RESUME KIMIA KESEHATAN
§ Pemutih,
Pematang Tepung & Pengeras
§ Bahan
Tambahan Kimia Yang Dilarang
§ Alternatif
Bahan Tambahan Pangan & Mekanisme pengendaliannya
PROGRAM STUDU ILMU KEPERAWATAN
PEMUTIH, PEMATANG TEPUNG, dan PENGERAS
A. PEMUTIH dan PEMATANG TEPUNG
Bahan tambahan pangan yaitu bahan tambahan pangan
yang digunakan untuk mempertahankan mutu, lebih menarik dengan rasa enak, rupa
dan konsistensinya lebih baik, mencegah rusaknya pangan, dan untuk meningkatkan
atau memperbaiki penampakan agar pangan tersebut lebih disukai konsumen. Bahan
tambahan pangan yang diizinkan yaitu bahan yang telahdiuji kemanannya, serta
mempunyai mutu dan produksi pemakaian
yang memenuhi standar yang telah ditetapkan.
Pemutih dan pematang tepung merupakan bahan tambahan
pangan yang berkarakteristik warna putih yang merupakan ciri khas tepung yang
bermutu baik tetap terjaga. Sedangkan bahan pengeras sering digunakan untuk
memperkeras atau mencegah melunaknya pangan. Jika penggunaan bahan - bahan
tersebut digunakan dengan melebihi dosis, maka akan mempunyai efek yang dapat
membahayakan kesehatan.
1.
Definisi dan
Maksud Penggunaan Pemutih dan Pematang Tepung
Penambahan bahan pemutih dan pematang tepung dapat
mempercepat proses pematangan dan untuk mendorong pengembangan adonan oleh yeast dan untuk mencegah kemunduran roti
selama penyimpanan. Kedua bahan tersebut mungkin berfungsi sebagai bahan
pemutih atau pemucat saja.
2.
Mekanisme Reaksi
dan Penggunaan Bahan Penambah Pemutih dan Pematang Tepung
Proses pemutihan pada tepung dapat terjadi akibat
proses oksidasi senyawa karotenoid yang terdapat dalam tepung. Kelompok pemutih
dan pematang tepung bersifat oksidator, meskipun mekanisme keduanya berbeda
dalam melakukan fungsi masing – masing. Proses oksidasi menyangkut perubahan
ikatan rangkap konjugasi menjadi berkurang, akibatnya senyawa karotenoid
teroksidasi menjadi tidak berwarna. Salah satu pemutih/pemucat yang umumnya
dipakai adalah aseton peroksida dan benzoil peroksida yang berlaku sebagai
pemucat saja atau penghilang warna dan tidak berpengaruh terhadap sifat – sifat
pemanggangan roti. Contoh bahan yang dapat berlaku sebagai pemutih/pemucat
yaitu ozon (O3), klorin (Cl2), klorin dioksida (ClO2), nitrosil klorida (NOCl),
dan oksida nitrogen (NO2 dan N2O4). Sedangkan bahan organik yang dapat
digunakan dalam perbaikan kondisi proses pembuatan adonan adalah NH4Cl, (NH4)2
SO4, CaSO4, (NH4)3PO4, dan CaHPO4. Bahan – bahan itu ditambahkan ke dalam
adonan untuk menyediakan nitrogen bagi pertumbuhan yeast dan membantu pengendalian pH.
B. PENGERAS
1.
Definisi dan
Maksud Pengeras sebagai Bahan Tambahan Pangan
Pengeras
merupakan suatu bahan tambahan pangan yang dapat memperkeras atau mencegah
melunaknya pangan.
2.
Mekanisme Reaksi
dan Penggunaan Bahan Tambahan Pangan Pengeras
Perlakuan
panas terhadap jaringan tanaman biasanya menyebabkan pewlembekan karena
struktur selulosanya mengalami sedsikit perubahan. Kemantapan jaringan tersebut
tergantung keutuhan sel dan ikatan molekuler antar penyusun – penyusun dinding
sel. Senyawa – senyawa pektin merupakan polimer dari asam D-galakturonat yang
dihubungkan dengan ikatan β-(1-4)-glukosida, asam galakturonat merupakan
turunan dari glukosa. Ada 3 kelompok senyawa pektin, yaitu asam pektat, asam
pektinat, dan protopektin. Asam pektat dapat membentuk garam seperti halnya
asam-asam lain. Garam-garam kalsium yang sering digunakan seperti Cl2, Ca
sitrat, CaSO4, Cxa laktat, dan Ca monofosfat dengan konsentrasi Ca-nya sewbesar
0,1-0,25 %.
C.
KOMPOSISI dan
SIFAT – SIFAT KIMIA
Komponen
bahan pangan yang sering menjadi atau merupakan sasaran reaksi dari bahan
tambahan makanan adalah kelompok protein, karbohidrat, lemak, vitamin,
asam-asam karboksilat, mineral, kandungan air (bebas atau terikat), alkohol,
atau gugus-gugus senyawa organik lain yang terdapat di dalamnya. Sifat-sifat
bahan tambahan dapat meliputi sifat kimia dan sifat fisika. Sifat kimia pemutih
dan pematang tepung terutama berhubungan dengan sifat yang dapat mengoksidasi
atau mereduksi komponen penurun mutu yang terdapat dalam bahan pangan.
Sedangkan sifat fisika erat kaitanya dengan kelarutan dalam air, alkohol, dan
pelarut lainnya, bentuk kristal, dan titik lelehnya.
Komponen
dan sifat-sifat kimia dari bahan tambahan pangan pemutih dan pematang tepung
serta pengeras, antara lain adalah
sebagai berikut.
1.
Pemutih dan
Pematang Tepung
a.
Asam askorbat
(Vitamin C), yaitu suatu reduktor kuat karena mempunyai struktur enediol yang
mudah teroksidasi menjadi bentuk keto atau dehidro atau bentuk teroksidsasi.
b.
Aseton
peroksida, yaitu senyawa berbentuk cairan, bersifat oksidsator, larut dalam air
dan alkohol, tidak larut dalam pelarut organik, seperti petrolium eter,
kloroform, dll.
c.
L-sistein
(hidroklorida), merupakan asam amino nonesensial, bentuk L-sistein disebut gelucysteine, berbentuk tablet
heksagonal dalam pelarut air.
2.
Bahan Pengeras
a.
Aluminium
amonium sulfat
Bentuk dedokahidrat,
tingkat kemurniannya dapat mencapai 99,5 %, kristal tak berwarna, yang
berbentuk granul atau powder (bubuk
tepung) berwarna putih. Larut dalam gliserol, tak larut dalam alkohol.
b.
Aluminium sulfat
(anhidrat)
Bentuk kristal,
potongan, granul atau powder berwarna
putih. Larut dalam 1 bagian air, dan tak larut dalam alkohol.
c.
Kalsium sitrat
Bentuk tetrahidrat
berbentuk powder, menguap dalam suhu
100° C, larut dalam 10 : 50 bagian air dingin, larut dalam air panas, dan tidak
larut dalam alkohol.
D.
EFEK TERHADAP
KESEHATAN
Salah
satu uji toksisitas untuk menetapkan batas-batas keamanan BTP dalam kesehatan,
yaitu percobaan di laboratorium dengan hewan percobaan, atau apabila
memungkinkan hasil pengamatan pada manusia. Dan selanjutnya interpretasi dan
analisis data untuk memeperoleh kesimpulan tentang aseptabilitas atau penolakan
bahan yang diuji sebagai BTP.
Beberapa efek dari BTP terhadap
kesehatan antara lain sebagai berikut.
1.
Pemutih dan
Pematang Tepung
BTP yang tergolong dalam pemutih dan pematang tepung
adalah senyawa organik dan garam-garam organik.
a.
Asam Askorbat
Bahan pangan yang mengandung
bahan tambahan asam askorbat vitamin C dsiketahui bebas dari pengaruh merugikan
bagi tubuh apabila dikonsumsi dalam dosis untuk pencegahan timbulnya penyakit.
Peran fungsional vitamin C adalah suatu kofaktor untuk hidroksilase
protokolagen, yaitu suatu enzim yang bertanggung jawab untuk hidroksilase
residu prolil dan lisil dalam rantai peptida protein jaringan pengikat.
Kelebihan vitamin C dapat mnyebabkan diare, karena vitamin C dapat diserap oleh
usus dengan cara difusi sederhana atau dengan cara transpor aktif. Dan vitamin
C yang tidak diserap oleh usus halus akan dialirkan ke usus besar, yang
menimbulkan perubahan tekanan osmotik di dalam usus besar, yang berakibat
meningkatnya kandsungan air feses (feses berair).
b.
Kalsium
Steroil-2-Laktilat, Natrium Streroil Fumarat, dan Natrium-2-Laktilat.
Ion-ion pengurai dari
bahan-bahan kimia tersebut dapat berperan dalam pembentukan jaringan tulang.
Toksisitas pemasukan kalsium yang berlebihan dapat menyebabkan hiperkalsimea dalam darah yang terjadi
apabila dalam tubuh terjadi kelainan klinik. Sedangkan Natrium perannya sangat
penting dalam menjaga keseimbangan asam basa dan mengatur tekanan osmosis
jaringan. Konsentrasi Na yang tinggi dapat diekskresikan bersama kalor melalui
urine dan keringat.
c.
L-sistein
Berperan dalam
pertumbuhan dan pembentukan jaringan tubuh. Kelebihannya dapat ditemukan alam
urine. Sedangkan defisiensinya bagi tubuh dapat menyebabkan penyakit seborrhea, kerapuhan kuku atau jaringan
tanduk (kreatin) sdan alopecia.
2.
Bahan Pengeras
Merupakan bahan-bahan kimia anorganik berupa garam-garam.
a.
Garam-garam Aluminium
Efeknya terhadap
kesehatan sangat ditentukan oleh ion aluminium. Toksisitas dari aluminium
adalah bila kelebihan konsumsi logam aluminium dapat menimbulkan efek toksik
pada susunan syaraf. Merujuk juga pada syarat kualitas air minum, maka dosis
maksimum dari konsumsi aluminium adalah 0,2 mg/l. Sedangkan anion-anion sisa
garamnya mempunyai toksisitas yang sangat rendah.
b.
Garam-garam Kalsium
Efeknya sangat
ditentukan oleh kation kalsium atau kadar kalsium darahnya dan kondisi
kesehatan tubuh seseorang. Pemasukan kalsium yang berlebihan akan mengakibatkan
kadar kalsium darah tinggi apabila ada hubungannya dengan kelainan klinik,
misalnya hiperparatiroidisme, keracunan vitamin D, kanker, dll.
E.
ANALISIS
1. Analisis Pemutih dan Pematang Tepung dalam Bahan Pangan
a.
Asam Askorbat
Metode analisis titrasi dengan 2,6-diklorofenol indofenol
Metode analisis dengan titrasi yodium
Metode analisis dengan Spektrofotometri
Metodologi analisis dengan mikrofluorometri
Metodologi penentuan vitamin C dengan HPLC
b.
Aseton Peroksida
Metode analisis dengan titrasi permanganometri
Metode analisis kualitatif dengan Spektrofotometri
c.
Metode HPLC dari Asam
Stearoil-2-Laktilat dan Asam Stearil Fumarat
Preparasi sampel
Kondisi kromatograf
Kalibrasi dan efisiensi ekstraksi
d.
L-sisteina
(Hidroklorida)
Metode gas cairan (GLC)
2.
Pengeras
a.
Metode Analisis
Pengeras yang Mengandung Aluminium dalam Bahan Pangan
Metode kalorimetri
Metode Spektrofotometri serapan atom
Metode polarografi
Metode potensiometri
b.
Metode Analisis
Pengeras yang Mengandung Kalsium dalam Bahan Pangan
Metode titrasi dari Sobel dan Sobel
Metode titrasi permanganometri
Metode titrasi kompleksometri dengan EDTA
Metode spektroskopi emisi nyala dan spektroskopi absorpsi atom
BAHAN TAMBAHAN KIMIA YANG DILARANG
Bahaya merupakan kemungkinan timbulnya
cacat atau luka akibat penggunaan bahan secara sengaja. Adapun bahan tambahan
kimia yang dilarang digunakan menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI adalah
asam boraks, asam salisilat, diethylpyrocarbonate, dulcin, pottasium chlorate,
chlorampenicol, minyak sayur terbrominasi, nitrofurazon, dan formaldehid.
A.
SIFAT KIMIA dan FISIK
serta EFEK terhadap KESEHATAN
1.
Asam Borat
Senyawa ini mempunyai sifat kimia dengan jarak lebur 171° C,
larut dalam 18 bagian air dingin, 4 bagian air mendidih, 5 bagian gliserol 85%,
dan tak larut dalam eter, dan merupakan asam lemah dan garam alkalinya bersifat
basa. Efek farmakologi dan toksisitas senyawa boron atau asam borat merupakan
bakterisida lemah. Namun, jika dipakai secara berulang atau absorpsi
berlebihan, dapat mengakibatkan toksik (keracunan).
2.
Dulsin
Kristal dulsin membentuk jarum yang menkilap, dan mempunyai
titik cair kristal terletak pada suhu 173-174° C, serta larut dalam 50 bagian
air mendidih atau 25 bagian alkohol. Konsumsi dulsin yang berlebihan akan
menimbulkan dampak yang membahayakan terhadap kesehatan. Maka dulsin tidak
diizinkan oleh FDA (Food and Drug
Administration) untuk dipakai sebagai pemanis bahan pangan di Amerika
Serikat.
3.
Formalin (Formaldehida)
Merupakan cairan jernih yang tidak berwarna atau hampir tidak
berwarna dengan bau yang menusuk, uapnya merangsang selaput lendir hidung dan
tenggorokan, dan rasa membakar. Jika kandungannya dalam tubuh tinggi, akan
bereaksi secara kimia dengan hampir semua zat di dalam sel sehingga menekan
fungsi sel dan menyebabkan kematian sel yang menyebabkan keracunan pada tubuh..
Juga dapat menyebabkan iritasi lambung, alergi, bersifat karsinogenik
(menyebabkan kanker) dan bersifat mutagen (menyebabkan perubahan funsi
sel/jaringan), serta orang yang mengonsumsinya akan muntah, diare bercampur
darah, kencing bercampur darah, dan kematian yang disebabkan adanya kegagalan
peredaran darah. Sedangkan dalam jumlah yang sedikit, formalin akan larut dalam
air, serta akan dibuang ke luar bersama cairan tubuh. Itu sebabnya formalin
sulit dideteksi keberadaannya di dalam darah.
B.
ANALISIS KIMIA
1.
Asam Borat
Uji kualitatif
Metode titrimetri
Metode Spektroskopi emisi
2.
Dulsin
> Uji kualitatif dengan metode Deniges-Tourrou
> Prosedur uji kualitatif dengan modifikasi metode
LaParola-Mariani
3.
Formaldehid
>Uji kualitatif
>Uji kuantitatif dengan metode spektrofotometri
4.
Nitrofurazon
> Metode kalorimetri
5.
Asam Salisilat
? Uji kualitatif
> Uji kuantitatif
6.
Pottasium Chlorate
> Secara kuantitatif dengan metode elektrokimia (katodik
voltametri)
7.
Chloramphenicol
> Ikatan 14C dan 3H ditentukan dengan scintillation counter
8.
Diethylpyrocarbonate
(DEPC)
Dengan
metode titrasi morpholine dari Johnson dan Funk
ALTERNATIF
BAHAN TAMBAHAN PANGAN DAN MEKANISME PENGENDALIANNYA
Penggunaan bahan tambahan pangan (BTP)
dalam proses produksi pangan perlu diawasi bersama, baik produsen maupun
konsumen. Dampak penggunaannya dapat berakibat positif maupun negatif untuk
masyarakat. Kebijakan keamanan pangan (food
safety) dan pembangunan gizi nasional (food
nutrient) merupakan bagian integral dari kebijakan pangan nasional,
termasuk penggunaan bahan tambahan makanan. Contoh skema hubungan antara
pengguna (konsumen), produk, dan permintaan (tuntutan) menurut Man, C.M.D. dan
A.A., Jones, 1994.
A.
Mengapa Para
Pedagang/Produsen Membubuhi Bahan Tambahan Kimia yang Dilarang pada
Dagangan/Produknya?
Sebagai contoh untuk
jawaban dari pertanyaan tersebut, yaitu dalam penggunaan bahan formalin yang
biasa digunakan untuk mengawetkan mayat, dapat diduga para pedagang ingin agar
dagangannya tahan lama. Setidaknya, makanan yang mereka produksi bisa dijual
kembali keesokan harinya dengan tetap terlihat baik dan segar jika dihari
mereka memproduksi makanan tersebut tidak sepenuhnya laku.
B. Beberapa Contoh Alternatif Bahan Tambahan Pangan
·
“Chitosin” Bahan Alami
Pengganti Formalin
Merupakan produk
turunan dari polimer latin yaitu produk samping (limbah) dari pengolahan
industri perikanan, khususnya udang dan rajungan. Limbah kepala udang mencapai
35-50% dari total berat udang. Kadar kitin dalam berat udang berkisar 60-70%.
Bila diproses menjadi “chitosan” mempunyai bentuk mirip dengan selulosa dan
bedanya terletak pada gugus C-2.
·
Biji Hapesong
Tanaman ini berasal
dari tumbuhan Pangium edule Reinw.
Selain sebagai pengawet ikan, kegunaan tanaman ini kayunya dapat dipakai untuk
batang korek api.
·
Pewarna Alami
Beberapa pewarna alami
ikut menyumbangkan nilai nutrisi, seperti karotenoid, riboflavin, kurkumin, dan
cobalamin, merupakan bumbu (kunir dan paprika) atau pemberi rasa (karamel) ke
bahan olahannya.
·
Kunyit dan Bawang Putih
Rimpang kunyit
mengandung zat kurkumin dan kitamir. Sementara bawang putih mempunyai senyawa
allisin. Zat-zat tersebut ampuh untuk membunuh mikroba dan bakteri.
·
Bakteri Asam Laktat
(BAL)
Bakteri jenis ini lazim
digunakan untuk proses pembuatan yoghurt dan makanan fermentasi lainnya. Sifat
BAL ternyata dapat menghambat pertumbuhan bakteri pembusuk dan patogen. BAL
adalah jenis bakteri tak berbahaya, serta mampu menghasilkan senyawa
antimikroba, seperti asam laktat, bakteriosin, hidrogen peroksida, atau asam
asetat. Hanya, BAL untuk pengawet baru terjadi pada skala laboratorium.
·
Limbah Hayati
Merupakan jenis
pengawet berupa asap cair (liquid smoke)
yang diperoleh dengan memanaskan limbah-limbah hayati itu pada suhu 400° C,
lalu diambil uapnya.
·
Kunyit dan Air Abu
Merang (alternatif Formalin)
Bahan ini dapat menjadi
alternatif pengganti formalin untuk bahan pengawet yang tidak berbahaya bagi
tubuh manusia. Contohnya dalam penggunaan kunyit pada tahu, sehingga dapat
memberikan warna dan sebagai antibiotik, sekaligus mampu mengawetkan tahu agar
tidak cepat asam. Juga air abu merang dapat mengawetkan mie dengan aman, karena
air itu diperoleh dari proses pengendapan air dan abu merang padi.
C. Sistem dan Mekanisme Pengendalian
Selain diperlukannya
beberapa bahan alternatif, juga diperlukan pengawasan yang ketat dan berkesinambungan
oleh beberapa instansi trekait (termasuk di dalamnya Perguruan Tinggi). Untuk
melaksanakan pengawasan kualitas bahan pangan agar diperoleh hasil yang baik,
diperlukan tiga sarana pokok, yaitu :
Ø Peraturan perundang-undangan
Ø Organisasi pelaksana
Ø Laboratorium pengujian
Tidak ada komentar:
Posting Komentar