Halaman

Selasa, 10 April 2012

EPIDEMIOLOGI PENYAKIT TIDAK MENULAR DIABETES MELLITUS smester II


MAKALAH
EPIDEMIOLOGI PENYAKIT TIDAK MENULAR
DIABETES MELLITUS


KONSENTRASI KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

YOGYAKARTA
2011

KATA PENGANTAR

Pertama-tama kami panjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat- Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang Epidemiologi yang berjudul “DIABETES MELLITUS” ini.
Makalah ini di susun untuk memenuhi salah satu tugas dalam perbaikan nilai ujian mata kuliah Epiddemiologi yang di asuh oleh Bapak Yulian Indarto, SKm. Dengan penyelesaian makalah ini kami ucapkan terimakasih kepada Bapak Yulian Indarto, SKm selaku dosen pengasuh mata kuliah “ Epidemiologi” atas semua bimbingan yang di berikan kepada saya, dan juga teman-teman yang memberikan dorongan kepada saya untuk menyelesaikan makalah ini.
Saya mengakui dalam penyusunan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan dan kesalahan, oleh karena itu saya mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
                                                  

                                                                        Yogyakarta, 16 Mei 2011


Penyusun

DAFTAR ISI

Kata Pengantar………………………………………………………………….i
Daftar isi………………………………………………………………………..ii
BAB I  PENDAHULUAN
1.1              Latar Belakang
BAB II: PEMBAHASAN
2.1              Pengertian
2.1.1        Patofisiologi Diabetes Mellitus
2.1.2        Etiologi Diabetes Mellitus
2.2              Bentuk Diabetes Mellitus
2.2.1        Diabetes Mellitus Tipe 1
2.2.2        Diabetes Mellitus Tipe 2
2.3              Tanda dan Gejala Diabetes Mellitus
2.3.1    Kadar Gula dalam Darah
2.4              Faktor Penyebab Diabetes Mellitus
2.4.1        Makanan Pantangan Penderita DM
2.5              Indonesia Peringkat ke-4 Penderita DM
2.6              Efek dari Penyakit Diabetes Mellitus
2.7              Penanganan pada Penyakit Diabetes Mellitus
2.7.1        Prioritas Diet untuk Mencapai Kadar Gula Darah yang Mendekati Angka Normal
2.7.2        Terapi Insulin pada Pasien DKA
BAB III: PENUTUP
3.1       Kesimpulan
3.2       Saran
DAFTAR PUSTAKA


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dewasa ini, perhatian terhadap penyakit tidak menular makin hari makin meningkat, karena semakin meningkatnya frekuensi kejadiannya yang terjadi pada masyarakat. Tiga penyebab utama kematian menurut WHO (1990), yaitu penyakit jantung koroner, diare dan stroke. Meskipun penyakit Diabetes Mellitus tidak termasuk dalam ketiga penyebab utama kematian tersebut, namun penderita DM yang menyebabakan kematian secara keseluruhan juga besar.
Selama ini epidemiologi kebanyakan berkecimpung dalam menangani masalah penyakit menular, bahkan kebanyakan terasa bahwa epidemiologi hanya menangani masalah penyakit menular. Namun dengan adanya perkembangan sosio-ekonomi dan kultural bangsa dan dunia kemudian menuntut epidemiologi untuk memberikan perhatian kepada penyakit tidak menular karena sudah mulai meningkatkan sesuai dengan perkembangan masyarakat.
Pentingnya pengetahuan tentang penyakit Diabetes Mellitus dilatarbelakangi kecenderungan semakin meningkatnya prevalensi penyakit Diabetes Mellitus dalam masyarakat, khususnya masyarakat Indonesia. Sebagian besar masyarakat Indonesia yang menderita penyakit ini adalah lansia, yang disebabkan karena pola makan dan pola hidup yang tidak sesuai. Dan sebagian pula terdapat sebagian dari mereka yang sudah menyadari bahwa dirinya sudah positif terkena penyaikit ini, namun kebanyakan dari mereka enggan untuk mengobati dan mengatasi penyakit mereka dari awal. Namun bagi kalangan masyarakat Indonesia dengan ekonomi rendah, banyak yang kurang bahkan tidak mengetahui tentang penyakit Diabetes Mellitus baik dari segi pencegahan, gejala, maupun cara penanganan dan penaggulangannya. Diharapkan pembuatan makalah ini dapat membantu dan dijadikan sebagai pengetahuan bagi para pembaca.




BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian
Penyakit Diabetes Mellitus (DM) yang juga dikenal sebagai penyakit kencing manis atau penyakit gula darah adalah golongan penyakit kronis yang ditandai dengan peningkatan kadar gula dalam darah sebagai akibat adanya gangguan sistem metabolisme dalam tubuh, dimana organ pankreas tidak mampu memproduksi hormon insulin sesuai kebutuhan tubuh.
Sekitar tahun 1960, diabetes melitus hanya diartikan sebagai penyakit metabolisme yang dikelompokkan ke golongan hiperglikemia atau gula darah yang lebih dari normal (gula darah normal 80-120 mg/dl). Kadar gula dalam darah penderita diabetes saat puasa adalah lebih dari 126 mg/dl dan saat tidak puasa lebih dari 200 mg/dl. Oleh karenanya, diabetes melitus disebut juga penyakit gula. Dengan adanya glukosuria yaitu adanya gula di dalam air seni maka penyakit ini dikenal pula dengan nama penyakit kencing manis. Kedua hal ini disebabkan karena ketidakmampuan sel dalam mempergunakan karbohidrat untuk menghasilkan tenaga.
Dewasa ini, diketahui bahwa diabetes melitus bukan hanya dianggap sebagai gangguan tentang metabolisme karbohidrat. Namun juga menyangkut tentang metabolisme protein dan lemak. Apabila penyakit ini dibiarkan tak terkendali maka akan menimbulkan komplikasi-komplikasi yang dapat berakibat fatal, termasuk penyakit jantung, ginjal, kebutaan, amputasi, dan mudah mengalami aterosklerosis.
Faktor utama pada diabetes ialah insulin, suatu hormon yang dihasilkan oleh sel khusus di pancreas. Insulin memberi sinyal kepada sel tubuh agar menyerap glukosa. Insulin, bekerja dengan hormone pancreas lain yang disebut glukagon, juga mengendalikan jumlah glukosa dalam darah. Apabila tubuh menghasilkan terlampau sedikit insulin atau jika tubuh tidak menanggapi insulin dengan tepat terjadilah diabetes.
Diabetes biasanya dapat dikendalikan dengan makanan yang rendah kadar gulanya, obat yang di minum, atau suntukan insulin secara teratur. Meskipun begitu, penyakit ini lama kelamaan minta korban juga, terkadang menyebabkan komplikasi seperti kebutaan dan stroke.

2.1.1 Patofisiologi Diabetes Melitus
Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu kelainan yang heterogenik dengan karakter utama hiperglikemia kronis. Meskipun pola pewarisannya belum jelas, faktor genetik dikatakan memiliki peran yang kuat dalam munculnya DM ini. Faktor genetik ini akan berinteraksi dengan faktor lingkungan seperti gaya hidup, diet, rendahnya aktivitas fisik, obesitas dan tingginya kadar asam lemak bebas. Pada DM terjadi defek sekresi insulin, resistensi insulin di perifer dan gangguan regulasi produksi glukosa oleh hepar.
2.1.2 Etiologi Diabetes Melitus
Penyebab utama diabetes di era globalisasi adalah adanya perubahan gaya hidup (pola makan yang tidak seimbang, kurang aktivitas fisik). Selain itu, adanya stress, kelainan genetika, usia yang semakin lama semakin tua dapat pula menjadi salah satu faktor penyebab timbulnya penyakit diabetes. Penyakit ini dapat dicegah dengan merubah pola makan yang seimbang (hindari makanan yang banyak mengandung protein, lemak, gula, dan garam), melakukan aktivitas fisik minimal 30 menit setiap hari (berenang, bersepeda, jogging, jalan cepat), serta rajin memeriksakan kadar gula urine setiap tahun (Sinaga, 2003).
Ketika makanan kita dicerna glukosa membuat jalan ke dalam aliran darah. Sel-sel kita menggunakan glukosa untuk energi dan pertumbuhan. Namun, glukosa tidak bisa masuk ke sel tanpa hormone insulin. Insulin adalah hormon yang dihasilkan oleh pankreas. Setelah makan, pankreas otomatis melepaskan insulin untuk memindahkan glukosa dalam darah kita ke dalam sel, dan menurunkan tingkat gula darah. Seseorang dengan diabetes Mellitus memiliki kondisi di mana jumlah glukosa dalam darah terlalu tinggi (hiperglikemia). Hal ini karena tubuh tidak memproduksi cukup insulin atau bisa juga pankreas memang tidak memproduksi insulin (salah satunya karena kerusakan pankreas). Hal ini menyebabkan terlalu banyak glukosa dalam darah. kelebihan glukosa darah akhirnya menyebabkan glukosa lolos keluar dari tubuh dalam urin. Jadi, jangan heran jika ada orang yang menderita diabetes mellitus, air kemihnya akan digerogoti semut.
2.2 Bentuk Diabetes Mellitus
Paling sedikit terdapat 2 bentuk DM berdasarkan penyebab perjalanan klinik dan terapinya, antara lain:

2.2.1        Diabetes Mellitus Tipe 1
            Diabetes tipe 1 adalah diabetes yang bergantung pada insulin dimana tubuh kekurangan hormon insulin,dikenal dengan istilah Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM). Hal ini disebabkan hilangnya sel beta penghasil insulin pada pulau-pulau Langerhans pankreas. Diabetes tipe 1 banyak ditemukan pada balita, anak-anak dan remaja.
Sampai saat ini, Diabetes Mellitus tipe 1 hanya dapat di obati dengan pemberian therapi insulin yang dilakukan secara terus menerus berkesinambungan. Riwayat keluarga, diet dan faktor lingkungan sangat mempengaruhi perawatan penderita diabetes tipe 1. Pada penderita diebetes tipe 1 haruslah diperhatikan pengontrolan dan memonitor kadar gula darahnya, sebaiknya menggunakan alat test gula darah. Terutama pada anak-anakn atau balita yang mana mereka sangat mudah mengalami dehidrasi, sering muntah dan mudah terserang berbagai penyakit.

2.2.2 Diabetes mellitus tipe 2
            Diabetes tipe 2 adalah dimana hormon insulin dalam tubuh tidak dapat berfungsi dengan semestinya, dikenal dengan istilah Non-Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM). Hal ini dikarenakan berbagai kemungkinan seperti kecacatan dalam produksi insulin, resistensi terhadap insulin atau berkurangnya sensitifitas (respon) sell dan jaringan tubuh terhadap insulin yang ditandai dengan meningkatnya kadar insulin di dalam darah.
Ada beberapa teori yang mengutarakan sebab terjadinya resisten terhadap insulin, diantaranya faktor kegemukan (obesitas). Pada penderita diabetes tipe 2, pengontrolan kadar gula darah dapat dilakukan dengan beberapa tindakan seperti diet, penurunan berat badan, dan pemberian tablet diabetik. Apabila dengan pemberian tablet belum maksimal respon penanganan level gula dalam darah, maka obat suntik mulai dipertimbangkan untuk diberikan.

2.3  Tanda dan Gejala Diabetes Mellitus
            Tanda awal yang dapat diketahui bahwa seseorang menderita DM atau kencing manis yaitu dilihat langsung dari efek peningkatan kadar gula darah, dimana peningkatan kadar gula dalam darah mencapai nilai 160 - 180 mg/dL dan air seni (urine) penderita kencing manis yang mengandung gula (glucose), sehingga urine sering dilebung atau dikerubuti semut.
Penderita kencing manis umumnya menampakkan tanda dan gejala dibawah ini meskipun tidak semua dialami oleh penderita :
1. Jumlah urine yang dikeluarkan lebih banyak (Polyuria)
2. Sering atau cepat merasa haus/dahaga (Polydipsia)
3. Lapar yang berlebihan atau makan banyak (Polyphagia)
4. Frekwensi urine meningkat/kencing terus (Glycosuria)
5. Kehilangan berat badan yang tidak jelas sebabnya
6. Kesemutan/mati rasa pada ujung syaraf ditelapak tangan & kaki
7. Cepat lelah dan lemah setiap waktu
8. Mengalami rabun penglihatan secara tiba-tiba
9. Apabila luka/tergores (korengan) lambat penyembuhannya
10.Mudah terkena infeksi terutama pada kulit.

Komplikasi:
  • Penglihatan kabur
  • Penyakit jantung
  • Penyakit ginjal
  • Gangguan kulit dan syaraf
  • Pembusukan
  • Gairah sex menurun
Jika tidak tepat ditangani, dalam jangka panjang penyakit diabetes bisa menimbulkan berbagai komplikasi. Maka bagi penderita diabet jangan sampai lengah untuk selalu mengukur kadar gula darahnya, baik ke laboratorium atau gunakan alat sendiri. Bila tidak waspada maka bisa  berakibat pada gangguan pembuluh darah a.l.
  • gangguan pembuluh darah otak (stroke),
  • pembuluh darah mata (gangguan penglihatan),
  • pembuluh darah jantung (penyakit jantung koroner),
  • pembuluh darah ginjal (gagal ginjal), serta
  • pembuluh darah kaki (luka yang sukar sembuh/gangren).
Kondisi kadar gula yang drastis menurun akan cepat menyebabkan seseorang tidak sadarkan diri bahkan memasuki tahapan koma. Gejala kencing manis dapat berkembang dengan cepat waktu ke waktu dalam hitungan minggu atau bulan, terutama pada seorang anak yang menderita penyakit diabetes mellitus tipe 1. Lain halnya pada penderita diabetes mellitus tipe 2, umumnya mereka tidak mengalami berbagai gejala diatas. Bahkan mereka mungkin tidak mengetahui telah menderita kencing manis.
2.3.1 Kadar Gula Dalam Darah
            Normalnya kadar gula dalam darah berkisar antara 70 - 150 mg/dL {millimoles/liter (satuan unit United Kingdom)} atau 4 - 8 mmol/l {milligrams/deciliter (satuan unit United State)}, Dimana 1 mmol/l = 18 mg/dl. Namun demikian, kadar gula tentu saja terjadi peningkatan setelah makan dan mengalami penurunan diwaktu pagi hari bangun tidur. Seseorang dikatakan mengalami hyperglycemia apabila kadar gula dalam darah jauh diatas nilai normal, sedangkan hypoglycemia adalah suatu kondisi dimana seseorang mengalami penurunan nilai gula dalam darah dibawah normal.
            Diagnosa Diabetes dapat ditegakkan jika hasil pemeriksaan gula darah puasa mencapai level 126 mg/dl atau bahkan lebih, dan pemeriksaan gula darah 2 jam setelah puasa (minimal 8 jam) mencapai level 180 mg/dl. Sedangkan pemeriksaan gula darah yang dilakukan secara random (sewaktu) dapat membantu diagnosa diabetes jika nilai kadar gula darah mencapai level antara 140 mg/dL dan 200 mg/dL, terlebih lagi bila dia atas 200 mg/dl. Banyak alat test gula darah yang diperdagangkan saat ini dan dapat dibeli dibanyak tempat penjualan alat kesehatan atau apotik seperti Accu-Chek, BCJ Group, Accurate, OneTouch UltraEasy machine. Bagi penderita yang terdiagnosa Diabetes Mellitus, ada baiknya bagi mereka jika mampu untuk membelinya.
2.4   Faktor Penyebab Diabetes melittus
            Umumnya diabetes melittus disebabkan oleh rusaknya sebagian kecil atau sebagian besar dari sel-sel betha dari pulau-pulau Langerhans pada pankreas yang berfungsi menghasilkan insulin, akibatnya terjadi kekurangan insulin.
Disamping itu diabetes melittus juga dapat terjadi karena gangguan terhadap fungsi insulin dalam memasukan glukosa kedalam sel. Gangguan itu dapat terjadi karena kegemukan atau sebab lain yang belum diketahui.

2.4.1 Makanan Pantangan Penderita DM

            Jika kadar gula dalam darah Anda termasuk tinggi, jangan dibiarkan. Anda harus banyak berolahraga dan mengatur pola makan. Apalagi jika dalam keluarga Anda, ada yang pernah menderita diabetes. Ada lima jenis makanan yang harus dijauhi bagi si penderita diabetes. Hal ini untuk menghindari semakin meningkatnya kadar gula dalam darah anda:
1. Mie dan Pasta
            Sebagian besar pasta dan mie memiliki indeks glikemik tinggi. Artinya pasta dan mie dibuat dengan olahan karbohidrat sederhana seperti gandum atau tepung beras. Konsumsi karbohidrat tinggi bisa meningkatkan kadar gula dalam darah.
2. Nasi
            Kurangi konsumsi nasi putih karena kandungan karbohidratnya sangat tinggi. Anda bisa menggantinya, dengan nasi yang berasal dari beras merah maupun beras coklat.
3. Kafein
            Beberapa penelitian, salah satunya yang berjudul “Diabetes Care” ditulis oleh Hudson Lee dan Kilpatrick pada 2005 menunjukkan kafein memiliki dampak negatif pada penderita diabetes. Untuk itu, akan lebih jikaAnda mengurangi minuman yang mengandung kafein.
4. Kentang
            Kandungan karbohidrat pada kentang yang tinggi, membuat indeks glikemiknya juga tinggi. Untuk itu, kurangi konsumsi kentang, baik yang dipanggang, direbus maupun digoreng.
5. Roti putih
            Kurangi konsumsi roti yang terbuat dari tepung putih. Lebih baik pilih roti yang terbuat dari tepung gandum. Selain memiliki banyak serat juga baik untuk jantung.
2.5  Indonesia Peringkat ke-4 Penderita Diabetes Mellitus

Indonesia saat ini menjadi negara peringkat empat dengan jumlah penderita diabetes mellitus atau kencing manis terbesar di dunia. Para penderita tersebar mulai dari wilayah perkotaan hingga ke pedesaan.
Total penderita diabetes mellitus di Indonesia berdasar data WHO, saat ini sekitar 8 juta jiwa, dan diperkirakan jumlahnya melebihi 21 jiwa pada tahun 2025 mendatang. Jumlah tersebut menjadikan Indonesia sebagai negara peringkat keempat penderita diabetes terbesar setelah Shina, India, dan Amerika. Sementara jumlah penderita diabetes di dunia, mencapai 200 juta jiwa. Diprediksi angka tersebut terus bertambah menjadi 350 juta jiwa pada tahun 2020.
Demikian dituturkan ahli diabetes dari Rumah Sakit Umum Daerah dr Saiful Anwar (RSSA) Malang, Prof.dr.Djoko Wahono Soeatmadji, SpPD-KEMD, dalam rangka menyambut Kongres Nasional Persatuan Diabetes Indonesia VII di Batu, Malang, Jawa Timur.
Dahulu ada pandangan salah bahwa diabetes mengancam orang kota yang suka makan fast food. “Itu benar, namun tidak berarti orang yang makan singkong, nasi, atau makanan tradisional lain tidak berisiko terkena diabetes,” tuturnya. Yang perlu diperhatikan menurutnya agar terhindar dari diabetes mellitus, orang harus makan makanan dengan seimbang atau tidak kelebihan kalori.
Orang yang banyak makan karbohidrat sehingga kelebihan kalori hingga kegemukan, inilah yang berisiko terkena diabetes. Bukan hanya makanan fast food , namun juga makanan tradisional seperti nasi, jagung, ketela, dan sebagainya yang dimakan dalam jumlah yang cukup banyak, tutur pakar diabetes dari Fakultas Kedokteran Universitas Malang itu.
            Karbohidrat adalah makanan yang boros insulin. Orang yang dalam tubuhnya kekurangan insulin, akan membuatnya terkena penyakit diabetes. Djoko menambahkan, diabetes merupakan penyebab utama kebutaan di negara-negara maju dan kelompok masyarakat menengah ke atas, penyebab utama gagal ginjal, penyebab utama amputasi tungkai kaki bagian bawah, penyebab risiko serangan jantung, mengakibatkan disfungsi ereksi, dan sebagainya.
2.6  Efek dari penyakit DM
Selain penderita juga rentan infeksi, mudah terkena infeksi paru, gigi, dan gusi serta saluran kemih, penderita DM juga rentan menderita :

a.      Kardiopati diabetik
Kardiopati diabetik adalah gangguan jantung akibat diabetes. Glukosa darah yang tinggi dalam jangka waktu panjang akan menaikkan kadar kolesterol dan trigliserida darah. Lama-kelamaan akan terjadi aterosklerosis atau penyempitan pembuluh darah. Maka bagi para penderita diabet perlu pemeriksaan kadar kolesterol dan trigliserida darah secara rutin. Dari pengalaman saya untuk menurunkan kadar gula darah sekaligus menormalkan kadar kolestrol dan trigliserida sebenarnya sangat mudah. Yang pertama sebenarnya pola makan malam. Upayakanlah tidak makan nasi pada malam hari. Gantilah dengan makan kentang atau bisa juga pisang kepok rebus atau bisa juga konsumsi sayur dan buah-buahan.
Penyempitan pembuluh darah koroner menyebabkan infark jantung dengan gejala antara lain nyeri dada. Karena diabetes juga merusak sistem saraf, rasa nyeri kadang-kadang tidak terasa. Serangan yang tidak terasa ini disebut silent infraction atau silent heart attack.
Kematian akibat kelainan jantung dan pembuluh darah pada penderita diabetes kira-kira dua hingga tiga kali lipat lebih besar dibanding bukan penderita diabetes., pengendalian kadar gula dalam darah belum cukup untuk mencegah gangguan jantung pada penderita diabetes.
Sebagaimana rekomendasi Asosiasi Diabetes Amerika (ADA) serta perkumpulan sejenis di Eropa atau Indonesia (Perkumpulan Endokrinologi Indonesia/Perkeni), penderita diabetes diharapkan mengendalikan semua faktor secara bersama-sama untuk mendapatkan hasil yang optimal.
Tekanan darah harus diturunkan secara agresif di bawah 130/80 mmHg, trigliserida di bawah 150 mg/dl, LDL (kolesterol buruk) kurang dari 100 mg/dl, HDL (kolesterol baik) di atas 40 mg/dl. Hal ini memberi proteksi lebih baik pada jantung.
b.      Gangren dan impotensi
Penderita diabetes yang kadar glukosanya tidak terkontrol respons imunnya menurun. Akibatnya, penderita rentan terhadap infeksi, seperti infeksi saluran kencing, infeksi paru serta infeksi kaki.
Banyak hal yang menyebabkan kaki penderita diabetes mudah kena infeksi, terkena knalpot, lecet akibat sepatu sesak, luka kecil saat memotong kuku, kompres kaki yang terlalu panas. Infeksi kaki mudah timbul pada penderita diabetes kronis dan dikenal sebagai penyulit gangren atau ulkus.
Jika dibiarkan, infeksi akan mengakibatkan pembusukan pada bagian luka karena tidak mendapat aliran darah. Pasalnya, pembuluh darah penderita diabetes banyak tersumbat atau menyempit. Jika luka membusuk, mau tidak mau bagian yang terinfeksi harus diamputasi. Penderita diabetes yang terkena gangren perlu dikontrol ketat gula darahnya serta diberi antibiotika. Penanganan gangren perlu kerja sama dengan dokter bedah. Untuk mencegah gangren, penderita diabetes perlu mendapat informasi mengenai cara aman memotong kuku serta cara memilih sepatu.
Impotensi juga menjadi momok bagi penderita diabetes, impotensi disebabkan pembuluh darah mengalami kebocoran sehingga penis tidak bisa ereksi. Impotensi pada penderita diabetes juga bisa disebabkan oleh faktor psikologis atau gabungan organis dan psikologis.
c.       Nefropati diabetik
Entah bagaimana mulanya akhir-akhir ini banyak pasien gagal ginjal datang ke klinik saya. Sebelumnya tak pernah saya duga bahwa tanaman obat kita mampu membantu mengatasi kasus gagal ginjal. Awal mulanya seorang penderita gagal ginjal dengan penuh keyakinan meminta tolong saya untuk membantu mengatasi penyakitnya.
Nefropati diabetik adalah gangguan fungsi ginjal akibat kebocoran selaput penyaring darah. Sebagaimana diketahui, ginjal terdiri dari jutaan unit penyaring (glomerulus). Setiap unit penyaring memiliki membran/selaput penyaring. Kadar gula darah tinggi secara perlahan akan merusak selaput penyaring ini.
Gula yang tinggi dalam darah akan bereaksi dengan protein sehingga mengubah struktur dan fungsi sel, termasuk membran basal glomerulus. Akibatnya, penghalang protein rusak dan terjadi kebocoran protein ke urin (albuminuria). Hal ini berpengaruh buruk pada ginjal.
Menurut situs Nephrology Channel, tahap mikroalbuminuria ditandai dengan keluarnya 30 mg albumin dalam urin selama 24 jam. Jika diabaikan, kondisi ini akan berlanjut terus sampai tahap gagal ginjal terminal. Karena itu, penderita diabetes harus diperiksa kadar mikroalbuminurianya setiap tahun.
Penderita diabetes tipe 1 secara bertahap akan sampai pada kondisi nefropati diabetik atau gangguan ginjal akibat diabetes. Sekitar lima sampai 15 persen diabetes tipe 2 juga berisiko mengalami kondisi ini.
Gangguan ginjal, menyebabkan fungsi ekskresi, filtrasi dan hormonal ginjal terganggu. Akibat terganggunya pengeluaran zat-zat racun lewat urin, zat racun tertimbun di tubuh. Tubuh membengkak dan timbul risiko kematian. Ginjal juga memproduksi hormon eritropoetin yang berfungsi mematangkan sel darah merah. Gangguan pada ginjal menyebabkan penderita mengalami anemia.
Pengobatan progresif sejak dini bisa menunda bahkan menghentikan progresivitas penyakit. Repotnya penderita umumnya baru berobat saat gangguan ginjal sudah lanjut atau terjadi makroalbuminuria (300 mg albumin dalam urin per 24 jam).
Pengobatan meliputi kontrol tekanan darah. Tindakan ini dianggap paling penting untuk melindungi fungsi ginjal. Biasanya menggunakan penghambat enzim pengonversi angiotensin (ACE inhibitors) dan atau penghambat reseptor angiotensin (ARBs). Selain itu dilakukan pengendalian kadar gula darah dan pembatasan asupan protein (0,6-0,8 gram per kilogram berat badan per hari). Penderita yang telah sampai tahap gagal ginjal memerlukan hemodialisis atau transplantasi ginjal.
Gejala nefropati diabetes baru terasa saat kerusakan ginjal telah parah berupa bengkak pada kaki dan wajah, mual, muntah, lesu, sakit kepala, gatal, sering cegukan, mengalami penurunan berat badan. Penderita nefropati harus menghindari zat yang bisa memperparah kerusakan ginjal, misalnya pewarna kontras yang digunakan untuk rontgen, obat anti-inflamasi nonsteroid serta obat-obatan yang belum diketahui efek sampingnya.
d.      Retinopati diabetik
Diabetes juga dapat menimbulkan gangguan pada mata. Yang terutama adalah retinopati diabetik. Keadaan ini, disebabkan rusaknya pembuluh darah yang memberi makan retina. Bentuk kerusakan bisa bocor dan keluar cairan atau darah yang membuat retina bengkak atau timbul endapan lemak yang disebut eksudat. Selain itu terjadi cabang-cabang abnormal pembuluh darah yang rapuh menerjang daerah yang sehat.
Retina adalah bagian mata tempat cahaya difokuskan setelah melewati lensa mata. Cahaya yang difokuskan akan membentuk bayangan yang akan dibawa ke otak oleh saraf optik. Bila pembuluh darah mata bocor atau terbentuk jaringan parut di retina, bayangan yang dikirim ke otak menjadi kabur. Gangguan penglihatan makin berat jika cairan yang bocor mengumpul di fovea, pusat retina yang menjalankan fungsi penglihatan sentral. Akibatnya, penglihatan kabur saat membaca, melihat obyek yang dekat serta obyek yang lurus di depan mata.
Pembuluh darah yang rapuh bisa pecah, sehingga darah mengaburkan vitreus, materi jernih seperti agar-agar yang mengisi bagian tengah mata. Hal ini menyebabkan cahaya yang menembus lensa terhalang dan tidak sampai ke retina atau mengalami distorsi. Jaringan parut yang terbentuk dari pembuluh darah yang pecah di korpus vitreum dapat mengerut dan menarik retina, sehingga retina lepas dari bagian belakang mata. Pembuluh darah bisa muncul di iris (selaput pelangi mata) menyebabkan glaukoma.
Risiko terjadinya retinopati diabetik cukup tinggi. Sekitar 60 persen orang yang menderita diabetes 15 tahun atau lebih mengalami kerusakan pembuluh darah pada mata. Pemeriksaan dilakukan dengan oftalmoskop serta angiografi fluoresen yaitu foto rontgen mata menggunakan zat fluoresen untuk mengetahui kebocoran pembuluh darah.
Pengobatan dilakukan dengan bedah laser oftalmologi. Yaitu, penggunaan sinar laser untuk menutup pembuluh darah yang bocor, sehingga tidak terbentuk pembuluh darah abnormal yang rapuh. Selain itu bisa dilakukan vitrektomi yaitu tindakan mengeluarkan vitreus yang dipenuhi darah dan menggantinya dengan cairan jernih.
Penderita retinopati hanya boleh berolahraga ringan dan harus menghindari gerakan membungkuk sampai kepala di bawah. Menderita diabetes bukan berarti kiamat. Penderita diabetes bisa hidup secara wajar dan normal seperti orang- orang yang bukan penderita diabetes. Bedanya, penderita diabetes harus disiplin mengontrol kadar gula darah agar tidak meningkat di atas normal untuk jangka waktu panjang.
2.7  Penanganan pada Penyakit DM

2.7.1        Prioritas Diet untuk Mencapai Kadar Gula Darah yang Mendekati Angka Normal:
a.       Sebagai awal, kurangi berat badan setidaknya 2.5-5 kg.
Pertimbangkan untuk melanjutkan penurunan hingga 7-10% dari berat badan awal. Mengurangi jumlah asupan kalori untuk menurunkan berat badan merupakan perubahan gaya hidup yang paling ampuh untuk menurunkan kadar gula darah. Saran penurunan berat badan selain mencegah diabetes juga membantu mengelola diabetes tipe 2. Jika kurus dan tidak memiliki kelebihan 2.5-5 kg untuk diturunkan, maka perhatikan saran yang lain. Saran-saran tersebut akan membantu mengontrol kadar gula darah dengan cara menjaga asupan karbohidrat dalam jumlah sedang, meminimalkan konsumsi karbohidrat cair, membagi karbohidrat padat ke dalam tiga porsi makanan dan 2-3 camilan, serta mengonsumsi lebih banyak serat.
b.      Kurangi atau hindari minuman yang mengandung pemanis buatan atau alami.

Termasuk di dalamnya adalah soda, fruit punch, dan jus buah alami. Karbohidrat cair lebihcepat diserap dibandingkan dengan bentuk padatnya (karbohidrat padat biasanya mengandung serat yang memperlambat pencernaan gula) dan dapat menyebabkan lonjakan kadar gula darah. Sebagai pengganti soda biasa, cobalah soda diet tanpa gula dan tidak berkalori. Sebaiknya batasi konsumsi jus buah 120 ml per hari atau sebagai gantinya makanlah buah segar. Buah segar mengandung serat, lebih mengenyangkan daripada jus dan lebih lambat dicerna dan diserap.
c.       Cobalah makan dengan porsi kecil pada waktu yang tetap dan teratur.
Lebih baik mengonsumsi makanan dan camilan secara teratur daripada melewatkan waktu makan kemudian makan satu kali atau dua kali saja dalam porsi besar. Pankreas harus memproduksi insulin setiap kali makan sesuai dengan jumlah yang dikonsumsi. Jika mengonsumsi makanan dalam porsi besar yang mengandung banyak karbohidrat, maka pankreas harus bekerja keras memproduksi lebih banyak insulin, dan kadar gula darah pun akan meningkat setelahnya. Sebaiknya, jika membagi kalori dengan makan tiga kali dan diselingi satu atau dua camilan dalam sehari, maka pankreas akan lebih mudah memproduksi insulin untuk mengimbangi jumlah makanan dan karbohidrat yang lebih sedikit ketika makan.
d.      Konsumsi lebih banyak makanan berserat.

Serat memiliki pengaruh yang menguntungkan. Selain mengenyangkan, juga menahan kenaikan gula darah dan menurunkan kolesterol. Pilihlah buah segar daripada jus buah, roti whole grain dan sereal daripada roti gandum olahan, serta perbanyak mengonsumsi sayur-sayuran segar.





e.    Perbanyak aktivitas fisik.

Secara bertahap usahakan berolahraga selama 30 menit per hari sebanyak 5-6 kali seminggu. Kadar aktivitas seperti ini terkadang dapat menurunkan kadar gula darah hingga 50 poin atau lebih. Olahraga membantu meningkatkan efektivitas kerja insulin yang diproduksi pankreas.

2.7.2 Terapi Insulin pada Pasien DKA

 Cara pemberian insulin :
*      Intravena
a. Infus Intravena Dosis Rendah Berkelanjutan ( Continuous Infusion of Low Dose Insulin)
Insulin infus intravena dosis rendah berkelanjutan merupakan standar baku pemberian insulin di sebagian besar pusat pelayanan medis. Pemberian insulin infuse intravena dosis rendah 4-8 ( biasanya 6 ) unit/ jam menghasilkan kadar insulin sekitar 100 µU/ml dan dapat meneka glukoneogenesis dan lipolisis sebanyak 100%.
Pemberian insulin ini dapat dilakukan dengan menggunakan syringe-driver infusion pump atau pada pusat pelayanan yang tidak memiliki alat ini dapat menggunakan botol infuse.2, 3. Bila terdapat syringe pump, siapkan 50 unit insulin regular (RI) dalam spuit 50 cc, kemudian encerkan dengan larutan NaCl 0,9% hingga mencapai 50 cc ( 1cc NaCl = 1 unit RI). Bila diperlukan 6 unit insulin/jam, petugas tinggal mengatur kecepatan tetesan 6 cc/jam .
Bila tidak tersedia syringe pump, dapat digunakan botol infuse 500 cc larutan NaCl 0,9%. Sebaiknya gunakan infuse microdrip. Masukkan 50 unit RI (dapat juga 6 unit atau angka lain, sebab nantinya akan diperhitungkan dalam tetesan) kedalam botol infuse 500 cc larutan NaCl 0,9%.
Terapi insulin diawali dengan pemberian dosis awal (loading dose) yang diberikan secara bolus IV dengan dosis sebesar 0,15 U/kgBB yang diikuti dengan drips insulin 0,1 U/kgBB/jam.
Cara pemberian infus insulin dosis rendah berkelanjutan dikaiatkan dengan komplikasi metabolic seperti hipoglikemia, hipokalemia, hipofosfatemia, hipomagnesia, hiperlaktemia,dan disequilibrium osmotikyang lebih jarang dibandingkan dengan cara terapai insulin dosis besar secara intermiten atau berkala.
b. Insulin bolus intravena intermiten
            Insulin kerja pendek diberikan secara berkala setiap 1-2 jam. Penurunan kadar glukosa darah yang dicapai secara IM lebih lambat dibandingkan dengan cara pemberian infus intravena berkelanjutan. Cara ini biasanya dijalankan di pusat pelayanan medis yang sulit memantau pemberian insulin infuse intravena berkelanjutan. Terapi insulin IM dimulai dengan pemberian loading dose sebesar 10 – 20 U yang dilanjutkan dengan 5 unit setiap 1 – 2 jam.
            Efektivitas pemberian subkutan tidak diketahui. Oleh sebab itu pemberian insulin subkutan pada keadaan akut tidak dianjurkan. Namun bila kadar glukosa darah sudah stabil dan pasien mulai mendapatkan makanan, pemberian insulin dapat dialihkan secara subkutan.












BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari pemaparan dan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa penyakit Diabetes Mellitus (DM) yang juga dikenal sebagai penyakit kencing manis atau penyakit gula darah adalah golongan penyakit kronis yang ditandai dengan peningkatan kadar gula dalam darah sebagai akibat adanya gangguan sistem metabolisme dalam tubuh, dimana organ pankreas tidak mampu memproduksi hormon insulin sesuai kebutuhan tubuh.
Dalam tingkat dunia, Indonesia saat ini menjadi negara peringkat empat dengan jumlah penderita diabetes mellitus atau kencing manis terbesar. Para penderita tersebar mulai dari wilayah perkotaan hingga ke pedesaan. Hal tersebut terjadi karena beberapa faktor yang cukup sulit untuk diatasi.
Pada penderita yang terkena Diabetes Mellitus, terdapat berbagai gejala seperti terjadinya peningkatan gula darah, dan gejala lainnya yang jika tidak tepat ditangani dapat menimbulkan komplikasi seperti penglihatan kabur, penyakit jantung, penyakit ginjal, gangguan kulit dan syaraf, pembusukan dan gairah sex menurun, dan lain-lain. Untuk penanganan penyakit ini dapat dilakukan dengan dilakukannya terapi insulin atau dengan memperbaiki pola makan dan hidup yang sesuai.
3.2 Saran
            Untuk melakukan pencegahan dalam penyakit ini, sebaiknya dilakukan pola hidup yang sesuai, tidak mengkonsumsi makanan dengan kadar glukosa yang berlebihan, serta pola kesehatan yang lain seperti olahraga yang teratur. Sedangkan untuk penderita yang sudah positif menderita DM, dapat dilakukan penanganan dengan memperbaiki pola hidup untuk mencapai kadar gula yang kembali mendekati normal, yang disertai dengan terapi insulin.



DAFTAR PUSTAKA
*      Bustan M.N. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. PT RINEKA Jakarta, 2000.
Ingo1.wordpress.com/2010/0509.


1 komentar: