjal akibat kebocoran selaput penyaring darah. Sebagaimana diketahui,
ginjal terdiri dari jutaan unit penyaring (glomerulus). Setiap unit penyaring
memiliki membran/selaput penyaring. Kadar gula darah tinggi secara perlahan
akan merusak selaput penyaring ini.
Gula yang tinggi dalam darah akan
bereaksi dengan protein sehingga mengubah struktur dan fungsi sel, termasuk
membran basal glomerulus. Akibatnya, penghalang protein rusak dan terjadi
kebocoran protein ke urin (albuminuria). Hal ini berpengaruh buruk pada ginjal.
Menurut situs Nephrology Channel,
tahap mikroalbuminuria ditandai dengan keluarnya 30 mg albumin dalam urin
selama 24 jam. Jika diabaikan, kondisi ini akan berlanjut terus sampai tahap
gagal ginjal terminal. Karena itu, penderita diabetes harus diperiksa kadar
mikroalbuminurianya setiap tahun.
Penderita diabetes tipe 1 secara
bertahap akan sampai pada kondisi nefropati diabetik atau gangguan ginjal
akibat diabetes. Sekitar lima sampai 15 persen diabetes tipe 2 juga berisiko
mengalami kondisi ini.
Gangguan ginjal, menyebabkan fungsi
ekskresi, filtrasi dan hormonal ginjal terganggu. Akibat terganggunya
pengeluaran zat-zat racun lewat urin, zat racun tertimbun di tubuh. Tubuh
membengkak dan timbul risiko kematian. Ginjal juga memproduksi hormon
eritropoetin yang berfungsi mematangkan sel darah merah. Gangguan pada ginjal
menyebabkan penderita mengalami anemia.
Pengobatan progresif sejak dini bisa
menunda bahkan menghentikan progresivitas penyakit. Repotnya penderita umumnya
baru berobat saat gangguan ginjal sudah lanjut atau terjadi makroalbuminuria
(300 mg albumin dalam urin per 24 jam).
Pengobatan meliputi kontrol tekanan
darah. Tindakan ini dianggap paling penting untuk melindungi fungsi ginjal.
Biasanya menggunakan penghambat enzim pengonversi angiotensin (ACE inhibitors)
dan atau penghambat reseptor angiotensin (ARBs). Selain itu dilakukan
pengendalian kadar gula darah dan pembatasan asupan protein (0,6-0,8 gram per
kilogram berat badan per hari). Penderita yang telah sampai tahap gagal ginjal
memerlukan hemodialisis atau transplantasi ginjal.
Gejala nefropati diabetes baru terasa
saat kerusakan ginjal telah parah berupa bengkak pada kaki dan wajah, mual,
muntah, lesu, sakit kepala, gatal, sering cegukan, mengalami penurunan berat
badan. Penderita nefropati harus menghindari zat yang bisa memperparah
kerusakan ginjal, misalnya pewarna kontras yang digunakan untuk rontgen, obat
anti-inflamasi nonsteroid serta obat-obatan yang belum diketahui efek sampingnya.
d.
Retinopati diabetik
Diabetes juga dapat menimbulkan
gangguan pada mata. Yang terutama adalah retinopati diabetik. Keadaan ini,
disebabkan rusaknya pembuluh darah yang memberi makan retina. Bentuk kerusakan
bisa bocor dan keluar cairan atau darah yang membuat retina bengkak atau timbul
endapan lemak yang disebut eksudat. Selain itu terjadi cabang-cabang abnormal
pembuluh darah yang rapuh menerjang daerah yang sehat.
Retina adalah bagian mata tempat
cahaya difokuskan setelah melewati lensa mata. Cahaya yang difokuskan akan
membentuk bayangan yang akan dibawa ke otak oleh saraf optik. Bila pembuluh
darah mata bocor atau terbentuk jaringan parut di retina, bayangan yang dikirim
ke otak menjadi kabur. Gangguan penglihatan makin berat jika cairan yang bocor
mengumpul di fovea, pusat retina yang menjalankan fungsi penglihatan sentral.
Akibatnya, penglihatan kabur saat membaca, melihat obyek yang dekat serta obyek
yang lurus di depan mata.
Pembuluh darah yang rapuh bisa pecah,
sehingga darah mengaburkan vitreus, materi jernih seperti agar-agar yang
mengisi bagian tengah mata. Hal ini menyebabkan cahaya yang menembus lensa
terhalang dan tidak sampai ke retina atau mengalami distorsi. Jaringan parut
yang terbentuk dari pembuluh darah yang pecah di korpus vitreum dapat mengerut
dan menarik retina, sehingga retina lepas dari bagian belakang mata. Pembuluh
darah bisa muncul di iris (selaput pelangi mata) menyebabkan glaukoma.
Risiko terjadinya retinopati diabetik
cukup tinggi. Sekitar 60 persen orang yang menderita diabetes 15 tahun atau
lebih mengalami kerusakan pembuluh darah pada mata. Pemeriksaan dilakukan
dengan oftalmoskop serta angiografi fluoresen yaitu foto rontgen mata menggunakan
zat fluoresen untuk mengetahui kebocoran pembuluh darah.
Pengobatan dilakukan dengan bedah
laser oftalmologi. Yaitu, penggunaan sinar laser untuk menutup pembuluh darah
yang bocor, sehingga tidak terbentuk pembuluh darah abnormal yang rapuh. Selain
itu bisa dilakukan vitrektomi yaitu tindakan mengeluarkan vitreus yang dipenuhi
darah dan menggantinya dengan cairan jernih.
Penderita retinopati hanya boleh
berolahraga ringan dan harus menghindari gerakan membungkuk sampai kepala di
bawah. Menderita diabetes bukan berarti kiamat. Penderita diabetes bisa hidup
secara wajar dan normal seperti orang- orang yang bukan penderita diabetes.
Bedanya, penderita diabetes harus disiplin mengontrol kadar gula darah agar
tidak meningkat di atas normal untuk jangka waktu panjang.
2.7 Penanganan pada Penyakit DM
2.7.1
Prioritas Diet untuk
Mencapai Kadar Gula Darah yang Mendekati Angka Normal:
a. Sebagai awal, kurangi berat badan setidaknya 2.5-5
kg.
Pertimbangkan
untuk melanjutkan penurunan hingga 7-10% dari berat badan awal. Mengurangi
jumlah asupan kalori untuk menurunkan berat badan merupakan perubahan gaya
hidup yang paling ampuh untuk menurunkan kadar gula darah. Saran penurunan
berat badan selain mencegah diabetes juga membantu mengelola diabetes tipe 2.
Jika kurus dan tidak memiliki kelebihan 2.5-5 kg untuk diturunkan, maka
perhatikan saran yang lain. Saran-saran tersebut akan membantu mengontrol kadar
gula darah dengan cara menjaga asupan karbohidrat dalam jumlah sedang,
meminimalkan konsumsi karbohidrat cair, membagi karbohidrat padat ke dalam tiga
porsi makanan dan 2-3 camilan, serta mengonsumsi lebih banyak serat.
b.
Kurangi
atau hindari minuman yang mengandung pemanis buatan atau alami.
Termasuk
di dalamnya adalah soda, fruit punch, dan jus buah alami. Karbohidrat
cair lebihcepat diserap dibandingkan dengan bentuk padatnya (karbohidrat padat
biasanya mengandung serat yang memperlambat pencernaan gula) dan dapat
menyebabkan lonjakan kadar gula darah. Sebagai pengganti soda biasa, cobalah
soda diet tanpa gula dan tidak berkalori. Sebaiknya batasi konsumsi jus buah
120 ml per hari atau sebagai gantinya makanlah buah segar. Buah segar
mengandung serat, lebih mengenyangkan daripada jus dan lebih lambat dicerna dan
diserap.
c.
Cobalah
makan dengan porsi kecil pada waktu yang tetap dan teratur.
Lebih
baik mengonsumsi makanan dan camilan secara teratur daripada melewatkan waktu
makan kemudian makan satu kali atau dua kali saja dalam porsi besar. Pankreas
harus memproduksi insulin setiap kali makan sesuai dengan jumlah yang
dikonsumsi. Jika mengonsumsi makanan dalam porsi besar yang mengandung banyak
karbohidrat, maka pankreas harus bekerja keras memproduksi lebih banyak
insulin, dan kadar gula darah pun akan meningkat setelahnya. Sebaiknya, jika
membagi kalori dengan makan tiga kali dan diselingi satu atau dua camilan dalam
sehari, maka pankreas akan lebih mudah memproduksi insulin untuk mengimbangi
jumlah makanan dan karbohidrat yang lebih sedikit ketika makan.
d.
Konsumsi
lebih banyak makanan berserat.
Serat
memiliki pengaruh yang menguntungkan. Selain mengenyangkan, juga menahan
kenaikan gula darah dan menurunkan kolesterol. Pilihlah buah segar daripada jus
buah, roti whole grain dan sereal daripada roti gandum olahan, serta
perbanyak mengonsumsi sayur-sayuran segar.
e.
Perbanyak
aktivitas fisik.
Secara
bertahap usahakan berolahraga selama 30 menit per hari sebanyak 5-6 kali
seminggu. Kadar aktivitas seperti ini terkadang dapat menurunkan kadar gula
darah hingga 50 poin atau lebih. Olahraga membantu meningkatkan efektivitas
kerja insulin yang diproduksi pankreas.
2.7.2 Terapi Insulin pada Pasien DKA
Intravena
Insulin infus intravena dosis rendah
berkelanjutan merupakan standar baku pemberian insulin di sebagian besar pusat
pelayanan medis. Pemberian insulin infuse intravena dosis rendah 4-8 ( biasanya
6 ) unit/ jam menghasilkan kadar insulin sekitar 100 µU/ml dan dapat meneka
glukoneogenesis dan lipolisis sebanyak 100%.
Pemberian insulin ini dapat dilakukan
dengan menggunakan syringe-driver infusion pump atau pada pusat pelayanan yang tidak memiliki alat ini
dapat menggunakan botol infuse.2, 3. Bila terdapat syringe pump, siapkan 50
unit insulin regular (RI) dalam spuit 50 cc, kemudian encerkan dengan larutan
NaCl 0,9% hingga mencapai 50 cc ( 1cc NaCl = 1 unit RI). Bila diperlukan 6 unit
insulin/jam, petugas tinggal mengatur kecepatan tetesan 6 cc/jam .
Bila tidak tersedia syringe pump,
dapat digunakan botol infuse 500 cc larutan NaCl 0,9%. Sebaiknya gunakan infuse
microdrip. Masukkan 50 unit RI (dapat juga 6 unit atau angka lain, sebab
nantinya akan diperhitungkan dalam tetesan) kedalam botol infuse 500 cc larutan
NaCl 0,9%.
Terapi insulin diawali dengan
pemberian dosis awal (loading dose) yang diberikan secara bolus IV
dengan dosis sebesar 0,15 U/kgBB yang diikuti dengan drips insulin 0,1
U/kgBB/jam.
Cara pemberian infus insulin
dosis rendah berkelanjutan dikaiatkan dengan komplikasi metabolic seperti
hipoglikemia, hipokalemia, hipofosfatemia, hipomagnesia, hiperlaktemia,dan
disequilibrium osmotikyang lebih jarang dibandingkan dengan cara terapai
insulin dosis besar secara intermiten atau berkala.
b. Insulin bolus intravena intermiten
Insulin
kerja pendek diberikan secara berkala setiap 1-2 jam. Penurunan kadar glukosa
darah yang dicapai secara IM lebih lambat dibandingkan dengan cara pemberian
infus intravena berkelanjutan. Cara ini biasanya dijalankan di pusat pelayanan
medis yang sulit memantau pemberian insulin infuse intravena berkelanjutan.
Terapi insulin IM dimulai dengan pemberian loading dose sebesar 10 – 20 U yang
dilanjutkan dengan 5 unit setiap 1 – 2 jam.
Efektivitas pemberian subkutan tidak diketahui. Oleh sebab itu pemberian insulin subkutan pada keadaan akut tidak dianjurkan. Namun bila kadar glukosa darah sudah stabil dan pasien mulai mendapatkan makanan, pemberian insulin dapat dialihkan secara subkutan.
Efektivitas pemberian subkutan tidak diketahui. Oleh sebab itu pemberian insulin subkutan pada keadaan akut tidak dianjurkan. Namun bila kadar glukosa darah sudah stabil dan pasien mulai mendapatkan makanan, pemberian insulin dapat dialihkan secara subkutan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari
pemaparan dan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa penyakit Diabetes
Mellitus (DM) yang juga dikenal sebagai penyakit kencing manis atau penyakit
gula darah adalah golongan penyakit kronis yang ditandai dengan peningkatan
kadar gula dalam darah sebagai akibat adanya gangguan sistem metabolisme dalam
tubuh, dimana organ pankreas tidak mampu memproduksi hormon insulin sesuai
kebutuhan tubuh.
Dalam tingkat dunia, Indonesia saat
ini menjadi negara peringkat empat dengan jumlah penderita diabetes mellitus
atau kencing manis terbesar. Para penderita tersebar mulai dari wilayah
perkotaan hingga ke pedesaan. Hal tersebut terjadi karena beberapa faktor yang
cukup sulit untuk diatasi.
Pada penderita yang terkena Diabetes
Mellitus, terdapat berbagai gejala seperti terjadinya peningkatan gula darah,
dan gejala lainnya yang jika tidak tepat ditangani dapat menimbulkan komplikasi
seperti penglihatan kabur, penyakit jantung,
penyakit ginjal, gangguan
kulit dan syaraf, pembusukan dan gairah sex menurun, dan
lain-lain. Untuk penanganan penyakit ini dapat dilakukan dengan dilakukannya
terapi insulin atau dengan memperbaiki pola makan dan hidup yang sesuai.
3.2 Saran
Untuk melakukan pencegahan dalam
penyakit ini, sebaiknya dilakukan pola hidup yang sesuai, tidak mengkonsumsi
makanan dengan kadar glukosa yang berlebihan, serta pola kesehatan yang lain
seperti olahraga yang teratur. Sedangkan untuk penderita yang sudah positif
menderita DM, dapat dilakukan penanganan dengan memperbaiki pola hidup untuk
mencapai kadar gula yang kembali mendekati normal, yang disertai dengan terapi
insulin.
DAFTAR PUSTAKA
Bustan
M.N. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. PT RINEKA Jakarta, 2000.
Ingo1.wordpress.com/2010/0509.
maksudnya gimana maz....?
BalasHapus